Kamu tahu gak sih generasi milenial penting banget lho melakukan proteksi finansial dengan cara berasuransi dan investasi. Apalagi saat ini peghasilan para milenial lebih banyak dihabiskan untuk memenuhi gaya hidup perkotaan daripada digunakan menabung.

Meskipun sudah banyak milenial yang berinvestasi, mereka cenderung masih kurang faham mengenai produk-produk investasi.  Maksudnya seperti ini, yang beli produk investasi ada 100 orang tapi cuma 20 orang yang mengerti, makanya banyak yang terjebak investasi bodong. Sebetulnya mana sih yang lebih penting untuk didahulukan? Investasi atau asuransi?

Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keungan (OJK), Sondang Martha menyarankan agar kaum milenial lebih bijak dalam mengatur keuangan. Para milenial disarankan menngunakan 10% dari penghasilan untuk asuransi terlebih dahulu, jika sudah punya asuransi baru bisa berinvestasi.

Menurut Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Moch. Ichsanuddin, dalam acara yang sama, saat ini generasi milenial memang masih banyak bergantung pada orang tua. Adapun yang sudah bekerja, masih menganggap bahwa asuransi tidaklah penting.

Gaya hidup hedonisme dinilai menjadi faktor yang menahan milenial menggunakan penghasilan mereka untuk berinvestasi.  Secara teori, investasi adalah menunda konsumsi demi masa depan, namun asuransi juga bisa diartikan demikian jika kita melihat produk-produk asuransi seperti sekarang dimana banyak produk asuransi yang merger dengan investasi.

Ichsanuddin menyarankan milenial mulai memiliki proteksi finansial dengan cara berasuransi dan berinvestasi. Apalagi dengan adanya saluran distribusi digital saat ini. Adanya penjualan produk investasi melalui e-commerce sangat membantu milenial untuk berinvestasi dengan nilai yang kecil.

Mengapa asuransi menjadi penting bagi milenial? Gaya hidup milenial saat ini cenderung tidak sehat dan banyak menimbulkan penyakit. Apalagi saat ini setiap bulannya milenial rata-rata menghabiskan Rp. 1 juta untuk “ngopi” dan 3,2 juta untuk pemenuhan gaya hidup lainnya. Akibatnya, berdasarkan data Prudential Indonesia yang diungkapkan Sharia, Government Relations, and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo, jumlah klaim penyakit serius seperti serangan jantung, semakin meningkat setiap tahunnya terutama di kalangan usia muda. Pada tahun 2018, Prudential membayar klaim Rp. 12,3 triliun, angka klaim usia milenial Rp. 500 Miliar yang jumlahnya 40 ribu orang.

Data tersebut membuktikan bahwa generasi milenial penting untuk melakukan proteksi finansial. Karena apabila mengalami penyakit serius, tabungan dan investasi pun akan habis. Generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan disarankan untuk menabung, selanjutnya berasuransi dengan menyisihkan sekitar 10 persen dari penghasilan. Namun, tidak disarankan untuk berasuransi jika basic needs

(kebutuhan pokok) belum terpenuhi dan tidak memiliki tabungan. Selanjutnya, milenial dapat berinvestasi.

Investasi juga harus disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko milenial. Memilih produk investasi harus dipahami baik keuntungan maupun risikonya. Oleh karena itu, investasi harus dipersiapkan secara matang, terutama  bagi milenial yang beragama muslim, investasi secara Syariah sangatlah penting. Milenial yang muslim sebaiknya memilih produk investasi yang dikelola sesuai dengan prinsip Syariah agar hasil investasi aman dan berkah.


Sumber: https://republika.co.id/berita/px0zx5415/pentingnya-milenial-melek-asuransi-dan-investasi-part1


Artikel ini telah diterbitkan di

https://akucintakeuangansyariah.com/generasi-milenial-penting-lakukan-proteksi-finansial/