Dalam memvaluasi harga wajar sebuah perusahaan, ada banyak metode yang digunakan untuk menghitung harga wajar sebuah Perusahaan. Ada metode yang cukup kompleks digunakan, ada pula metode yang cukup sederhana. Nah pada artikel kali ini, Penulis akan membagikan salah satu metode valuasi yang cukup umum untuk digunakan. Metode valuasi yang cukup umum digunakan adalah Benjamin Graham Formula. Sesuai dengan namanya, formula ini diperkenalkan oleh Benjamin Graham (The Father of Value Investing) dalam bukunya The Intelligent Investor

 

Original Benjamin Graham Formula

Formula awal dari Benjamin Graham Formula adalah sebagai berikut :

 

Nilai Intrinsik = (EPS x (8.5+2g)

 

Dengan penjelasan komponen di atas adalah sebagai berikut :

  • EPS (Earnings per Share) adalah laba bersih per lembar saham.
  • 5 adalah asumsi yang digunakan Graham untuk perusahaan yang tidak bertumbuh (CAGR = 0%)
  • g adalah growth rate atau tingkat pertumbuhan

 

Seiring berjalannya waktu, Graham memperbaharui formula ini menjadi sebagai berikut :

 

Nilai Intrinsik = (EPS x (8.5+2g) x 4.4) / Y

 

Formula yang baru ini menambahkan 2 komponen, yaitu :

  • 4.4 adalah tingkat risk free rate (investasi bebas risiko) sewaktu tahun 1962
  • adalah yield obligasi perusahaan dengan rating AAA

 

Beberapa Penyesuaian Penting Dalam Benjamin Graham Formula

Sebelum kita melangkah lebih jauh, Penulis ingin mengingatkan bahwa Benjamin Graham Formula di atas diciptakan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :

  1. Formula di atas adalah formula yang diciptakan oleh Graham sekitar tahun 1962, yang berarti akan ada perbedaan untuk tahun 2018.
  2. Formula di atas menggunakan asumsi makro seperti risk free rate dan corporate bond yield untuk pasar Amerika, yang berarti juga akan ada perbedaan untuk pasar Indonesia.

 

Oleh karena itu, kita akan melakukan beberapa penyesuaian penting dalam Benjamin Graham Formula ini :

  • EPS (Earnings per Share). Seperti yang telah diketahui, EPS didapatkan dengan membagi Net Profit dengan jumlah saham beredar. Terkadang EPS sebuah perusahaan memiliki fluktuasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu EPS yang digunakan di sini adalah Normalized EPS.
  • Konstanta 8.5. Dalam beberapa kasus angka 8.5 ini akan memunculkan angka yang terlalu optimistis ketika menghitung nilai intrinsik, khususnya untuk pasar negara berkembang seperti Indonesia. Untuk menjaga tingkat konservatif, beberapa literasi menggunakan konstanta 7 ketimbang 8.5. Oleh karena itu, kita akan mengganti konstanta 8.5 ini dengan kontanta 7.0.
  • 2g (Growth rate). Sama hal nya dengan konstanta 8.5 di atas, dalam beberapa kasus “2 x G” akan memunculkan angka yang terlalu optimistis ketika menghitung nilai intrinsik untuk pasar Indonesia. Oleh karena itu, kita juga akan mengganti multiplier 2g menjadi 1g. Dan growth rate dibatasi di 15%.
  • Konstanta 4.4. Konstanta 4.4 adalah risk free rate (investasi bebas risiko) yang digunakan oleh Graham pada tahun 1962 untuk pasar Amerika. Oleh karena itu, kita perlu menyesuaikan dengan kondisi pada saat ini (2018) untuk pasar Indonesia. Oleh karena itu, kita akan mengganti konstanta 4.4 dengan yield obligasi pemerintah 10 tahun (Government Bond 10Y). Per artikel ini ditulis (Agustus 2018), Government Bond 10Y adalah sebesar 7.8%. Untuk mendapatkan data Government Bond 10Y, Anda dapat menemukannya di : https://tradingeconomics.com/indonesia/indicators.
  • Y (Yield). Untuk yield obligasi perusahaan, kita juga akan menyesuaikannya dengan yield obligasi perusahaan dengan rating AAA di Indonesia. Per artikel ini ditulis (Agustus 2018), yield obligasi korporasi dengan rating AAA saat ini adalah sekitar 11.4%. Untuk mendapatkan data yield obligasi perusahaan rating AAA, Anda dapat menemukannya di : http://www.ibpa.co.id/

 

Dengan beberapa penyesuaian di atas, maka kita akan dapatkan Benjamin Graham Formula yang kita gunakan untuk pasar Indonesia adalah :

Formula Benjamin Graham (Original) :

Nilai Intrinsik = (EPS x (8.5+2g) x 4.4) / Y

Formula Benjamin Graham (Adjusted) :

Nilai Intrinsik = (EPS x (7+1g) x 7.8) / Y

Contoh Kasus Perhitungan Benjamin Graham Formula

Sebagai contoh kasus, kita akan mencoba untuk menghitung harga wajar dari beberapa saham berikut dengan menggunakan Formula Benjamin Graham (Original) dan Formula Benjamin Graham (Adjusted) :

PTBA (Data Laporan Keuangan LK Q1 2018)
  • EPS (Annualized) : 503.8
  • g : 9.4%
  • Y : 11.4%

 

Nilai Intrinsik PTBA berdasarkan Benjamin Graham Formula (Adjusted) :

= (503.8 X (7 + 9.4) X 7.8) / 11.4

= 5.653

 

BBNI (Data Laporan Keuangan LK Q1 2018)
  • EPS (Annualized) : 789.9
  • g : 14.0%
  • Y : 11.4%

Nilai Intrinsik BBNI berdasarkan Benjamin Graham Formula (Adjusted) :

= (789.9 X (7 + 14.0) X 7.8) / 11.4

= 11,350

 

Kesimpulan

Benjamin Graham Formula menawarkan formula yang cukup sederhana untuk menghitung harga wajar sebuah saham. Formula ini bisa diapplikasikan untuk berbagai sektor dan industry, namun kita perlu untuk terus menyesuaikan beberapa komponen seperti yield obligasi perusahaan dengan rating AAA, tingkat risk free rate berjalan, dsb.

Perlu dipahami juga bahwa jika hanya menggunakan satu metode tidak menjamin keakuratan dalam menentukan harga wajar sebuah perusahaan. Metode ini dapat dikombinasikan dengan metode valuasi lain untuk memberikan konfirmasi bahwa hasil perhitungan cukup akurat, atau setidaknya tidak meleset jauh (next time Penulis coba share metode valuasi lainnya).

Silakan untuk dipraktekkan dengan menggunakan contoh kasus lainnya… Semoga bermanfaat…




Artikel ini telah diterbitkan di

http://rivankurniawan.com/2018/07/30/apa-itu-benjamin-graham-formula/