ERDIKHA MORNING IDEA 26 NOVEMBER 2021
View PDF
26 Nov 2021

Pasar US Libur, Eropa Sumringah, Dari Indonesia Minim Sentimen, Gimana IHSG?

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas bergerak konsolidasi pada level 5599. IHSG pada hari ini Ditransaksikan dengan volume yang cukup sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks saat ini nampak sedang menguji support middle band pada indikator bollinger band, apabila Index mampu bertahan di atas level tersebut, ada potensi Indeks mengalami teknikal rebound ke level upper band. Indeks ditopang oleh sektor Transportation & Logistic (3.564%), Infrastructures (1.087%), Industrials (0.78%), Healthcare (0.514%), Financials (0.329%), Energy (0.297%), Basic Materials (0.118%), dan dibebanai oleh Sektor Consumer Cyclicals (-0.18%), Consumer Non-Cyclical (-0.699%), Technology (-1.094%), Properties & Real Estate (-1.212%) yang menahan laju pergerakan IHSG kemarin . Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi pada range level support 6640 dan level resistant 6730. Adapun Sentimen Yang mempegaruhi pergerakan pasar hari ini meliputi: Sentimen Pertama, Pasar keuangan AS tutup pada Kamis karena memperingati hari Thanksgiving yang jatuh pada Kamis minggu keempat November. Sentimen Kedua, Bursa saham Eropa yang ditutup ceria diharapkan bakal menjadi katalis positif untuk pasar keuangan Asia. Soal inflasi yang masih hangat jadi perbincangan juga menuai pro dan kontra bahkan di kalangan para pejabat bank sentral. Dari sisi makro, beberapa rilis data ekonomi menjadi perhatian pelaku pasar. Di Jerman, pertumbuhan ekonominya di kuartal III-2021 mencatatkan ekspansi sebesar 1,7% secara kuartalan (qoq). Angka pertumbuhan ekonomi Jerman tersebut lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar di 2% qoq. Secara tahunan atau year on year (yoy) PDB Jerman masih tumbuh 2,5%. Sentimen Ketiga, Di tengah perdebatan yang terus berlangsung apakah inflasi akan benar-benar berlangsung lama dengan laju yang tinggi sehingga membebani perekonomian, bank sentral Korea (BoK) memilih untuk mengambil langkah antisipatif lebih awal. Seperti yang sudah diperkirakan oleh pasar, BoK memutuskan untuk menaikkan lagi suku bunga acuan Negeri Ginseng sebesar 25 bps kemarin ke level 1%. Dengan begitu Korea Selatan menjadi negara maju pertama yang paling agresif dalam pengetatan kebijakan moneternya. Hanya saja hal tersebut sudah diantisipasi oleh pelaku pasar sehingga dampaknya tak terlalu signifikan dalam menggerakkan harga aset keuangan. Di Indonesia, inflasi masih bukan masalah serius. Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan BI (PTBI) yang dihelat kemarin lusa mengatakan bank sentral nasional itu akan tetap fokus pada tujuan untuk menstimulasi perekonomian dengan suku bunga rendah, stabilisasi nilai tukar dan injeksi likuiditas. BI tak akan terlalu buru-buru untuk menaikkan suku bunga acuan. Sinyal yang disampaikan oleh bos MH Thamrin adalah suku bunga acuan bakal dinaikkan kalau sinyal kenaikan inflasi mulai terlihat. Di sisi lain BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini. Jika sebelumnya PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 3,5-4% tahun 2021, proyeksi terbaru BI diturunkan menjadi 3,2-4%. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu oleh perlambatan ekonomi Indonesia yang meleset dari perkiraan konsensus. Sebagai informasi Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi RI di kuartal III tahun ini hanya tumbuh 3,51% yoy atau lebih rendah dari konsensus yang memperkirakan masih bisa tumbuh di atas 3,6% yoy. Overall, katalis positif memang ada tetapi masih minim. Sehingga kemungkinan pasar akan bergerak galau pada perdagangan terakhir pekan ini.




PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com