ERDIKHA MORNING IDEA TUESDAY, MAY 24, 2022
View PDF
24 May 2022

'Indeks pada perdagangan kemarin ditutup melemah berada pada level 6840. Indeks dibebani oleh sektor Financials (0.896%), Technology (1.797%) kendati dibebani oleh sektor Basic Materials (-0.887%), Consumer Cyclicals (-0.611%), Energy (-1.629%), Healthcare (-0.074%), Industrials (-0.668%), Infrastructures (-1.297%), Consumer Non-Cyclical (-0.664%), Properties & Real Estate (-0.626%), Transportation & Logistic (-0.577%) kendati sedikit ditopang oleh Transportation & Logistic (0.024%), Consumer Cyclicals (0.33%), Healthcare (2.328%) yang mengalami penguatan yang kurang signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6800 dan level resistance 6900. Dari banyak agenda pekan ini, pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) merupakan agenda yang kemungkinan paling dipantau pasar pekan ini. BI telah mulai menggelar RDG bulanan pada Senin kemarin dan akan berakhir hari ini, dengan pengumuman diharapkan dapat diketahui siang ini terkait arah kebijakan moneternya. Pasar kini menunggu apa yang akan dilakukan BI setelah inflasi menjulang di April, kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta pemerintah telah membeberkan rencana menambah anggaran untuk subsidi. Gubernur BI Perry Warjiyo pada pertemuan RDG bulan April lalu mengatakan BI akan menunggu lebih dahulu langkah pemerintah dalam memitigasi kenaikan harga komoditas pangan dan energi sebelum menaikkan suku bunga. BI juga hanya akan mempertimbangkan perkembangan inflasi inti untuk menentukan suku bunga acuan. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti tercatat 0,36% (month to month (mtm) dan 2,60% (year on year/yoy). Secara tahunan, inflasi inti di level tersebut adalah yang tertinggi sejak Mei 2020. Pada Kamis pekan lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah membeberkan rencana pemerintah untuk menaikkan subsidi demi mempertahankan harga BBM dan tarif listrik untuk kelompok kurang mampu. Total subsidi yang akan ditambah sebesar Rp 443,6 triliun untuk memastikan harga BBM, LPG dan listrik yang disubsidi tidak naik. Pemerintah juga akan menambah anggaran perlindungan sosial Rp 18,6 triliun. Kemarin, dalam konferensi pers APBN Kita edisi Mei 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memperingatkan warga Indonesia bahwa kini dunia dihadapkan kepada tiga tantangan sekaligus. Triple challenges itu adalah inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Kami meyakini BI kembali mempertahankan BI-7 Day Reverse Repo Rate bulan ini. Namun, ada yang memperkirakan bank sentral RI akan mengerek suku bunga mulai pada bulan Mei ini. Konsensus pasar memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR) bertahan di 3,50%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya dua yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini. Sementara itu, rupiah melanjutkan tren buruk di bulan ini melawan dolar Amerika Serika. Kemarin, mata uang garuda kembali mencatat pelemahan, dengan demikian sepanjang perdagangan Mei baru sekali saja rupiah berhasil menguat. Rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.630/US$. Sayangnya, penguatan tersebut hanya berlangsung sesaat, rupiah kemudian berbalik melemah hingga mengakhiri perdagangan di Rp 14.670/US$, melemah 0,14% di pasar spot. Jika melihat ke belakangan, rupiah tidak pernah menguat semenjak pemerintah melarang ekspor minyak goreng, minyak sawit mentah dan turunannya pada 29 April lalu. Sebelum Jumat lalu, ketika pengumuman dibukanya keran ekspor CPO, rupiah akhirnya mampu menguat. CPO merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar, sehingga ekspor yang kembali diizinkan memberikan dampak positif ke rupiah. Nilai ekspor CPO dan produk turunannya setiap bulannya mencapai US$ 2,5 miliar - 3 miliar. Devisa saat ini menjadi faktor yang penting bagi rupiah, sebab tekanan eksternal sangat besar khususnya akibat kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang sangat agresif. Semakin besar devisa yang masuk, artinya BI punya lebih banyak "peluru" untuk menstabilkan rupiah. Rupiah dapat berpotensi menguat apabila ada kejutan dari hasil RDG hari ini. Jika BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga, maka rupiah akan mendapat suntikan tenaga dan tidak menutup kemungkinan berbalik menguat lagi melawan dolar AS. IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak menguat apabila BI Rate dinaikan, namun apabila BI tetap, IHSG diperkirakan akan bergerak konsolidasi saja.