Meskipun membutuhkan waktu selama lebih dari dua dekade, INDF akhirnya telah sukses mentransformasikan dirinya menjadi sebuah perseroan yang bersifat Total Food Solutions. Apa itu? Total Food Solutions adalah kegiatan operasional perseroan yang telah mencakup keseluruhan tahapan proses produksi makanan, dimulai dari pengolahan bahan baku dan produksi, pengemasan menjadi produk akhir, hingga akhirnya tersedia di pasar. Singkatnya INDF telah menguasai seluruh lini produksinya dari bahan baku hingga ke tangan konsumen.


Ketangguhan model bisnis INDF ini pun terefleksi pada rekognisi brand produk Indofood yang tingkat kesadarannya di tengah masyarakat sudah mencapai level top-of-mind. Siapasih dari kita yang tidak kenal dengan Indomie? bahkan beberapa dari kita me-refer mi instan apa pun sebagai Indomie, kalian pasti salah satunya.

Consumer Branded Products (CBP) atau produk konsumen bermerek menjadi segmen bisnis yang selalu memberikan kontribusi terbesar (rata-rata lima tahun sebesar 50,01%) pada pendapatan INDF. CBP pun adalah kelompok usaha INDF yang memiliki pertumbuhan pendapatan paling signifikan, dengan CAGR lima tahun terakhir yang mencapai 6,66% di akhir tahun 2020

Hadir pula kelompok usaha Bogasari yang kegiatan utamanya adalah memproduksi tepung terigu, serta kelompok usaha Agribisnis yang berfokus pada pengolahan kelapa sawit, dimulai dari penelitian dan pengembangan, pembudidayaan benih bibit, produksi, hingga pemasaran produk jadi kelapa sawit dalam bentuk minyak goreng dan margarin.

Pada akhirnya, ketiga kelompok usaha INDF tersebut disokong oleh jaringan distribusi milik perseroan yang diklaim terluas se-Indonesia. Total Food Solutions… Check…!!!. Kelompok usaha distribusi ini bahkan menyalurkan ke konsumen tidak hanya produk-produk INDF saja lho, tetapi juga produk-produk milik anak-anak perusahaan serta produk-produk milik berbagai pihak ketiga.


Bagaimana dengan strategi pembiayaan perusahaannya?

Dari neraca laporan keuangan INDF, dapat diamati bahwa di samping pembiayaan melalui modal saham (ekuitas), INDF pun melakukan pembiayaan melalui kewajiban utang. Pembiayaan utang ini pun ada yang krediturnya merupakan investor pasar modal melalui surat utang (obligasi) yang dikeluarkan langsung oleh INDF, ada pula yag merupakan institusi perbankan.

Pembiayaan yang jenis dan sumbernya terdiversifikasi tersebut sebenarnya menunjukkan struktur permodalan perseroan yang mengadopsi strategi konvensional. Tujuannya apa? Jelas, untuk memitigasi risiko. Tidak ada bedanya dengan kita sebagai investor yang dianjurkan untuk tidak membeli satu jenis instumren investasi saja.

Apa dampaknya ke laba perusahaan?


Hmm… Kecil ya, margin laba nya? 

Dalam prakteknya, mengadopsi strategi pembiayaan yang konvensional memang biasanya tidak akan menghasilkan imbah hasil yang begitu signifikan bagi perseroan, mengingat risiko minim pada beban modal yang dikehendaki INDF itu harus dibayar salah satunya dalam bentuk bunga utang.

Dari tahun 2016-2020, margin laba bersih memang hanya berkisar di angka 7-11%. Meskipun demikian, dapat dikatakan rentang ini stabil dari tahun ke tahun. Nah, kestabilan inilah yang sebenarnya menjadi tujuan utama penerapan strategi pembiayaan konvensional INDF.



Karena konsisten menghasilkan laba bersih, INDF pun bisa terus mendistribusikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Not bad, right?!


Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang INDF dan perusahaan keren lainnya… Semua ada di InvestMI Q1 2020. E-Book Analisis Kuartalan ini dibuat oleh para ahli dibidangnya dan dijamin netral. Tidak akan ada pom – pom ataupun ketakutan yang membuat kamu keliru dalam mengambil keputusan. Kamu akan mendapatkan fakta – fakta yang menarik dan dapat menjadi acuan keputusan investasi demi masa depan yang lebih baik. Penasaran..?? klik disini aja https://ticmi.co.id/datapasarmodal/investmi/IM/pdf