Kita
tahu persis bahwa pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan, perlu
dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya dan terukur. Bukan hanya semata-mata
mengikuti tren investasi masa kini, sebagai pintu pemasukan tambahan. Namun
sebagai seorang investor, sangat perlu untuk memperhitungkan secara matang
keputusan investasi terhadap sejumlah variabel yang nantinya akan dijadikan
sebagai patokan. Jadi, seperti apa tips pengambilan keputusan yang bai bagi
investor ?
Pengalaman
Penulis
Sebelum
masuk pada pembahasan mengenai keputusan investasi saham, Penulis akan
bercerita singkat. Sewaktu Penulis masih bekerja pada sebuah perusahaan
telekomunikasi di Indonesia, Perusahaan memiliki sebuah program yang disebut
dengan Uncommon Friday, di mana pada setiap hari Jumat pagi,
masing-masing divisi dapat melakukan sesi coaching dengan
atasan masing-masing. Kebetulan waktu itu Penulis memiliki seorang atasan yang
sangat bijaksana terhadap team. Penulis teringat satu momen, ketika beliau
menceritakan sebuah kisah kepada team nya, termasuk Penulis.
- Ceritanya kurang lebih seperti ini :
Ada
seorang pemuda yang ingin pergi dari desa A ke desa B. Karena desa tersebut
belum memiliki infrastruktur yang baik, satu-satunya penghubung antara desa A
dan desa B adalah sebuah jembatan. Ketika hendak menyeberangi jembatan
tersebut, ia ragu karena jembatan tersebut tampak sudah cukup usang dan kurang
terawat.
Kebetulan
di dekat situ, melintas seorang kakek yang sedang berjalan. Pemuda tersebut
bertanya kepada kakek tersebut apakah jembatan itu aman untuk diseberangi? “Seingat
Kakek sudah lebih dari 2 tahun tidak ada petugas yang datang untuk mengecek
jembatan ini”, kata si Kakek. Pemuda ini kemudian mulai ragu untuk
menyeberang di jembatan tersebut.
Kemudian,
melintas lagi seorang ibu paruh baya di daerah tersebut, dan pemuda itu juga
bertanya hal yang sama kepada ibu tersebut. Ibu itu kemudian berkata “Yang
ibu tahu, aliran sungai cukup deras dan ada buaya di dekat sungai”. Pemuda
itu makin ragu untuk menyeberang.
Agar
lebih yakin, Pemuda itu juga bertanya sekali lagi hal yang sama kepada seorang
bapak yang sedang berada di dekat situ juga. “Tahun lalu ada berita, ada
orang yang jatuh dari jembatan, hanya Bapak tidak tahu benar atau tidak.”
Setelah
bertanya kepada 3 orang, ketiganya memberikan informasi negatif kepada pemuda
tersebut. Informasi yang didapat mengenai jembatan tersebut adalah : sudah 2
tahun tidak dirawat, di bawahnya ada aliran sungai cukup deras dan ada buaya,
serta ada berita orang yang terjatuh di tahun lalu. Karena takut, akhirnya
Pemuda tersebut memutuskan untuk tidak jadi menyeberang menggunakan jembatan
tersebut.
Ketika
hendak meninggalkan jembatan tersebut, tiba-tiba Pemuda tersebut melihat
sekelompok anak kecil yang baru saja pulang sekolah, menyeberangi jembatan
tersebut dengan wajah tanpa khawatir sama sekali. Ternyata anak-anak tersebut
setiap hari menyeberangi jembatan tersebut untuk berangkat sekolah dan pulang
sekolah. Pemuda tersebut hanya terdiam menyaksikan sekelompok anak kecil yang
menyeberang tanpa rasa khawatir tersebut.
Semakin
Banyak Informasi = Mengambil Keputusan Yang Tepat ?
Analogi
megenai Pemuda di atas, seperti layaknya kita seorang investor, memang mencari
informasi terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan. Hanya saja,
dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, informasi bukannya sulit
didapat, melainkan justru terlalu mudah dan terlalu banyak informasi
yang masuk ke kepala kita, yang seringkali justru menyebabkan overload
information.
Dalam
beberapa kesempatan, Penulis sering menemukan seorang investor saham yang
bergabung di banyak group saham. Harapannya, dengan bergabung di banyak group
saham, ia akan lebih cepat mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan
pasar saham.
Tidak hanya itu, ada juga tipikal investor / trader yang memiliki ruang kerja dengan 10 layar monitor, yang menampilkan informasi yang berbeda juga. Sama seperti di atas, harapannya adalah dengan memasang 10 layar monitor yang berbeda, ia akan menerima informasi lebih cepat dan dapat mengambil keputusan lebih cepat.
Kenal seseorang yang punya ruang kerja seperti ini?
Dengan
bergabung di banyak group saham, atau memiliki ruang kerja dengan 10 layar
monitor, kita berpikir bahwa kita akan selangkah lebih maju ketimbang investor
lainnya dalam mendapatkan informasi, sehingga kita bisa menghasilkan profit
lebih cepat ketimbang yang lain. Percayalah, dulu Penulis juga
mempercayai hal tersebut, sampai Penulis membuktikan sendiri bahwa anggapan
tersebut tidaklah benar.
Keputusan
Investasi Saham
Setidaknya
inilah yang bisa Penulis sharing kepada Anda : Ketika kita menerima sebuah
informasi yang positif, otak kita akan memproses informasi tersebut dan
mengirimkan sinyal gembira dan antusias (Hype). Apabila
informasi positif tersebut diulang berkali-kali, maka otak kita akan
mengirimkan sinyal yang lebih kuat, sehingga kita akan merasa lebih percaya
diri dan pada tahap tertentu akan mulai muncul rasa serakah (Greed).
Sebaliknya
ketika kita menerima sebuah informasi yang negatif, otak kita akan memproses
informasi tersebut dan mengirimkan sinyal negatif (pessimism).
Apabila informasi negatif tersebut diulang berkali-kali, maka otak kita akan
mengirimkan sinyal yang lebih kuat, sehingga kita akan merasa takut dan
terancam (Fear).
Fear dan Greed yang
ditimbulkan dari rangkaian informasi positif dan negatif tadi kemudian
menguasai diri kita. Permasalahannya adalah apabila kita tidak bisa
mengendalikan Fear dan Greed tersebut, kita
cenderung mengambil keputusan yang tidak rasional (irrational decision).
Seringkali keputusan yang tidak rasional tersebut membuat keputusan kita
menjadi salah dan memberikan kita return yang lebih rendah
Efek yang Ditimbulkan dari Banyaknya Informasi yang Beredar
Nah
kembali lagi kepada cerita Pemuda yang ingin menyeberang di atas, sebenarnya
apa pesan moral yang ingin disampaikan? Cerita di atas memberikan gambaran
kepada kita bahwa banyaknya informasi yang kita terima tidak selalu
berbanding lurus dengan pengambilan keputusan yang tepat.
Tips
Meminimalisir Pengambilan Keputusan yang Irasional
Penulis sendiri dalam proses pengambilan keputusan lebih banyak menjadikan Laporan Keuangan (Financial Statement) dan Laporan Tahunan (Annual Report) dari Perusahaan sebagai patokan. Adapun berita-berita terkait tentang perusahaan, tidak Penulis telan mentah-mentah, melainkan diproses dan difilter terlebih dahulu.
Seringkali
ketika kita memegang sebuah saham yang memiliki fundamental bagus pun, ketika
terkena sentiment negatif, harga sahamnya akan ikut terpengaruh. Di saat itulah
mentalitas kita sebagai seorang investor sedang diuji. Apakah kita mampu
mengabaikan fluktuasi harga saham jangka pendek dan tetap berpegang pada
fundamental perusahaan?
Terkait
dengan hal tersebut, berikut adalah beberapa tips yang bisa Penulis berikan
kepada Anda agar bisa meminimalisir pengambilan keputusan yang tidak rasional :
- Batasi jumlah berita dan informasi yang masuk ke
kepala kita. Ingat
bahwa tidak ada korelasi positif antara jumlah informasi yang masuk dengan
ketepatan pengambilan keputusan.
- Hindari noise dari Rumor yang belum
jelas kebenarannya. Kita juga perlu membedakan mana informasi yang
bersifat rumor dan mana informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
kita. Jika sebuah informasi belum jelas kebenarannya (apalagi dari sumber
yang tidak jelas) lebih baik abaikan saja.
- Jadikan Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan sebagai
sumber utama informasi. Sebagai seorang investor, senjata utama kita adalah
laporan keuangan dan laporan tahunan. Dalam laporan tahunan, kita bisa
mengetahui A – Z kondisi perusahaan, karena sebagai perusahaan Go Public,
perusahaan juga wajib transparan terhadap kondisi perusahaan kepada
pemegang saham.
- Ketahui Tujuan Keuangan untuk ke Depan. Berikutnya adalah upayakan bahwa
apa tujuan keuangan kita, karena setiap orang memiliki tujuan
keuangan yang berbeda. Ada yang tujuan keuangan nya adalah jangka pendek,
seperti menyiapkan dana pernikahan. Ada yang tujuan keuangan nya adalah
jangka menengah, seperti menyiapkan dana Pendidikan anak. Ada yang tujuan
keuangan nya adalah jangka Panjang, misalkan menyiapkan dana pensiun.
Tujuan keuangan dapat dicapai dengan instrumen yang berbeda pula. Misalkan
untuk tujuan keuangan jangka pendek dapat dicapai dengan deposito atau
RDPU. Tujuan keuangan jangka menengah dapat dicapai dengan obligasi atau
RDPT. Tujuan keuangan jangka panjang dapat dicapai dengan saham.
- Kenali profil risiko diri sendiri. Setiap orang memiliki profile
risiko yang berbeda. Ada orang yang memiliki profile risiko konservatif,
ada yang moderate, dan ada yang agresif. Hal ini turut mempengaruhi jenis
investasi nantinya. Jika kamu termasuk investor dengan profile risiko
konservatif, maka deposito, reksadana, obligasi lebih cocok buat kamu.
Tetapi jika kamu termasuk investor dengan profile risiko moderate atau
agresif, maka saham, P2P lending yang lebih cocok buat kamu.
Semoga dengan memahami cara untuk memilih informasi yang masuk ke kepala kita, kita terhindar dari hal-hal yang membuat kita mengambil keputusan secara tidak rasional, dan tetap mampu berpikir secara jernih untuk mengambil keputusan investasi yang lebih tepat
Artikel Ini telah terbit di:
https://rivankurniawan.com/2021/04/05/tips-pengambilan-keputusan-investasi/