PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjadi saham idola di awal 2023 ini seiring melambungnya harga emas hingga tersengat cuan dari potensi nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV).
Melansir data Tradingeconomics pada Rabu (25/1), harga emas saat ini mencapai USD1.928,12/troy ons atau melambung 7,38 persen selama sebulan belakangan seiring meningkatnya minat investor dalam menjadikan emas sebagai aset investasi.
Melansir CNN Business, melambungnya harga emas seiring potensi perlambatan kenaikan laju suku bunga The Fed yang membuat logam mulia terutama emas menjadi menarik seiring penilaian investor terhadap emas yang menjadi safe haven atau aset investasi yang aman.
Naiknya harga komoditas ini menjadi sentimen positif bagi emiten emas, yakni MDKA.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, dalam sebulan terakhir, harga saham MDKA terkerek hingga 16,63 persen. Sementara, secara year to date (YTD), saham MDKA juga naik hingga 15,78 persen.
Selain cuan dari naiknya komoditas, terdapat sentimen lainnya yang membuat saham MDKA menjadi semakin menarik untuk dikoleksi oleh investor.
Melansir analisis JP Morgan bertajuk Asean Metals: Pelimenary Thoughts on Tesla’s Potential Factory in Indonesia yang dirilis pada Kamis (12/1), MDKA tengah mengembangkan smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Asal tahu saja, HPAL merupakan teknologi yang digunakan dalam mengolah nikel kelas satu seperti nickel matte yang menjadi bahan baku baterai EV. Sementara jenis bijih yang bisa diolah biasanya adalah limonit yang memiliki kadar rendah di bawah 1,5 persen.
Di samping itu, rencana emiten dalam mencatatkan anak perusahaannya yang bergerak di sektor baterai EV menjadikan saham MDKA semakin prospektif kedepannya.
Melansir laporan CLSA pada Jumat (13/1), MDKA telah mengumumkan rencana untuk mencatatkan anak usahanya, yakni Merdeka Battery Materials (MBM) di bursa Tanah Air dalam waktu dekat.
Menurut CLSA, MDKA telah mengakuisisi 51 persen aset perusahaan nikel pada Maret 2022 seharga USD375 juta atau setara Rp5,55 triliun dengan asumsi kurs Rp14.815/USD.
“Listing tersebut kemungkinan akan memosisikan MBM sebagai proxy utama untuk EV di Tanah Air,” tulis riset tersebut.
Adapun, MBM memiliki 51 persen cadangan nikel sebesar 189 juta dan 1,1 miliar dry metric ton (dmt) dan 50,1 persen dari kapasitas produksi nickel pig iron atau NPI dengan total 38 kilo ton nickel matte per tahun (ktpa).
Sementara, MBM tercatat memiliki kawasan industri seluas 3.600 hektare (ha) di Konawe, Sulawesi Tenggara.
CLSA juga menyebutkan, MBM bakal memulai operasi penambangan bijih limonit pada semester II-2023 dengan kapasitas 6-8 juta wmt/tahun.
Sementara hasil IPOnya nanti kemungkinan akan digunakan perusahaan untuk mengembangkan HPAL melalui kemtiraan.
“Kami berharap, MBM dapat berkontribusi sebesar 50 persen atau 70 persen terhadap pendapatan dan laba kotor dari MDKA,” tulis CLSA.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.