Ini benar-benar menjadi kenyataan apa yang sejak
Selasa malam menjadi topik hangat diskusi di kalangan pelaku pasar saham di
Bursa Efek Indonesia, ketika sekitar 10 hari IHSG terus
anjlok hingga menembus turun sekitar 30%, sedemikian dahsyatnya dan IHSG harus
bertekuk dibawah angka 4000-an.
Seminggu yang lalu saya sudah mengatakan kepada
komunitas bahwa ini hanya sementara dan akan segera rebound. Oleh karena itu
segeralah koleksi dan kalau ada cadangan dana borong saham di BEI.
Terutama saham-saham yang sangat bagus, LQ45 dan
semacamnya. Paling tidak saham perbankan, BUMN juga sangat bagus untuk koleksi
investasi.
Bukan kebetulan kalau hari Rabu, 25 Maret 2020 adalah
libur nasional dalam rangka hari raya Nyepi. Menjadi kesempatan relaksasi psikologis
bagi pasar dan investor untuk mengevaluasi situasi pasar.
Dan hasilnya adalah hari ini, perdagangan sesi
pembukaan Kamis 26 Maret 2020. IHSG
mengamuk, begitu judul berita dari CNBC Indonesia untuk
menggambarkan bagaimana investor langsung menyerbu saham-saham yang sudah undervalued saat
ini. Karena IHSG penutupan pada hari selasa 24 Maret 2020 menjadi bottom titik
balik harga saham pada hari ini.
Catatan CNBC Indonesia pada Kamis pagi
menjelaskan bagaimana "ngamuknya" IHSG hingga melesat sampai 5% dan
berubah menerjang ke angka 4.125 hanya dalam waktu sekitar 8 menit pertama.
Mengapa harga saham di BEI menjadi mengamuk?
Jawabannya sederhana saja, karena harga saham sudah kelewat murah dibandingkan
dengan harga wajar atau nilai buku yang sesungguhnya.
Artinya juga bahwa sesungguhnya perusahaan emiten
bukan jelek, apalagi rugi dan bangkrut, tetapi hanya karena pengaruh psikologis
wabah virus Covid-19 membuat orang panik dan takut.
Lalu melepaskan sementara saham-saham mereka dan
mendorong penurunan harga saham selama sekitar dua minggu terakhir ini.
Pada umumnya, emiten di Bursa Efek Indonesia masih
sangat bagus performance-nya dan sangat layak untuk memilih saham mereka untuk
investasi jangka menengah dan panjang.
Kendati bursa di wilayah Asia pada pagi ini masih
memerah saat membuka pasar, tetapi tidak di BEI yang sedang mengamuk. Ini
menegaskan bahwa investor tidak takut dengan wabah virus corona di
Indonesia.
Sangat mungkin ada keyakinan sangat besar dapat
diatasi oleh pemerintah dengan strategi yang sedang fokus pada social
distancing, work from home, learning from home, stay at home, dan
sejumlah kebijakan mendorong penguatan ekonomi di
kalangan bawah atau UMKM.
Terobosan pemerintah sangat berdampak pada keyakinan
investor bahwa wabah ini tidak sedahsyat yang orang bayangkan.
Apalagi dengan sudah mulai banyak petunjuk penemuan
obat bagi virus Covid-19 ini. Negara-negara yang sudah melewati masa kritis,
seperti China dan Korea Selatan menjadi faktor keyakinan investor bahwa
Indonesia mampu melewati masa kritisnya.
Kendati IHSG dibandingkan dengan tahun yang lalu,
masih ada penurunan sekitar 34%. Namun diharapkan kondisi perdagangan pagi ini
akan menjadi titik balik untuk terus naik dan pulih menuju ke angka IHSG di Rp
6000-an lagi.
Ini tidak tertutup kemungkinan akan menjadi kenyataan
kembali, ketika investor asing mulai berdatangan memborong ulang saham-saham
yang terbaik di BEI.
Sementara itu bursa saham Asia yang justru mengalami
penguatan yakni indeks Hang Seng naik 0,33% dan KOSPI yang menguat 0,29%. Namun
pada pukul 09.09 WIB, Hang Seng justru melorot 1,22% di level 23.220.
Data yang beredar pagi ini dari BEI memperlihatkan
gerakan pergerakan investor yang akan menjadi pendorong signifikan bagi
rebound-nya IHSG di BEI beberapa hari ke depan ini, seperti dilaporkan oleh
CNBC Indonesia.
Mengacu data BEI, investor asing mulai masuk ke
saham-saham unggulan. Asing pagi ini masuk Rp 137,08 miliar pada pukul 09.10
WIB. Meski demikian, dalam sepekan terakhir asing masih net sell Rp 2,12
triliun di pasar reguler, sementara sebulan terakhir asing keluar Rp 7,5
triliun.Saham-saham yang mendorong penguatan IHSG di antaranya PT Bank Central
Asia Tbk (BBCA) naik 16%, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 16,8%, PT Indofarma
Tbk (INAF) melesat 16%, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 12%, dan
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melesat 10%. Selain itu ada saham PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk (BBRI) melesat 7,38%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik
6,8%, dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 5%.
Selain faktor wabah dan penyebaran dari virus Covid-19
yang mendorong turun dan anjloknya harga saham di dunia dan juga di Indonesia,
maka ada dua faktor lain yang dianggap kritis dan berpengaruh besar pada harga
saham di Bursa Efek Indonesia.
Pertama adalah fluktuasi harga minyak dunia yang sejak
Januari memang sangat bergelombang dan mempengaruhi harga saham di bursa efek
secara global. Termasuk Indonesia.
Harga minyak sendiri juga terkait dengan dampak virus
corona yang sedikit banyak mengganggu aktivitas produksi di negara-negara
produksi minyak dan terkena wabah Covid-19.
Sementara faktor yang kedua adalah faktor dalam
negeri, yaitu kebijakan dari Bank Sentral, dalam hal ini kebijakan dari Bank
Indonesia sendiri. Yang nampaknya sejak awal Maret 2020, saat Covid-19 terpapar
positif Indonesia mengambil peran yang luar biasa dengan operasi pasar dalam
rangka menjaga dengan ketat likuiditas masyarakat.
Dan nampaknya ini efektif sehingga tidak terjadi rush
di kalangan masyarakat. Walaupun BI harus menggelontorkan dana ratusan triliun
dalam operasi pasar yang dilakukan.
Operasi pasar ini dengan melakukan pembelian kembali
surat berharga pasar uang yang beredar di pasar uang. Sehingga ketersediaan pasokan
dana bagi dukungan aktivitas ekonomi masyarakat terjamin.
Mengapa IHSG mengamuk? Sebuah pesan penting bagi
investor lokal untuk jangan kehilangan momen berharga ini. Membeli dan
mengoleksi saham-saham yang sangat bagus tetapi sedang murah harganya.
Ketika situasi ekonomi sudah aman maka tinggal
menikmati hasil investasi besar, bukan saja profit yang mungkin akan diterima
pada akhir tahun buku, tetapi juga capital gain ketika IHSG
sudah kembali ke angka 6000-an.
Percaya atau tidak tentu kembali kepada keyakinan
masing-masing investor. Sesuai dengan pengalaman, kemampuan analisis, dan
komitmen bagi membantu negeri ini untuk bisa segera keluar dari wabah virus
corona.
Artinya, membeli saham di BEI menjadi dukungan langsung agar kondisi perekonomian semakin pulih sediakala. Kendati ada masalah wabah virus, tetapi 270 juta warga ini bisa mengambil peran secara bersama menyelamatkan perekonomian yang sedang diguncang oleh wabah ini.
Artikel ini telah diterbitkan