PHINTAS DAILY REPORT, 31 Januari 2024
View PDF
31 Jan 2024

Global Market Review

31 January 2023


Wall Street bergerak sideways di Selasa (30/1) dibayangi sikap wait and see pelaku pasar jelang pengumuman hasil FOMC the Fed pada Rabu (31/1) waktu setempat. CME FedWatch Tools mencatat peluang the Fed untuk menahan sukubunga acuan di 5.25%-5.5% mencapai 97% pada FOMC tersebut. Akan tetapi, pasar berharap dapat memperoleh petunjuk mengenai timeframe pemangkasan sukubunga acuan di tahun 2024 dari FOMC tersebut. Dari data ekonomi, U.S. CB Consumer Confidence naik ke 114.8 di Januari 2024, namun sedikit lebih rendah dari perkiraan di 115.


Mayoritas indeks di Eropa ditutup menguat di Selasa (30/1). Penguatan merespon realisasi pertumbuhan ekonomi Euro Area sebesar 0.1% yoy di Q4-2023 yang lebih baik dari perkiraan (0%). Jerman juga membukukan perbaikan kondisi PDB, dari terkontraksi 0.3% yoy di Q3-2023 menjadi terkontraksi 0.2% yoy di Q4-2023. 


Menarik untuk dicermati, ditengah sejumlah sentimen negatif yang beredar pada dua pekan terakhir, International Monetary Fund (IMF) menaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 0.2% ke 3.1% yoy di 2024. Merespon hal ini, harga komoditas membukukan rebound sekitar 1% di Selasa (30/1).



Domestic Market Review


[Resistance : 7250] [Pivot : 7200] [Support : 7150]


IHSG berpeluang lanjutkan rebound ke kisaran 7200-7230 di Rabu (31/1). Secara teknikal, rebound Selasa (30/1) didukung volume dan terbentuk golden cross pada indikator Stochastic RSI (30/1).

Dari dalam negeri, investor mencermati rilis data inflasi yang diperkirakan melandai dari 2.61% yoy pada Desember 2023 menjadi 2.58% yoy pada Januari 2024. Inflasi Indonesia cenderung stabil dalam rentang asumsi APBN di kisaran 2%-4% yoy.


Pagi hari ini, Tiongkok dijadwalkan rilis indeks manufaktur (NBS) yang diperkirakan sedikit membaik ke 49.2 di Januari 2023 dari 49 di Desember 2023. Sementara Jepang dijadwalkan rilis data industrial production, penjualan ritel dan consumer confidence di Desember 2023. Data ketiganya diperkirakan stagnan dibanding kondisi November 2023. Masih dari regional, perkembangan debt crisis dari sektor properti di Tiongkok masih akan menjadi fokus pelaku pasar.