PT Indika Energy Tbk (INDY) membukukan laba bersih sebesar USD338,29 juta atau Rp5,23 triliun pada sembilan bulan pertama 2022. Realisasi ini berbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang merugi USD5,95 juta.
Dari laporan keuangan perusahaan, Selasa (6/12/2022), sejalan dengan itu, pendapatan perseroan naik 57,15% menjadi USD3,13 miliar atau Rp48,44 triliun, dari sebelumnya sebesar USD1,99 miliar.
Berdasaran segmen operasinya, pendapatan sumber daya energi mendominasi dengan kontribusi sebesar USD2,87 miliar atau Rp44,48 triliun.
Kemudian, pendapatan segmen jasa energi tercatat sebesar USD3,32 triliun, pendapatan logistik dan infrastruktur tercatat sebesar USD392,03 miliar, segmen bisnis hijau mengantongi pendapatan sebesar USD6,38 juta atau Rp98,69 miliar, serta segmen ventura digital tercatat sebesar USD6,15 juta atau Rp95,15 miliar.
Dari sisi pengeluaran, beban pokok kontrak dan penjualan INDY tercatat sebesar USD2,04 miliar atau Rp31,65 triliun, naik dari sebelumnya USD1,47 miliar. Adapun, beban penjualan, umum dan administrasi tercatat sebesar USD151,01 juta atau Rp2,33 triliun.
Hingga akhir September 2022, total nilai aset INDY susut tipis 0,91% menjadi USD3,68 miliar atau Rp56,96 triliun, dibandingkan posisi akhir Desember 2021 yang sebesar USD3,69 miliar. Liabilitas perseroan tercatat sebesar USD2,44 miliar dan ekuitas sebesar USD1,23 miliar.
Diketahui, perseroan saat ini semakin serius menjalani bisnis di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). Pada akhir September lalu, INDY melalui anak usahanya yakni, PT Mitra Motor Group (MMG) telah mendirikan perusahaan patungan atau joint venture dengan Foxteq Singapore Pte. Ltd. yang diberi nama PT Foxconn Indika Motor (FIM).
Nantinya, FIM akan melakukan kegiatan manufaktur untuk kendaraan listrik komersial dan baterai elektrik, yang akan terefleksikan pada kegiatan usaha. Antara lain, melakukan kegiatan manufaktur kendaraan bermotor roda empat atau lebih, melakukan kegiatan manufaktur batu baterai, serta memberikan jasa konsultasi manajemen.