https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/17/154810426/rapbn-2019-lebih-realistis
RAPBN
2019 telah disahkan oleh DPR sebagai Undang-undang pada Rabu tanggal 31
Oktober 2018 yang lalu, setelah melalui pembahasan antara pemerintah dan DPR
melalui Badan Anggaran, ada peningkatan dibandingkan dengan APBN tahun 2018.
Total Anggaran Belanja Tahun 2019 sebesar 2.461,1 Triliun sedang Anggaran
Belanja tahun 2018 sebesar 2.220,7 triliun rupiah.
Informasi
tentang RAPBN setiap tahun selalu ditunggu oleh masyarakat dari berbagai
lapisan, terutama para pelaku ekonomi dan bisnis, karena menjadi bahan baku
dasar tentang berbagai program dan kegiatan yang dikerjakan oleh pemerintahan
yang berkuasa selama setahun berjalan.
Pada
dasarnya besaran anggaran belanja yang akan dikeluarkan oleh pemerintahan dalam
satu tahun anggaran akan menjadi penggerak utama semua sektor kegiatan dan
bahkan kehidupan pembangunan yang akan menyentuh dan mendinamisir seluruh
lapisan masyarakat.
Semakin
besar anggaran belanja yang akan dianggarkan akan mendorong kegiatan
pembangunan, ekonomi, sosial dan kemasyarakatan semakin meningkat. Itu
sebabnya, angka APBN suatu negara akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagai indikator bahwa negara itu semakin maju dan berkembang, dan bukan
sebaliknya.
Keberhasilan
suatu pembangunan dibawah rezim "penguasa" atau pemerintahan tertentu
sering diukur dengan APBN yang dikelola dari tahun ke tahun. APBN ini juga
berlapis pelaksanaannya, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah dalam sebuah
rangkaian sistem yang ketat dan terkendali.
Pada
dasarnya Anggaran Belanja yang direncanakan oleh pemerintah akan menjadi
peluang yang akan dimanfaatkan oleh dunia bisnis dan ekonomi. Tidak saja hanya
untuk satu sektor saja, tetapi semua sektor akan menjadi peluang bisnis yang
akan diantisipasi dan dimanfaatkan oleh para pengusaha, entrepreneur, bahkan start-up
business.
Anggaran Defisit, RAPBN 2019
Besarnya
anggaran atau uang yang akan dibelanjakan dan dikeluarkan oleh pemerintah
selama tahun 2019 yang akan datang sebesar 2.461,1 triliun rupiah. Sebagai
sebuah rencana angka ini sangat mungkin berubah, bisa naik bisa juga turun,
sangat tergantung dari berbagai faktor yang akan terjadi di sepanjang tahun
2019 yang akan dijalani.
Bila
jumlah pengeluaran sebesar itu, maka pemerintah harus memiliki dana sebesar itu
juga. Dan ternyata dana yang tersedia lebih kecil dari yang dibutuhkan,
yaitu sebesar 2.165,1 triliun rupiah sebagai pendapatan negara secara
keseluruhan. Disana ada defisit 296 triliun rupiah atau sekitar 1,84 persen
terhadap produk domestik bruto (PDB). Sesuatu yang lumrah dan biasa dalam menyusun
rencana anggaran pendapatan dan belanja, anggaran defisit yang kekurangannya
akan dipenuhi dengan berbagai skenario dalam implementasinya nanti.
RAPBN
sebuah contoh konkrit bagaimana membuat dan merancang sebuah rencana besar
dalam mengelola sebuah negara dalam setahun. Memang tidak ada rencana yang
sempurna dalam dunia ini, termasuk juga dalam merencanakan RAPBN sebuah negara.
Namun, harus dipahami bahwa sebuah rencana yang hebat dan baik akan sangat
tergantung dari bagaimana mengestimasi semua kemungkinan yang akan terjadi pada
tahun anggaran yang akan dijalani itu.
Itu
artinya, kehebatan sebuah RAPBN itu sangat tergantung dari berbagai asumsi yang
dibangun sebagai fondasi dalam merancang semua angka-angka rupiah yang ada
dalam sebuah RAPBN itu sendiri.
Berdasarkan
dokumen data yang ada dan sudah dipublikasikan secara luas ke masyarakat, RAPBN
Indonesia 2019 dirancang dengan asumsi-asumsi dasar berikut ini:
1. Asumsi dasar Ekonomi Makro
Pertumbuhan
ekonomi 5,3 persen
Inflasi
3,5 persen
Nilai
tukar 15.000 per dolar AS
Suku
bunga SPN 5,3 persen
Harga
minyak mentah (ICP) USD 70 per barel
Lifting
minyak 775.000 barel per hari (bph)
Lifting
gas 1,25 juta barel setara minyak
2. Asumsi dasar target pembangunan ekonomi
Pengangguran
4,8-5,2 persen
Kemiskinan
8,5-9,5 persen
Rasio
gini 0,380-0,385
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) 71,982.
Asumsi
dasar merupakan kondisi empiris atau aktual yang harus terjadi ketika sebuah
rencana akan dilaksanakan dengan tuntas. Perubahan asumsi akan mengubah semua
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Sebagai contoh, diasumsikan nilai tukar
rupiah terhadap dollar USA sebesar Rp. 15.000 per dollar, maka angka ini akan
berdampak pada semua rencana pelaksanaan kegiatan terkait dengan valuta asing,
khususnya terhadap dollar USA. Kegiatan perdagangan dan industri yang melakukan
kegiatan eksport dan import akan berubah apabila asumsi nilau kurs berubah.
Menjual
minyak ke luar negeri dan atau membeli/mengimport bahan bakar minyak dari luar
negeri akan sangat ditentukan nilainya oleh nilai kurs pada saat terjadi
transaksi itu. Demikian juga untuk kegiatan sektor lainnya.
Tidak
saja hanya pihak pemerintah yang akan peduli dan memperdulikan asumsi-asumsi
dasar ini, tetapi semua pelaku ekonomi dan bisnis, akan sangat cermat
menghitung berbagai kemungkinan peluang yang akan terjadi.
Membaca Peluang dalam RAPBN 2019
Setiap
angka rupiah yang ada dalam RAPBN pada dasarnya merupakan peluang bisnis yang
tersedia untuk digarap oleh dunia usaha dan dunia ekonomi. Itu sebabnya, setiap
rupiah yang dibelanjakan akan mendorong kegiatan usaha dan ekonomi nyata.
Disana akan ada multiplier efek yang sangat dahsyat, dan menyebabkan adanya
dinamika kehidupan masyarakat.
Anggaran
atau uang dibelanjakan akan menjadi alat dan berputar terus menerus dalam
kegiatan masyarakat. Semakin dinamis kegiatan masyarakat maka uang yang ada di
tangan masyarakat akan terus berputar dan bergerak, dan itulah yang diharapkan
oleh kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ukuran
kemajuan suatu bangsa akan terlihat dari dinamika kehidupan ekonomi yang
terjadi. Semakin sibuk dinamika kehidupan itu, semakin majulah suatu negara
itu. Sebaliknya semakin rendah dinamikanya maka negara itu akan semakin
terpuruk dan bisa saja menjadi miskin.
Bila
dicermati postur maupun garis besar dari RAPBN 2019, maka bisa dibaca
peluang-peluang apa saja yang terbuka untuk dimasuki dan dimanfaatkan oleh
masyarakat selama tahun 2019.
Peluang pada Belanja Pegawai:
Di
Indonesia ini Pegawai Negeri Sipil, PNS atau ASN, jumlahnya sekitar 4,3 juta
orang. Mereka dibiayai oleh negara melalui APBN setiap tahun. Bisa dibayangkan
besarnya belanja yang harus dikeluarkan untuk semua ASN ini.
Untuk
tahun 2019, besarnya belanja pegawai negeri berada pada angka 368,6 triliun
rupiah, tahun ini ada angka kenaikkan sebesar 5% atau setara dengan 26,1 triliun
rupiah. Angka belanja pegawai ini sekitar 30an% dari total RAPBN sebesar 2.61,1
triliun rupiah.
Belanja
pegawai ini akan menjadi peluang bagi dunia bisnis untuk meresponsenya dengan
pemenuhan kebutuhan dari para ASN ini. Mulai dari kebutuhan sangang pangan,
perumahan, pendidikan, sampai kepada investasi dan kebutuhan jasa-jasa lainnya.
Dipastikan
dunia usaha dari berbagai sektor akan terus mengkaji untuk memberikan penawaran
kepada semua ASN sebagai target market yang memiliki penghasilan yang bersumber
dari APBN 2019 ini.
Peluang pada Bidang Pendidikan
Sejak
reformasi terjadi di Indonesia anggaran belanja untuk pembangunan bidang
pendidikan di Indonesia sangat besar yaitu, 20% dari total RAPBN. Walaupun
hasilnya belum terlalu signifikan untuk merubah wajah pendidikan di Indonesia,
tetapi kebijakan ini terus dilakukan dari tahun ke tahun. Dan dipastikan
belanja bidang pendidikan ini menjadi peluang yang sangat besar dan signifikan
dalam dunia usaha.
Anggaran
pendidikan tahun 2019 berada pada posisi angka sebesar 492,5 triliun rupiah.
Meningkat dari banding tahun 2018 sebesar Rp. 432 triliun, dan pada tahun 2017
belanjanya sebesar 406,1 triliun rupiah.
Ini
tentu peluang usaha yang sangat menantang dan tersebar diseluruh Indonesia
mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah terpencil sekalipun. Dari total
belanja tahun 2019, sebesar 308.4 triliun rupiah akan menjadi jatah
daerah diluruh wilayah Indonesia, dan hanya 163,1 triliun rupiah saja yang
beredar di pusat, sebanyak 20 triliun rupiah untuk belanja pengembangan
pendidikan nasional, dan sekitar 990 miliar rupiah untuk dana abadi penelitian.
Dipastikan
akan sangat banyak program dan kegiatan yang akan melibatkan banyak pihak,
terutama swasta atau perusahaan-perusahaan dalam melaksanakan semua rencana
belanja itu. Dan inilah peluang yang tersedia bagi dunia usaha untuk diambil.
Peluang pada Bidang Infrastruktur
Bidang
atau pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor yang banyak
menarik perhatian pelaku bisnis usaha dan maupun jasa. Karena anggaran belanja
yang dikeluarkan oleh pemerintah sangatlah besar, dan selalu meningkat dari
tahun ke tahun.
Ini
menjadi sangat penting dicermati, karena dalam era kepemimpinan Kabinet Kerja
dari Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, bidang infrastruktur menjadi pusat
perhatian oleh semua orang. Tidak saja dunia usaha dibidang pengadaan jasa dan
barang bidang infrastruktur, tetapi juga para politisi yang melihat ada
"peluang" empuk sebagai sumber eksplorasi yang harus digarap secara
khusus.
Untuk
tahun anggaran 2019, anggaran belanja untuk sektor infrastruktur berada pada
angka sebesar Rp. 420,5 triliun, meningkat sedikit ketimbang tahun sebelumnya
2018 yaitu Rp. 410,4 triliun. Ini angka-angka budget yang raksasa yang akan
diimplementasikan pada bidang-bidang utama mendorong perubahan Indonesia secara
lebih mendasar dan menyeluruh.
Memahami
postur belanja untuk infrastruktur ini, yang mendominasi pada infrastruktur
ekonomi dengan jumlah belanja sebesar Rp.404,6 triliun, untuk infrastruktur
sosial sebanyak Rp. 10,7 triliun, dan sisanya dukungan untuk infrastruktur
sebanyak Rp. 5,2 triliun
Ini
menjadi peluang bisnis yang akan dibaca, dicermati dan diambil oleh pihak
pengusaha sebagai penyedia jasa ataupun barang dan jasa, yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia.
Peluang pada Bidang Kesehatan dan lainnya
Demikian
juga dengan semua bidang atau sektor pembangunan lainnya akan menjadi peluang
yang harus dicermati dan dibaca serta di eksploitasi oleh pihak publik maupun
pengusaha dari berbagai industri yang ada. Seperti bidang kesehatan, pelayanan
umum, pertahanan, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan
permukiman serta fasilitas umum, pariwisata, agama dan sebagaimana.
Bidang
kesehatan misalnya, untuk tahun 2019 jumlah belanja yang disediakan sebesar 122
triliun rupiah, yang terdiri dari 88,2 triliun rupiah melalui belanja
Pemerintah Pusat dan sisanya sebesar 33,7 triliun rupiah belanja melalui daerah
dan dana desa.
Dipastikan
akan sangat banyak peluang bisnis yang akan diperebutkan oleh para pengusaha
penyedia jasa pengadaan barang sebagai proyek selama tahun 2019. Jumlah belanja
122 triliun sesuatu yang yang tidak kecil untuk mendorong dinamika dan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia.
Peluang pada Asumsi RAPBN
Membaca
dengan cermat semua asumsi dalam Rancangan APBN 2019, pada dasarnya disana ada
peluang bisnis yang secara tidak langsung bisa dimanfaatkan oleh para investor
maupun pengusaha dalam berbagai sektor usaha.
Asumsi
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% menjelaskan usaha dan perjuangan pemerintah
selama tahun 2019 akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik. Artinya,
dipastikan dinamika dan geliat ekonomi akan sangat tinggi, sebab angka pertumbuhan
5,3% relative tinggi, walaupun lebih kecil angka target pertumbuhan pada tahun
buku 2018.
Asumsi
pertumbuhan ekonomi ini memperlihatkan sikap positive dan dinamis dari pihak
pemerintah tentang akan cerah dan bergairahnya perekonomian pada tahun 2009.
Ini indikasi pemerintah mendorong terus agar pertumbuhan akan terus meningkat
kalau perlu melampaui angka asumsi dimaksud.
Bagi
investor, bagi para penguasa dan CEO dan Manajer di dalam perusahaan harus
melihat ini sebagai peluang yang akan menggairahkan pertumbuhan usaha dan
bisnis yang dikelola. Sikap optimis dan positive sendiri, pada dirinya sendiri
telah menjadi peluang usaha yang harus dikelola.
Asumsi
lainnya adalah tingkat inflasi sebesar 3,5%, artinya, bila asumsi ini bisa
dicapai bahkan lebih kecil lagi, maka masyarakat akan memiliki daya beli yang
semakin baik dan kuat dalam dunia ekonomi. Ini indikasi akan membaiknya
kesejahteraan masyarakat pada sisi dan menjadi peluang bisnis produk dan jasa
bagi pengusaha.
Asumsi
inflasi yang hanya 3,5% mengindikasikan suku bunga bank dipasar uang akan
semakin menurun, dan ini sebagai peluang bagi pengusaha akan tersedia modal
yang berbiaya murah dalam melakukan ekspansi usaha. Dengan inflasi yang
relative kecil akan menjadi peluang investor untuk meraup untung yang berarti
pada return investasi sekitar 10%.
Penutup
Betul sekali bahwa RAPBN itu peluang yang maha dahsyat bagi dunia usaha, bagi
para manajer, bagi para CEO dan bagi Pemimpin perusahaan.
Walaupun
demikian, tidak otomatis semua peluang itu bisa dinikmati langsung, tetapi
dibutuhkan kejelian, keberanian, dan kecermatan menghitung dan bersaing dengan
ketat oleh para pengusaha lainnya.
Kompetisi yang semakin ketat akan menolong situasi untuk meningkatkan profesionalitas para pengusaha mengambil semua kesempatan itu. Dan dengan begitu, maka kualitas jasa yang diberikan juga akan menjadi sangat tinggi dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.