Baru satu hari Presiden RI Joko Widodo menggelontorkan
dana jumbo lebih 400-an triliun rupiah untuk menghadapi dampak Covid-19, tetapi
justru Menteri Keuangan SMI mengeluarkan skenario tentang pertumbuhan ekonomi yang
bisa memburuk hingga minus 0,4% dan rupiah akan menyentuh angka 20.000 rupiah
per dolar AS.
Lho, koq sepertinya bertentangan dan kontradiktif
dengan semangat yang yang muncul dengan dana sebesar 405 triliun yang sudah
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk segera di eksekusi.
Artinya, semangat gelontoran dana yang diberikan oleh
Presiden Jokowi telah mengakomodir segala kemungkinan yang akan terjadi dengan
skenario yang paling buruk. Tetapi, dengan "sikap pesimis" dari
Menkeu SMI membuat semangat dana besar menjadi absurd.
Harus diakui bahwa ketika Presiden Jokowi pada hari
Selasa mengumumkan dana yang akan digelontorkan untuk menghadapi dampak dari
wabah Covid-19, publik menyambut dengan sangat antusias, gembira dan
bersemangat untuk bersatu dan bersama melawan virus corona di
Indonesia.
Ini Baru dari sisi pemerintahan dengan skenario
penggunaan dana yang tidak tanggung-tanggung besarnya. Dan dipastikan multiplier
effeck nya akan jauh lebih besar dengan partisipasi penuh dari dunia
industri dan dunia usaha serta masyarakat secara umum.
Akan tetapi, dengan sikap pesimis yang disampaikan
oleh Menkeu, kendati dijelaskan atas nama KSSK atau Komite Stabilitas Sektor
Keuangan, tetapi saja menjadi tidak produktif bagai perjuangan membakar
semangat juang seluruh komponen bangsa ini menghadapi Covid-19.
Yang hendak mau dijelaskan sesungguhnya adalah dengan
gelontoran dana jumbo oleh Jokowi, menjadi jawaban atas skenario pesimis yang
sudah dikemukakan oleh Menkeu ke publik.
Seharusnya, skenario itu disampaikan sebelum Presiden
mengumumkan dana yang disiapkan untuk memperkuat perekonomian nasional paling
tidak hingga akhir tahun buku 2020.
Banyak teman-teman dilingkungan praktisi dan akademisi
yang menilai, paparan dari Menkeu SMI menganulir habis-habisan jiwa dan
semangat apa yang disampaikan Jokowi pada satu hari sebelum SMI menyampaikan
analisis pesimistis yang telah menjadi konsumsi publik.
Seorang teman mengatakan, sebaiknya analisa itu
harusnya disampaikan oleh para pengamat saja, dan jangan pihak Menkeu atau KSSK
apalagi BI dan OJK.
Karena hanya menurunkan semangat kebersamaan dan
kesatuan untuk mengawal penggunaan dana yang disediakan oleh Jokowi
sebesar Rp 405,1 trilun itu.
Penguatan Ekonomi Rp. 220,1 Trilun
Mengikuti penjelasan orang nomor satu di Indonesia
ini, dana sebesar Rp 405,1 triliun itu dialokasikan untuk 4 kelompok besar,
yaitu Rp. 75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp. 110 triliun untuk perlindungan
sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit untuk
usaha rakyat, dan Rp. 150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional.
Artinya untuk pemulihan ekonomi
saja secara langsung berada di angka sekitar Rp. 220,1 triliun. Jumlah yang
sebenarnya jauh lebih besar bila multiplier effeck nya
dihitung.
Dan angka ini akan diyakini mampu menopang penguatan
dinamika ekonomi Indonesia, terutama mereka yang dianggap sangat terimbas,
yaitu UMKM dan sektor informal.
Saya menduga, angka ini belum lagi kalau
diperhitungkan akselarasi yang akan dibangun dan dilakukan oleh dunia usaha dan
industri secara langsung. Dikandung maksud, kalau disinergiskan dalam
implementasi, harusnya sikap pesimisme dari Menkeu SMI tidak harus sampai
skenario terburuk demikian.
Belum lagi bagian anggaran dan dana yang
juga akan dialokasikan oleh setiap Pemerintahan Daerah, akan menambah sinergis
dan multiplier efek yang mendorong dinamika dan penguatan ekonomi Indonesia.
Memang akan menjadi soal, kalau implementasi dari
semua program penggunaan dana demikian tidak terkontrol dengan
bertanggungjawab, maka bisa saja kehancuran negeri ini sudah di ambang pintu
besar.
Rp 20.000 Perdolar dan Pertumbuhan Minus 0,4%
Menkeu dalam paparan yang disampaikan kepada publik
sehari setelah Jokowi mengumumkan peluncuran dana jumbo tersebut, pada hari
Rabu 1 April 2020, Menkeu SMI menyampaikan dua skenario pesimis tentang kondisi
perekonomian Indonesia.
Pertama skenario berat, dan kedua skenario sangat
berat. Walaupun yang banyak diangkat oleh media adalah skenario terberatnya,
yaitu nilai rupiah bisa meluncur hingga Rp 20.000 per dolar AS dan
pertumbuhan eknomi bisa minus persen.
Sebuah skenario yang sangat menakutkan atau
menakut-nakutin publik. Seperti diberitkan oleh banyak media daring, antara
lain kontan.com.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa menyentuh negatif 0,4%. Ini
merupakan skenario terberat dampak dari wabah virus corona (Covid-19).
Walaupun kemungkinan-kemungkinan kejadian berat akan
terjadi, karena ada banyak faktor diluar kendali pemerintah dan juga
masyarakat, tetapi dengan keputusan politik yang sudah disetujui oleh DPR
dengan tambahan dana Rp 405,1 trilun, lebih dari cukup untuk membangun,
mendorong dan mengembangkan sikap optimisme masyarakat.
Dengan skenario yang dirilis oleh Menkeu bersama
dengan KSSK, akan mempengaruhi sikap masyarakat melihat masa depan penyelesaian
dampak Covid-19 ini.
Bersatu Indonesia Bisa
Sebulan sudah lewat masa kritis bagi bangsa ini
mensikapi seluruh dinamika penyebaran wabah virus corona. Kendati agak
terlambat dan menimbulkan kontaksi serta pro dan kontra, tetapi secara framing
telah membentuk sikap yang betul dari masyarakat untuk bahu membahu menghadapi
bahaya Covid-19.
Tidak melalukan lock down tetapi
kKebijakan yang agak soft yaitu Social Distancing, lanjut
ke Physical Distancing dan dimulai lagi dengan PSBB, telah
mendorong masyarakat untuk pro active dan improvisatif dalam membentengi diri
dan komunitasnya mencegah penyebaran virus ini lebih dahsyat.
Inisiatif masyarakat perlu terus dikawal, dipelihara
dan didorong agar masa kritis bisa dilewati dengan cepat tanpa berlarut larut.
Keputusan Presiden Jokowi untuk memilih dan menerapkan
PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar harus didukung, dan dikawal oleh
siapapun di dalam negeri ini kalau tidak mau menjadi korban.
Nampak sikap saling mengkoreksi, mensupport, dan
peduli sesama anak-anak bangsa ini. Ada begitu banyak kegiatan sosial yang
positif yang dilakukan secara sporadis dan spontanistas oleh masyarakat menjadi
konfirmasi yang sangat baik bahwa bangsa ini tidak mau terancam oleh pandemi
Covid-19.
Semua masyarakat ingin segera Covid-19 ini berlalu
dari tanah negeri nusantara tercinta ini.
Jadi, skenario pesimis yang dipublikasikan oleh KSSK
melalui Menkeu SMI tidak harus mengekang semangat anak-anak negeri ini untuk
menyatukan segala sumber daya yang dimiliki dan segera melewati wabah ini
dengan bergandengan tangan, betautan hati, dan menuju Indonesia baru yang lebih
baik !
Semoga !
Artikel ini telah diterbitkan di :