ERDIKA MORNING IDEA 22 September 2022
View PDF
22 Sep 2022

MARKET REVIEW & IHSG OUTLOOK

Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan Rabu (21/9/2022) kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah tercatat melemah sedangkan mayoritas surat berharga negara (SBN) malah ramai diburu investor terlihat dari turunnya angka imbal hasil. Indeks acuan utama bursa domestik, kemarin melemah 0,12% di 7.188,31. Secara eksklusif ia bergerak di zona merah sepanjang perdagangan.

Pasar saham Amerika Serikat (AS) karam dalam perdagangan yang bergejolak pada hari Rabu waktu setempat setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin dan memproyeksikan kenaikan suku bunga yang masih berlanjut ke depan dalam upayanya untuk menjinakkan lonjakan inflasi. Dow Jones Industrial Average anjlok 522,45 poin, atau 1,70%. Sementara itu dua indeks utama Wall Street lainnya yakni S&P 500 dan NASDAQ masing-masing turun sebesar 1,71% dan 1,79%.

Hari ini sentimen utama yang berpotensi menggerakkan IHSG akan didominasi oleh keputusan kebijakan moneter terbaru terkait suku bunga. Bank sentral terbesar dunia asal Amerika Serikat (AS), The Fed, resmi menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 bps dalam kali ketiga beruntun. Keputusan yang diperoleh dengan suara bulat 12 anggota komite tersebut akan menaikkan suku bunga acuan AS atau federal-funds rate (FFR) ke kisaran antara 3% dan 3,25%, level yang terakhir terlihat pada awal 2008.Meskipun menaikkan suku bunga sebesar ekspektasi pasar, The Fed masih tetap hawkish dan mengisyaratkan kenaikan besar tambahan kemungkinan akan terjadi pada pertemuan mendatang karena demi memerangi inflasi yang tetap mendekati level tertinggi 40 tahun. Siang ini, jelang penutupan pasar saham domestik Bank Indonesia dijadwalkan akan mengumumkan tingkat suku bunga baru yang diprediksi diperketat naik seperempat poin presentase. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan. Selain BI dan The Fed, bank sentral utama dunia lain yang ikut mengumumkan suku bunga acuannya termasuk Bank of England, Swiss National Bank dan Bank of Japan. Inflasi global yang semakin liar memaksa mayoritas bank sentral utama dunia mengetatkan kebijakan moneternya dan menaikkan suku bunga secara tajam. Hal ini pada akhirnya berpotensi menyebabkan resesi, dengan sejumlah organisasi besar seperti Bank Dunia telah mewanti-wanti.

Sentimen berikutnya yang juga patut disimak adalah perkembangan baru dari konflik di Eropa Timur. Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengumumkan akan menambah pasukan militer dengan jumlah sekitar 300.000 ke wilayah Ukraina, setelah belakangan mampu dipukul mundur si sejumlah wilayah. Pasukan itu kabarnya juga dikerahkan untuk mengamankan referendum yang rumornya diprakarsai Moskow di empat wilayah utama separatis di timur dan selatan Ukraina. Perang yang kembali memanas dapat pergerakan harga komoditas kembali liar yang mana perubahan harga tersebut sering kali ikut mendikte pergerakan pasar saham domestik. Sejumlah emiten di sektor energi, pertambangan hingga perkebunan pergerakannya nyaris secara eksklusif ditopang oleh naik turunnya harga komoditas di pasar global. Sejumlah komoditas yang harganya dapat terdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk minyak mentah, gas alam dan batu bara, serta minyak nabati hingga gandum. Harga minyak mentah dunia dan gas alam Eropa langsung naik setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi tenaga militer cadangan tersebut. (source : CNBC Indonesia)