Pilih Mana? Investasi di Pasar modal atau di Pasar Uang?
Di peradaban masa kini, seluruh informasi yang kita inginkan bisa dengan mudah didapatkan. Apapun dapat ditemukan di “mbah google”, termasuk dalam mencari informasi produk yang tepat dalam berinvestasi. Terdapat dua pilihan dalam berinvestasi yaitu Pasar Modal dan juga Pasar Uang.
Tentang Pasar Modal
Definisi menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 :
Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Instrumen Pasar Modal :
1. Saham
2. Obligasi
3. Derivatif (turunannya)
Berinvestasi di pasar modal saat ini dapat dilakukan dengan minimal dana Rp100.000,- baik dalam rekening efek saham maupun reksa dana. Dalam berinvestasi pasti memiliki keuntungan dan kerugian. Beberapa keuntungan yang didapat dalam berinvestasi di Pasar Modal adalah
1. Capital Gain : Selisih harga ketika membeli dan menjual instrument efek pasar modal
2. Dividen : Pembagian keuntungan perusahaan yang dibagikan untuk para pemegang saham
Sedangkan kerugian yang mungkin diterima oleh investor pasar modal adalah
1. Capital Loss : penurunan nilai efek dari harga pembelian
2. Likuidasi : sulitnya melakukan penjualan atas instrumen efek yang tidak liquid
3. Kebangkrutan Perusahaan
Istilah umum yang sering didengar ketika kita berinvestasi di pasar modal adalah “high risk high return”.
Tentang Pasar Uang
Definisi menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/11/PBI/2016 :
Pasar Uang adalah bagian dari sistem keuangan yang bersangkutan dengan kegiatan perdagangan, pinjam meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran.
Instrumen Pasar Uang :
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
3. Sertifikat Deposito
4. Commercial Paper dll
Pasar uang adalah tempat bertemu antara penjual dan pembeli dengan obyek yang diperjualbelikan berupa surat berharga atau dana jangka pendek. Pasar uang sendiri memiliki manfaat yang juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Maka manfaat pasar uang bagi investor adalah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan idle money kita agar dapat menghasilkan keuntungan
2. Memiliki risiko yang cenderung rendah, karena instrument yang diinvestasikan berjangka waktu pendek.
3. Dalam beberapa instrument pasar uang dapat menghasilkan return yang mengalahkan tingkat inflasi
4. Memiliki likuiditas yang tinggi (mudah untuk mencairkan)
Adapun risiko yang mungkin dialami, sebagai berikut :
1. Resiko Pasar (interest rate risk), yaitu resiko yang disebabkan oleh fluktuasi nilai surat berharga yang menyebabkan capital loss
2. Modal yang lebih besar, umumnya investasi di Pasar Uang membutuhkan dana yang lebih besar dibanginkan pasar modal.
3. Resiko Re-Investment, resiko yang terjadi karena bunga reinvestasi tidak sesuai dengan prediksi sehingga menimbulkan kerugian.
4. Resiko Gagal Bayar (default risk atau credit risk), yaitu resiko yang terjadi karena ketidakmampuan debitur membayar kewajibannya sesuai perjanjian.
Setiap orang tentu memiliki tujuan investasinya masing-masing. Bukan berarti investasi di pasar modal atau pasar uang lebih baik atau lebih buruk. Yang terpenting adalah kita menyisihkan pendapatan kita untuk investasi, karena investasi merupakan penyelamat keuangan kita di masa depan.
Lalu, bagaimana dengan kalian? Lebih pilih investasi dimana? Kenapa? Atas alasan dan tujuan apa kalian berinvestasi?
Saya lebih memilih investasi di pasar modal dengan intrumen saham karena saya berinvestasi pada apa yang saya pahami resiko dan keuntungannya. Terlebih bagi saya yang masih muda, saham memiliki daya tarik tersendiri. Selain karena keuntungannya yang menjanjikan kemudahan mengakses produknya dan banyaknya forum-forum diskusi di dunia saham semakin membuat terpacu untuk terus belajar dan saling berbagi ilmu dengan investor lainya.
Alasan serta tujuan berinvestasi di saham adalah untuk mempersiapkan diri dimasa depan, baik untuk keperluan pribadi maupun keluarga kelak. Selain itu juga untuk mengasah kemampuan dan pola pikir karena dengan berinvestasi kita di tuntut untuk selalu belajar dan update tentang kondisi ekonomi.
10 May 2018
by: Akhmad Nuranyanto
ya klo kata aku sih memang tergantung dari profil si investor tersebut seperti bagaimana karakteristik investasi yang ingin dimiliki investor tersebut.
nah pertanyaannya bagaimana kalau aku menjadi investor? waduh... aku juga bingung yaa hehe... belum begitu pengalaman... lebih sering ngutang dr pada investasi hehe... tp misalkan aku punya uang dan menjadi investor aku akan konsultasi ke manajer investasi aja sih. belum berani untuk memegang portofolio investasi sendiri. ya paling investasi yang resikonya lebih rendah dulu. ya mungkin gabungan dari keduanya juga. klo aku sih pilih yg risikonya lebih rendah dulu. klo di pasar modal ya mungkin beli obligasi/ surat hutang dulu. di pasar uang nya beli SBI.
ya mungkin itu klo dari saya
thanks
salam,
rizki
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Saya akan memilih investasi di pasar modal, dengan alasan keuntungan yang didapatkan dengan berinvestasi di pasar modal lebih besar daripada risiko yang ada jika kita sudah memahami dan bisa memilih perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang baik dan memiliki pertumbuhan yang signifikan sehingga akan memberikan kita keuntungan yang besar dengan tingkat resiko yang kecil. Namun, tidak semua orang tau bagaimana memilih perusahaan yang bagus, bagaimana melihat nilai fundamental perusahaan, bahkan sebagian besar masyarakat umum di Indonesia masih belum mengetahui apa itu pasar modal. Bukankan hak setiap orang untuk tau apa itu pasar modal, mereka seharusnya memiliki pilihan lain selain berinvesatasi di pasar uang tetapi mereka dipaksa oleh ketidaktahuan untuk berinvestasi di pasar uang. Tugas dan kewajiaban dari setiap orang yang telah mengetahui pasar modal untuk menyebarluaskan informasi ini.
Selain itu, modal yang saya butuhkan untuk berinvestasi di pasar modal tidak besar, cukup dengan Rp. 100.000,- saya bisa menyisihkan uang saya tiap minggu untuk diinvestasikan di pasar modal. Bukankah sedikit-sedikit menjadi bukit. Ini adalah salah satu perubahan yang sangat baik di pasar modal, beberapa tahun yang lalu sebagian besar orang akan berpikir bahwa investasi di pasar modal hanya untuk orang-orang kaya, sekarang seluruh kalangan masyarakat di Indonesia yang telah mempunyai KTP sudah bisa menabung saham dengan biaya yang tidak lebih besar dari biaya kuota data yang mereka gunakan tiap bulannya.
Investasi merupakan penyelamat keuangan kita di masa yang akan datang.
Bagi saya, investasi merupakan STRATEGI agar kita dapat menang melawan musuh yang bernama "inflasi". Inflasi mampu menggerus nilai dari mata uang kita, sehingga pada masa depan nilainya menjadi lebih kecil dari pada sekarang.
Saya sengaja menggunakan kata "STRATEGI" karena sebelum berinvestasi pun, kita harus mempunyai STRATEGI yang matang. Sebelum berinvestasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan:
1. Mengukur risk-profile. Risk-profile mampu mengukur seberapa besar resiko penurunan nilai yang mampu diterima, apa tujuan investasi, dan berapa lama berinvestasi pada suatu instrumen.
2. Pelajari tiap-tiap jenis investasi. Setiap investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini dapat disesuaikan dengan risk-profile masing-masing.
3. Penyiapan dana. Sebelum berinvestasi, hendaknya kita mengukur porsi pengeluaran kita (termasuk dana darurat) terhadap penghasilan yang diterima. Hal ini dikarenakan investasi sebaiknya menggunakan idle money atau dana yang tidak digunakan untuk kebutuhan primer/sekunder.
4. Kondisi (politik, ekonomi, event, dan sebagainya). Dengan memperhatikan dan menganalisis kondisi saat ini, kita dapat menentukan instrumen investasi apa yang sebaiknya digunakan. Selain itu, kita juga dapat melakukan diversifikasi dalam investasi pada kondisi tertentu.
Setelah berinvestasi, hendaknya dilakukan monitoring secara berkala, agar investasi dapat sesuai dengan STRATEGI yang telah direncanakan.
Jika saya diminta untuk memilih antara pasar modal ataupun pasar uang, saya akan tetap memilih Pasar modal. Hal ini dikarenakan:
1. pasar modal mempunyai instrumen investasi dengan risk-profile yang beragam baik beresiko rendah (reksa dana pasar uang) maupun beresiko tinggi (saham / reksadana saham), sedangkan pasar uang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki risk-profile defensif/konservatif.
2. Di pasar modal, kita mampu memindahkan investasi dari instrumen yang satu kepada instrumen yang lainnya untuk menyesuaikan dengan kondisi seperti yang telah disebutkan di atas.
3. Dengan mempelajari fundamental dengan baik, resiko investasi pada pasar modal dapat diperkecil.
4. Investasi dalam pasar modal tidak memerlukan modal yang relatif besar sehingga cocok bagi investor pemula.
Tujuan saya berinvestasi adalah untuk mempersiapkan dana pada hari tua agar saya dapat hidup dari hasil investasi saya. Dengan kata lain, saya tidak lagi bekerja untuk uang, melainkan uang akan bekerja untuk saya.
Demikianlah pendapat saya mengenai investasi. Mari berinvestasi sejak awal demi masa depan kita dan keluarga kita. Terima kasih. :)
10 May 2018
by: Brian Lee
Investasi di pasar modal dan pasar uang memiliki tingkat risikonya masing-masing, dengan tingkat pengembalian yang tentunya sesuai dengan tingkat risiko tersebut. Setiap investor hendaklah mengetahui selera risiko dan jangka waktu investasinya masing-masing sebelum memilih instrumen investasi.
Saya menyisihkan pendapatan saya untuk dapat digunakan di masa depan, maka dari itu saya berinvestasi untuk jangka panjang. Selain itu, saya memiliki kecenderungan untuk memilih tingkat risiko menengah, agar menendapatkan pengembalian yang lebih tinggi dari risk-free rate seperti SBI, ORI dan semacamnya. Maka dari itu, saya memilih instrumen keuangan yang ada di pasar modal, yaitu obligasi dan saham. Saya tidak memilih derivatif karena memiliki risiko yang lebih tinggi dari selera risiko saya.
“Don’t put all your eggs in a basket” saya selalu mempercayai prinsip ini untuk mengurangi risiko. Maka, saya mendiversifikasi investasi ke dalam obligasi dan saham perusahaan-perusahaan yang memiliki karakteristik risiko dan jenis industri yang berbeda-beda.
10 May 2018
by: Roy Tua Hamonangan
Jika saya memiliki dana berlebih yang idle, saya akan lebih memilih untuk investasi di Pasar Modal, terutama Saham Syariah / Sukuk Ritel. Karena dua instrument tersebut yang sesuai dengan prinsip saya. Selain itu, untuk saham, modal yang dibutuhkan untuk investasi tidak sebanyak Pasar Uang dan saya cukup aware soal ekonomi maupun finance, jadi resiko tertipu atau kurang informasi pasar masih dapat diminimalisir.
Tujuannya ya untuk tabungan di masa depan, terutama karena saham bisa disimpan dalam jangka panjang. Pokok ada dana sama informasi perusahaan mana yang potensial dan sahamnya bisa dibeli, berangkat dan simpan sampai benar-benar butuh saja baru dijual.
Nah tapi kalo Sukuk Ritel beda lagi, sepertinya itu bisa jadi opsi kalau saya sudah ada stable income dan pengeluaran bisa banyak di waktu-waktu tertentu, seperti untuk pendidikan anak. Jadi benar-benar direncanakan kapan belinya dan berapa tahun tenornya. Sangat membantu untuk menjaga uang yang terkumpul tidak terpakai untuk keperluan lain. Kalau perusahaannya bangkrut atau pemerintah gagal bayar, ya itu beda lagi, tapi pasti sudah dipertimbangkan di awal. Selain itu kita juga dapat berkontribusi secara langsung terhadap pembangunan Indonesia lewat Sukuk Ritel :)
10 May 2018
by: Umda Nafia Yasin
Pada dasarnya setiap investor memiliki kebebasan untuk berinvestasi dengan instrumen yang dia sukai, baik itu di pasar uang, pasar modal, real asset, maupun instrumen alternatif (sneakers, lukisan, crypto, dll.). Selama investor memiliki wawasan dan pemahaman yang cukup akan resiko dari instrumen pilihannya.
Akan tetapi kalau saya boleh beri saran, sebaiknya instrumen yang dipilih disesuaikan dengan "investment horizon and risk appetite" yang tentunya berbeda dari satu investor ke investor lainnya. Seorang lajang berusia 27 tahun tentu memiliki "horizon" yang berbeda dengan seorang ayah 52 tahun yang memiliki anak yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Seorang senior manager usia 38 tahun tentu memiliki "appetite" yang berbeda dengan pegawai baru usia 25 tahun yang punya tanggungan KPR dan KPM.
Kalau saya pribadi yang masih usia kepala dua, tentu lebih memilih 100% equity portfolio. Untuk saat ini saya lebih fokus dengan instrumen reksadana ETF, selain risk yang lumayan rendah, harganya juga terjangkau. Selain itu saya juga sudah memiliki real asset berupa rumah kostan di daerah Serpong. Untuk saham ritel, saya masih menumpang memakai account ayah saya hehehe....
Tujuan investasi memang asset preservation dan asset appreciation, namun kita harus selalu ingat, "Only invest what you can afford to lose." Investasikanlah hanya dari disposable income / idle money saja, jangan dari pos yang lain. Jadi jangan sampai dana yang seharusnya untuk expense dikorbankan untuk investasi meski kita 99% yakin akan return yang diharapkan sekalipun.
Kedua jenis investasi baik di pasar uang maupun pasar modal memiliki keunggulan dan resiko masing2. Namun, saya pribadi lebih memilih berinvestasi di pasar modal dikarenakan beberapa hal, yaitu:
1. Kita dapat berinvestasi, khususnya pada pasar saham dengan modal yang terbilang rendah, sedangkan pasar uang cenderung membutuhkan modal yang cukup besar
2. Tidak hanya pasar uang, return pasar modal yang di analisis serta diperkirakan dengan baik dapat tumbuh melebihi inflasi, yang tentunya menguntungkan
3. Mudahnya peninjauan, dimana pada pasar modal khususnya saham, daoat ditinjau meggunakan telepon genggam yang kita miliki
Tujuan saya berinvestasi tentunya untuk mengetahui apa dan bagaimana proses pasar modal, khususnya saham, selain itu saya pun juga mengharapkan keuntungan di masa mendatang, khususnya bersumber dr capitalgain.
10 May 2018
by: Linati Haida Alimi