Apakah kamu tahu jenis-jenis strategi investasi yang sering digunakan dalam investasi pasar modal syariah? Apakah saat punya uang harus diinvestasikan semua sekaligus? Atau dicicil? Di dunia investasi ada beberapa strategi investasi, yang perlu kamu lakukan adalah mempelajari profil risiko dan peluang imbal hasil. Ada 4 strategi yang umum digunakan oleh investor: Lump SumDollar Cost AveragingValue Cost Averaging, dan Constant Share.

Sebelum mempelajari strategi-strategi tersebut, kamu harus pelajari dulu profil risiko kamu saat berinvestasi. Apakah kamu tipe investor yang konservatif (tidak mau rugi/lebih suka investasi yang stabil), moderat (siap mentolerir kerugian yang tidak terlalu besar), atau agresif (siap menerima jika terjadi kerugian). Tipe-tipe profil risiko diatas tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Prinsip utamanya adalah high risk for high return.

Lump Sum

Strategi investasi Lump Sum adalah menginvestasikan seluruh dana di awal, yang kemudian tidak menginvestasikan dana sama sekali pada waktu berikutnya. Jadi jika kamu memiliki uang Rp 10 juta, maka kamu investasikan seluruh uang Rp 10 juta tersebut. Kemudian kamu tidak menambahkan lagi dana investasi. Jika membeli reksa dana  pada saat yang tepat (harga murah atau harga diskon), kamu akan berpotensi mendapatkan keuntungan yang besar.  Strategi ini memiliki kelemahan jika kamu salah memilih waktu pembelian (misal saat harga masih sangat tinggi atau pasar dalam kondisi crash).

Dollar Cost Averaging (DCA)

Strategi investasi Dollar Cost Averaging (DCA) adalah investasi bertahap setiap periode tertentu (dicicil). Contoh seorang karyawan yang berinvestasi Rp 500.000 setiap bulannya di reksa dana. Strategi investasi DCA lebih cocok jika calon investor tidak memiliki modal besar di awal. Saat ini ada banyak produk reksa dana yang menawarkan fitur auto debet atau investasi secara otomatis yang memudahkan kamu untuk berinvestasi secara rutin.

Dari segi keuntungan, strategi ini bisa jadi kalah dibandingkan dengan strategi lump sum. Beberapa ahli mengatakan DCA adalah salah satu strategi dalam mendiversifikasi (waktu dan harga beli) sehingga investor diharapkan dapat memperkecil risiko.

Jumlah dana yang disetorkan dengan menggunakan strategi DCA selalu tetap, contoh Rp 500.000 per bulan. Jadi jumlah unit reksa dana yang didapat bisa jadi berbeda-beda, contoh:

  • Bulan April, harga reksa dana saham ABC Rp 1.000, jika Pak Ahmad Investasi sebesar Rp 500.000, maka Pak Ahmad mendapatkan Rp 500.000 / Rp 1.000 = 500 unit.
  • Bulan Mel, harga reksa dana saham ABC Rp 2.000, jika Pak Ahmad Investasi sebesar Rp 500.000, maka Pak Ahmad mendapatkan Rp 500.000 / Rp 2.000 = 250 unit.
  • Bulan Juni, harga reksa dana saham ABC Rp 750, jika Pak Ahmad Investasi sebesar Rp 500.000, maka Pak Ahmad mendapatkan Rp 500.000 / Rp 750 = 666 unit.

Value Cost Averaging (VCA)

Strategi investasi Value Cost Averaging (VCA) pada dasarnya mirip dengan DCA yaitu berinvestasi setiap periode tertentu. Perbedaan utama adalah jumlah dana yang disetorkan setiap bulannya.  Seseorang yang menggunakan strategi VCA, telah menentukan berapa jumlah unit yang harus dibeli setiap bulannya. Contoh Pak Ahmad menentukan setiap bulannya membeli 500 unit, maka:

  • Bulan April, harga reksa dana saham ABC Rp 1.000, maka Pak Ahmad harus berinvestasi sebesar 500 unit x Rp 1.000 = Rp 500.000
  • Bulan Mei, harga reksa dana saham ABC Rp 2.000, maka Pak Ahmad harus berinvestasi sebesar 500 unit x Rp 2.000 = Rp 1.000.000.

Constant Share  

Constant Share adalah startegi investasi yang sudah memiliki penghitungan dan asumsi imbal hasil investasi diawal. Dengan kata lain, investasi ini cocok untuk investor yang sudah memiliki tujuan investasi dan berpengalaman dalam menghitung hasil investasi di instrumen yang akan digunakan.

Contohnya, Pak Ahmad memiliki seorang anak berusia 10 tahun. 8 tahun lagi anak tersebut akan masuk kuliah. Pada saat masuk kuliah, Pak Ahmad harus mempersiapkan uang sebesar Rp 80.000.000. Pak Ahmad mengetahui bahwa  rata-rata hasil investasi reksa dana saham adalah 15% per tahun, maka Pak Ahmad setidaknya harus berinvestasi sebesar 8.700.000 per tahun.

Nah, kalo strategimu yang mana?




Artikel ini telah diterbitkan 

https://akucintakeuangansyariah.com/sobat-kismin-gak-perlu-bingung-investasi-lump-sum-atau-cicil-ya/