Indeks literasi adalah porsi penduduk Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang jasa keuangan. Sementara indeks inklusi keuangan adalah proporsi mereka yang telah menggunakan jasa tersebut. Dari survei tersebut ditemukan bahwa dari semua sektor jasa keuangan, indeks literasi pasar modal hanya sebesar 4,4%. Sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan indeks literasi jasa keuangan lain, terutama literasi pada sektor perbankan yang mencapai 28,94%.

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 

Tidak bisa dipungkiri, maraknya investasi bodong merupakan salah satu tantangan besar bagi perkembangan Pasar Modal di Indonesia. Hal ini penulis alami sendiri ketika pada pertengahan tahun 2016 ditugaskan di kantor cabang salah satu perusahaan sekuritas di daerah Sumatera. Dalam beberapa kesempatan, tak jarang penulis juga bekerja sama dengan Kantor Perwakilan BEI setempat untuk melakukan literasi keuangan terutama mengenai Pasar Modal di beberapa institusi. Dari kegiatan-kegiatan yang kami lakukan tersebut, kami menyadari bahwa image masyarakat setempat terhadap investasi bisa dikatakan sangatlah buruk. Begitu banyak penolakan dari mereka untuk dikenalkan dengan pasar modal. Pada umumnya mereka yang melakukan penolakan memang merupakan para korban yang menderita kerugian dari investasi tak berizin yang biasa kita sebut investasi bodong. Sehingga mereka beranggapan bahwa investasi di instrumen manapun juga nantinya hanya akan merugikan mereka. Hal ini membuat kami sebagai pihak sekuritas dan regulator perlu bekerja ekstra keras untuk paling tidak memulihkan anggapan mengenai investasi terlebih dahulu, sebelum akhirnya mengenalkan pasar modal.

Investasi bodong di Indonesia

Menurut info dari OJK, sejak awal 2013 hingga 2014 OJK telah menerima 2.772 pengaduan masyarakat terkait kasus investasi bodong maupun sengketa industri keuangan. Jumlah kerugian yang harus diderita oleh para korban investasi bodong selama periode ini ditaksir lebih dari Rp45 Triliun. Sementara data terbaru menyebutkan, hingga akhir Maret tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan  (OJK) bersama dengan Satgas Waspada Investasi melansir 91 perusahaan yang bisa dipastikan melakukan kegiatan penghimpun dana tanpa izin alias investasi bodong. Berikut beberapa contoh kasus investasi bodong dan dana yang berhasil dikumpulkan selama periode tahun 2013-2014.

No.

Nama Perusahaan

Janji Investasi (per Tahun)

Dana Terkumpul (Rp)

1

GBI

96%

1,2 T

2

Lautan Emas Mulia

30%

618,4 M

3

Raihan Jewellery

65%

400 M

4

Asian Gold Concept

24%

13,5 M

5

Primaz

30%

3 T

6

DBS

228%

95 M

7

Cipaganti

23%

3,2 T

          Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Mengapa masyarakat masih terjerat investasi bodong?

Ada beberapa alasan mengapa masyarakat masih sering tergiur dengan tawaran investasi bodong. Menurut penulis alasan tersebut antara lain

1.     Return atau keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (bahkan sering kali tidak masuk akal) dan/atau dalam jumlah yang dipastikan, hal ini tentu terlihat sangat menjanjikan terutama bagi masyarakat yang belum teredukasi dengan baik namun sangat membutuhkan dana.

2.     Produk investasi ditawarkan dengan janji akan dijamin dengan instrumen tertentu, seperti emas, giro, atau dijamin oleh pihak tertentu seperti pemerintah, Bank dan lain-lain; tentunya hal-hal yang lebih dikenal lebih dahulu oleh masyarakat seperti ini akan lebih mudah mereka percayai.

3.     Menggunakan nama-nama besar, seperti perusahaan, selebriti, pejabat publik, bahkan para pemuka agama untuk meyakinkan calon investor; tren kekinian di kalangan masyarakat menuntut mereka juga untuk mengikuti gaya hidup orang-orang yang menjadi panutan masing-masing.

Tantangan lain bagi literasi keuangan pasar modal Indonesia

Pola pikir masyarakat tentang investasi di pasar modal juga turut menjadi tantangan tersendiri bagi kegiatan literasi. Masih banyak masyarakat yang meyakini bahwa investasi di pasar modal itu rumit, sulit dilakukan, butuh modal yang banyak, bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa investasi di pasar modal itu sama saja dengan berjudi atau haram.

Selain itu kendala distribusi informasi mengenai pasar modal, terutama di luar pulau Jawa juga harus menjadi perhatian. Kondisi geografis Indonesia yang adalah negara kepulauan, sementara lembaga jasa keuangan, terutama pasar modal, terpusat di Jakarta. Kalaupun ada kantor-kantor cabang, secara jumlah, hanya terpusat di Jakarta dan Jawa. Terlihat pada survei yang telah dilakukan OJK, ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang membeli produk dan menggunakan jasa lembaga keuangan, tetapi tak benar-benar paham apa yang dibeli dan digunakannya. Hal ini tergambar dari data indeks literasi yang lebih kecil dari indeks inklusi keuangan.

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Dan yang tak kalah penting adalah pengawasan dari otoritas terkait, yang dalam hal ini adalah pengawasan oleh OJK. Banyak pengelola investasi bermasalah lolos dari hukuman pidana. Sebagian besar bahkan hilang dengan uang investasinya sebelum OJK maupun pihak yang berwajib turun tangan. Hal ini menuntut OJK untuk lebih tegas lagi dalam menertibkan investasi yang bermasalah, sehingga masyarakat juga dapat lebih waspada lagi dalam memilih instrumen investasi.

Bagaimana dengan kegiatan literasi yang telah dilakukan oleh BEI?

Sebagai upaya dalam mengembangkan industri pasar modal di Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) senantiasa mengedukasi dan mengembangkan industri ke arah yang lebih baik. Beberapa aktivitas strategis yang telah dicanangkan oleh BEI untuk terus mengembangkan pasar modal Indonesia antara lain:

·         Kampanye Nasional “Yuk Nabung Saham”

Yuk Nabung Saham (YNS) merupakan kampanye yang diselenggarakan oleh BEI untuk mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli Saham secara rutin dan berkala.

·         Program Edukasi

Terhitung hingga Juni 2017, BEI telah menyelenggarakan hampir 2800 program edukasi pasar modal yang meliputi kegiatan edukasi dalam kelas, pameran, games, penayangan iklan maupun edukasi lewat media sosial dengan target seluruh lapisan masyarakat.

·         Pengembangan Produk & Infrastruktur

Saat ini BEI telah memiliki 27 Kantor Perwakilan dan 303 Galeri Investasi yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu BEI juga terus mengembangkan produk & layanan yang maksimal untuk lebih memudahkan investor dalam berinvestasi di pasar modal.

Dengan begitu gencarnya semua kegiatan literasi dan juga inklusi keuangan yang dilakukan oleh BEI, harapannya ke depan masyarakat Indonesia akan semakin cerdas dalam berinvestasi. Kita juga berharap agar di tahun-tahun ke depan indeks literasi pasar modal Indonesia dapat terus meningkat dan menyusul indeks literasi jasa keuangan lain.


Oleh : Maruli Manik
Capital Market Professional Development Program 2017