Dalam artikel tersebut, kita mengetahui bahwa untuk memenangi peperangan, kita tidak hanya harus mengenali diri kita sendiri, namun juga mengenali siapa musuh yang kita hadapi.

Demikian pula dalam berinvestasi di pasar saham, seorang investor yang bijak tidak hanya fokus dalam mengejar keuntungan, melainkan juga harus mengetahui tentang risiko yang dihadapi dalam berinvestasi di pasar saham. Dengan kata lain, mengetahui jenis risiko yang dihadapi dalam berinvestasi di pasar saham adalah salah satu hal yang perlu diketahui untuk dapat beats the market. Dengan mengenal risiko-risiko tersebut artinya kita telah mengenal musuh yang kita temui (atau akan kita temui) di pasar saham.

Lalu, apa saja risiko-risiko yang perlu kita ketahui (dan waspadai) dalam berinvestasi di pasar saham?

Pertama, kita perlu mewaspadai kondisi ekonomi dan politik. Kondisi ekonomi dan politik sebuah negara merupakan hal yang amat krusial dan tidak dapat dipandang sebelah mata oleh seorang investor. Investor lebih menyukai berinvestasi di negara yang aman dan kondusif ketimbang berinvestasi di negara yang penuh dengan perang. Mungkin kita masih ingat saat terjadi krisis ekonomi dan kerusuhan di tahun 1998, pasar saham Indonesia mengalami kehancuran. Harga saham berjatuhan bahkan beberapa saham sampai tidak ada harga nya sama sekali (Rp 0). Atau jangankan kerusuhan 1998, tahun 2016 kemarin pun peristiwa besar seperti BREXIT (British Exit), di mana negara Inggris memisahkan diri dari Uni Eropa membuat bursa-bursa saham regional berjatuhan. Kasus lain misalkan kondisi politik terkait Pemilihan Presiden juga biasanya turut mempengaruhi pergerakan bursa saham. Pertanyaannya, apa yang harus saya lakukan jika terjadi kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil? Secara teori, Anda sebaiknya mengalihkan uang Anda dari pasar saham ke pasar uang (obligasi atau deposito). Saat terjadi krisis di sebuah negara, maka pasar saham akan jatuh tanpa mengenal ampun dan tidak ada yang bisa melawannya.

Kedua, kita juga perlu mewaspadai risiko nilai tukar mata uang. Perubahan nilai tukar mata uang juga dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap kestabilan bursa saham. Perubahan nilai tukar mata uang yang stabil atau terjadi perubahan secara normal sebenarnya tidak akan menimbulkan gejolak di bursa saham, namun perubahan nilai tukar mata uang yang terjadi secara drastis dalam waktu yang singkat berpotensi membuat bursa saham bergejolak, terutama perusahaan yang memiliki hutang dalam bentu mata uang asing. Mungkin Anda masih ingat ketika di pertengahan 2013 yang lalu, di mana Rupiah melemah dari Rp 9.000 an ke Rp 12.000 an dalam waktu beberapa bulan? Atau pertengahan tahun 2015 di mana Rupiah melemah dari Rp 12.000 an ke Rp 14.500 an juga dalam waktu beberapa bulan? Perhatikan bahwa di periode tersebut, IHSG melemah cukup signifikan. Sementara pada sisi sebaliknya, penguatan nilai tukar secara signifikan akan mengakibatkan terjadinya deflasi yang merugikan ekonomi secara keseluruhan. Dampak dari deflasi tersebut adalah melemahnya pertumbuhan negara karena tertutup nya pasar ekspor.



Ketiga, kita perlu mewaspadai risiko bisnis dari setiap perusahaan. Dalam Laporan Tahunan, biasanya sebuah perusahaan menjelaskan apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Misalkan perusahaan batubara menghadapi risiko volatilitas harga batubara, di mana harga-harga saham perusahaan batubara berjatuhan ketika terjadi commodity crash di tahun 2012. Contoh lain misalkan perusahaan otomotif dan pendukungnya (pembiayaan, produsen ban, dll) yang menghadapi risiko pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi ketika penjualan mobil dan sepeda motor anjlok di tahun 2015, menyebabkan harga saham sekelas ASII pun turun secara signifikan, demikian pula dengan produsen ban seperti GJTL, atau perusahaan pembiayaan seperti ADMF dan WOMF, harga sahamnya pun berjatuhan. Dengan mengetahui risiko bisnis dari perusahaan, kita akan bisa mengantisipasi risiko kerugian tersebut. Bagaimana cara kita mengetahui risiko bisnis dalam laporan tahunan? Caranya Anda bisa lihat pada bagian ”Risiko-Risiko yang Dikelola”

Keempat, kita perlu mewaspadai risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan nilai kapitalisasi dan besarnya transaksi sebuah saham. Pentingnya likuiditas dari sebuah saham terutama karena adanya faktor yang tidak terduga yang mengharuskan Anda menjual seluruh kepemilikan saham. Proses penjualan akan lebih mudah jika ada pembeli yang siap menampung, namun bagaimana jika tidak ada? Risiko ini juga akan lebih erat pada investor atau fund manager yang mengelola dana dalam jumlah besar (miliaran rupiah). Bayangkan apabila Anda ingin menjual cepat saham untuk kebutuhan biaya operasi, namun karena harga saham tersebut tidak likuid, Anda harus menjualnya pada harga murah. Oleh karena itu, tetap perhatikan juga faktor likuiditas dalam berinvestasi di saham. Saya sendiri memiliki hitungan bahwa position sizing kita di sebuah saham adalah maksimal 5% dari rata-rata volume transaksi harian saham tersebut (misalkan rata-rata transaksi adalah Rp 2 miliar, maka maksimal position sizing adalah Rp 100 juta saja).

Kelima, kita perlu mewaspadai risiko emosional. Sebagai investor (atau trader), kita adalah manusia yang tidak lepas dari perasaan greed dan fear. Apabila harga saham naik biasanya muncul perasaaan greed. Contoh, kita sudah dalam keadaan floating profit 10%, normalnya kita akan berpikir bagaimana rasanya jika kita menikmati keuntungan 20%? Atau sebaliknya, ketika kita dalam keadaan floating loss 10%, normalnya kita akan takut bagaimana jika harga sahamnya terus turun menjadi 20%. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui nilai intrinsik sebuah saham sebagai landasan kita untuk meminimalisir greed dan fear ini.

Kurang lebih itulah risiko-risiko yang perlu kita waspadai sebagai investor saham. Sebenarnya ada beberapa risiko lainnya yang perlu kita waspadai, hanya saja dengan mewaspadai 5 risiko ini, kita seharusnya sudah selangkah lebih maju dibandingkan dengan investor lainnya.


Oleh : Rivan Kurniawan 
Indonesia Value Investor
Artikel ini sebelumnya terbit 01 November 2017 di: 
http://rivankurniawan.com/2017/11/01/mengenal-risiko-berinvestasi-di-pasar-saham/ dengan judul "MENGENAL RISIKO BERINVESTASI DI PASAR SAHAM?"