Kuartal I-2020 telah pergi berlalu, apa yang menimpa bursa saham tanah air bisa dikatakan menjadi mimpi buruk bagi pelaku pasar. Bagaimana tidak? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi tolok ukur bursa saham domestik mengalami kerontokan hingga 27,95% di kuartal I-2020.
Sementara itu, kinerja saham-saham yang berbasis syariah pun juga tidak kalah buruknya. Hal tersebut tercermin dari pergerakan Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) yang anjlok 28,63% dalam periode yang sama.
Pasar saham Indonesia pun ditinggalkan oleh investor. Investor asing masih menjaga jarak dengan bursa saham RI. Lihat saja hanya dalam tiga bulan awal 2020, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp10,31 triliun.
Kasihan, itulah sekiranya kata yang cocok menggambarkan kinerja bursa saham Tanah Air di tahun ini, karena belum mencicipi penguatan yang signifikan. Mega skandal kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya yang merugikan hingga Rp16 triliun dan merembet ke industri reksa dana menjadi sentimen negatif yang menekan kinerja bursa saham tanah air.
Belum juga mencicipi penguatan yang berarti, pasar saham RI harus ikut kena terpaan badai aksi jual besar-besaran akibat merebaknya wabah corona (COVID-19) di hampir seluruh belahan bumi.
Sumber: Johns Hopkins CSSE
Penyebaran wabah yang berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, China ini memang terbilang sangat cepat. Hingga Senin (06/04/2020) pagi, jumlah kasus di seluruh dunia sudah menyentuh angka 1,2 juta lebih. Hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan wabah sudah menyebar ke 183 negara.
Korban meninggal dunia pun terus berjatuhan hingga telah menyentuh angka 69.309 jiwa. Namun angka kesembuhan juga cukup tinggi yakni mencapai 259.810 orang.
Jumlah kasus yang bertambah signifikan dan menjangkiti negara di seluruh dunia membuat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendeklarasikan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 lalu.
Untuk mencegah transmisi penyebaran virus yang semakin meluas, berbagai negara mulai meniru langkah China dengan karantina wilayah (lockdown). Mulai dari Italia, Spanyol, India, Malaysia, Filipina semuanya sudah menerapkan lockdown.
Namun lockdown memiliki konsekuensi yang tidak murah. Orang yang diminta untuk tetap tinggal di rumah dan pabrik tidak beroperasi membuat rantai pasok global terdisrupsi. Tak hanya itu, permintaan global juga ikut terancam merosot tajam.
Kekhawatiran akan resesi global kian nyata. The Economist Intelligent Unit memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi sebesar 2,2% pada 2020. Resesi sudah di depan mata.
Akibat pandemi ini, bank sentral global ramai-ramai melonggarkan kebijakan moneternya. Bahkan bank sentral AS, The Fed memangkas suku bunga acuan hingga ke kisaran 0-0,25%. Tak cukup sampai di situ saja, The Fed juga membeli aset-aset keuangan (quantitative easing) seperti obligasi pemerintah AS, efek beragun aset properti (RMBS), obligasi korporasi beserta ETF-nya dengan nilai tak terbatas.
Pemerintah AS juga menggelontorkan paket stimulus ekonomi jumbo yang nilainya sebesar US$ 2,2 miliar atau setara dengan 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam. Stimulus fiskal dan moneter besar-besaran tersebut cukup mampu meredam kepanikan pasar.
Sementara dari dalam negeri, baik stimulus fiskal maupun moneter juga digelontorkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Namun tak mampu mengangkat kinerja IHSG dengan signifikan. IHSG masih jadi yang paling boncos jika dibandingkan dengan kinerja bursa saham global lain.
Saham-saham blue chipdan big-cap di tanah air pun diobral murah. Berikut 10 besar saham dengan kapitalisasi pasar terbesar serta kinerja year to date (YtD).
Tak hanya saham-saham big cap saja yang diobral murah. Saham-saham dalam ISSI juga ikut mengalami tekanan jual besar-besaran. Berikut daftar 10 besarnya.
Kinerja tersebut seolah menggambarkan bahwa wabah COVID-19 yang terus merebak di tanah air merupakan ancaman terbesar bagi perekonomian dalam negeri. COVID-19 tak hanya mengganggu kesehatan, melainkan juga berdampak terhadap aktivitas sosial, keamanan, hingga ekonomi. Pasar keuangan pun goncang dibuatnya. Kuartal-I 2020 memang merupakan masa yang sulit terutama bagi pasar saham Indonesia.
Semoga wabah ini segera berlalu, stay safe, stay home, wehope the world will get better soon.
Artikel ini telah diterbitkan di
https://akucintakeuangansyariah.com/review-kinerja-pasar-modal-indonesia-kuartal-i-2020/