Pada
umumnya orang akan memilih pekerjaan dan tempat pekerjaan yang cocok dengan
keinginan dan kemampuan yang dimiliki untuk jangka waktu panjang. Namun,
keinginan itu tidak selalu berjalan mulus.
Bagi
beberapa orang, dan memang sering terjadi, adalah ia baru menemukan pekerjaan
yang sangat cocok setelah berpindah-pindah beberapa kali, dan itu ada banyak
penyebabnya.
Biasanya,
pekerjaannya sangat cocok dengan minat, kapabilitas, dan kapasitas yang
dimilikinya.
Tetapi,
perusahaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga merasa tidak betah
untuk bekerja dengan maksimal.
Atau
perusahaannya yang sangat bagus karena nyaman dan fasilitasnya lengkap tetapi
pekerjaannya tidak sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimiliki.
Atau
situasi lainnya yang sering muncul adalah pekerjaannya cocok dengan minat dan
kompetensi yang dimiliki tetapi manajemennya, pimpinan atau bos perusahaannya
sangat menyebalkan sehingga membuat tidak betah dalam berkarya dan bertumbuh
dengan optimal.
Beberapa
waktu yang lalu dalam sebuah tulisan saya, seorang sahabat kompasianer
memberikan komentar tentang pengalaman di tempat kerjanya yang sangat
"kacau-balau" karena manajernya tidak becus memimpin.
Sehingga,
setiap orang bekerja dengan sesuka hatinya. Dan sahabat ini terpaksa mengambil
keputusan untuk resign atau keluar dari pekerjaan itu.
Walaupun
sangat-sangat berat dan tentu menyakitkan mengingat sudah sangat lama bekerja
di sana, tetapi tidak ada pilihan lain dia harus keluar karena ketidaknyamanannya
dan sudah tidak tahan lagi.
Pengalaman
seperti di atas, sangat jamak dialami oleh para karyawan, baik karyawan
operasional maupun karyawan manajerial.
Ada
yang terus bertahan walaupun tidak betah karena ketakutan untuk tidak
mendapatkan pekerjaan ditempat lain dan mungkin tidak mau kehilangan banyak
fasilitas yang membuat nyaman selama ini.
Tetapi
ada banyak juga karyawan yang langsung hengkang dan meninggalkan pekerjaannya
dan mencari tempat lain yang membuatnya lebih nyaman dan aman dan bisa
bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Makna
sebuah pekerjaan
Sebuah
pekerjaan memiliki makna yang hakiki, baik dari sisi perusahaan yang memiliki
dan menawarkan job, dan terutama bagi
si pekerja atau karyawan yang membutuhkan dan akan menjalankan pekerjaan itu.
Pemahaman
tentang arti atau makan job ini sangat
mungkin beragam di antara semua orang yang melihat atau mengamati saja maupun
yang langsung menjalankannya.
Menariknya,
perbedaan pemahaman makna pekerjaan pada dasarnya akan menyebabkan perbedaan
dalam bersikap, berperilaku dan menjalankan pekerjaan itu. Dan pada akhirnya
pasti akan memberikan output atau capaian dan hasil yang
berbeda-beda pula.
Itu
sebabnya, menjadi penting bagi siapa saja yang akan mengelola sumber daya
manusia dalam suatu organisasi.
Maksudnya,
pemahaman yang semakin akurat tentang masalah makna pekerjaan bagi setiap
karyawan akan menjadi pintu masuk untuk menentukan cara maupun strategi yang
cocok agar apa yang diharapkan dari setiap karyawan bisa diwujudkan dengan
optimal, dan terhindar dari penyimpangan yang berlarut-larut hingga menjadi
situasinya kritis dan menciptakan banyak persoalan.
Bagi
perusahaan makna sebuah job atau pekerjaan ini adalah sebuah
instrumen atau alat untuk mewujudnyatakan tujuan yang sudah ditetapkan.
Semua
berawal dari adanya tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan, kemudian
ditetapkanlah fungsi-fungsi utama yang harus ada di dalam organisasi, yang lalu
disebut sebagai job atau position anda atau
pekerjaan.
Di
dalam sebuah job, akan ada rincian dari apa yang harus dikerjakan
oleh seseorang, bagaimana dia mengerjakannya, dan menggunakan apa saja untuk
mengerjakannya, dan harus berhubungan dan berkomunikasi dengan siapa saja dan
target-target apa yang harus dicapainya setiap waktu. Itulah yang disebut job
description atau uraian pekerjaan.
Uraian
pekerjaan menjadi acuan mendasar bagi sebuah organisasi untuk mengelola semua
karyawannya dengan jelas dan tegas.
Mengikuti
uraian pekerjaannya, lalu harus disadari bahwa tidak semua orang memiliki
karakteristik dan kemampuan yang cocok dengan setiap job yang ada di dalam organisasi. Sebab, sebuah job memiliki kriteria yang berbeda
dengan job yang lain.
Katakanlah,
ada seseorang yang ingin sekali pekerjaan sebagai security atau keamanan tetapi karakteristik dan kemampuan fisiknya
tidak cocok untuk posisi keamanan.
Demikian
juga ada orang yang ingin sekali pekerjaan sebagai auditor internal, tetapi
latar belakang pendidikannya bukan akuntansi sehingga tidak cocok.
Apa
makna pekerjaan bagi seorang karyawan? Secara tradisional dipahami bekerja itu
sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Seseorang
bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau gaji secara rutin setiap bulan agar
kebutuhan pribadi dan keluarganya bila sudah berkeluarga dapat terpenuhi. Bila
hanya itu yang menjadi makna sebuah job
bagi karyawan, maka persoalannya tentu sangat sederhana, bukan!?
Dinamika
dan perkembangan yang terjadi saat ini, makna bekerja bagi karyawan tidak lagi
sekedar untuk mendapatkan gaji.
Gaji,
tentu saja, dibutuhkan oleh setiap pekerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Tetapi, kebutuhan hidup bukanlah sekedar gaji.
Sebab
bila ini yang digunakan sebagai dasar pemikiran, maka makna penting karyawan
dalam perusahaan tidak lebih dari sekadar faktor produksi saja, sama dengan
faktor produksi lainnya, yaitu bahan baku, modal.
Karyawan
itu bukan bahan baku, dan juga bukan sekedar capital uang saja. Tetapi karyawan itu makhluk yang disebut manusia
yang hidup, berdinamika, bertumbuh, dan berkembang karena memiliki jiwa, roh, skil, knowledge, attitude dan ability yang
tidak dimiliki oleh faktor produksi yang lain.
Oleh
karena-nya, lalu makna kerja bagi seorang karyawan bukan sekadar memperoleh
gaji bulanan. Tetapi lebih dari itu.
Job
menjadi bagian hidup seorang karyawan untuk mengeksplorasi semua potensi dan
kemampuan yang dimilikinya untuk terus bertumbuh dan berkembang menjadi optimal
dan maksimal.
Makna
pekerjaan bagi seorang karyawan menjadi sarana untuk menjalani hidup yang
bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dan terus baik.
Meminjam
Teori Motivasi dari Abraham Maslow, tentang Hierakhie of
Needs, yang menyederhanakan pemenuhan kebutuhan manusia mulai dari yang
paling mendasar sampai yang paling tinggi. Maslow menyebutkan setiap orang
harus memenuhi kebutuhan dasarnya, kebutuhan fisik yaitu makan dan pakaian.
Pada level ini orang harus berjuang untuk mendapatkan makan dan minum, sehingga
motonya adalah, "Hidup ini demi sepotong roti".
Bila
kebutuhan dasar terpenuhi baru muncul kebutuhan keamanan, yaitu butuh tempat
tinggal. Setelah itu, muncul kebutuhan sosial untuk saling berelasi dengan
orang lain.
Diikuti
dengan kebutuhan pengakuan atau penghargaan, dan yang paling tinggi adalah
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi kepribadian
dan kompetensi yang dimiliki.
Nah,
rasanya makna pekerjaan tidak sesederhana yang dibayangkan. Apa yang
dikemukakan oleh Maslow ini, sudah teruji dan menjadi landasan bagi setiap
perusahaan untuk mengelola karyawannya yang menduduki job tertentu.
Mungkin
saja si employees tidak faham tetapi pihak manajemen harus
memahamkan itu pada karyawannya.
Yaitu,
ketika seorang karyawan ditempatkan pada satu posisi pekerjaan, kepadanya harus
diyakinkan bahwa job ini selain Anda
mendapatkan gaji dan berbagai fasilitas yang tersedia tetapi Anda juga akan
memiliki peluang untuk berkembang melalui career pathyang tersedia.
Bahkan
Anda boleh mencapai posisi puncak yang ada didalam perusahaan, sejauh sesuai
strategi yang dimiliki oleh perusahaan.
Kalau
ini yang dilakukan oleh semua perusahaan, maka bisa dipastikan bahwa
keberhasilan sudah menanti bagi perusahaan ini dan juga keberhasilan dan
kemajuan bagi setiap orang karyawan yang bekerja dalam perusahaan ini.
Hmm...ini
tentu menjadi mimpi yang indah, walaupun mewujudukannya tentu tidak semudah dan
secepat yang dibayangkan!
Employees
Turn-Over (Intention):
Sesungguhnya
istilah turn-over karyawan ataupun turn-over intention,
keduannya sangat tidak disukai oleh perusahaan dan juga sangat dibenci oleh si
karyawan itu sendiri.
Karena
kedua istilah ini memperlihatkan adanya masalah serius dalam perusahaan itu
sehingga karyawannya tidak betah untuk bertahan dalam bekerja.
Ini
penting sekali menjadi agenda utama bagi seorang Manajer atau Direktur HRD
dalam suatu perusahaan.
Bila
dibiarkan maka akibatnya bisa sangat fatal bagi keberlangsungan hidup
perusahaan.
Istilah turn-over karyawan
menunjukkan sebuah situasi dalam perusahaan dimana karyawannya keluar masuk
secara signifikan.
Semakin
tinggi turn-over berarti karyawan yang keluar dan karyawan
yang masuk sangat tinggi, bahkan ini menjadi indikasi bahwa karyawan lain yang
masih belum keluar-pun memiliki keinginan kuat (intention) untuk keluar.
Keadaan
ini menjadi indikasi yang sangat tidak sehat secara manajemen.
Sesungguhnya
tidak ada satu-pun perusahaan atau organisasi yang menginginkan terjadi turn-over yang
tinggi dalam perusahaannya. Tidak ada!
Sebab,
proses melakukan rekrutmen, seleksi, penempatan, pendidikan dan pengembangan
seorang karyawan membutuhkan biaya yang mahal.
Tidak
saja dari sisi anggaran yang harus dikeluarkan, tetapi juga waktu dan tenaga
yang terbuang percuma dalam proses itu.
Dan
lebih fatal lagi adalah sangat mungkin terganggu proses produksi, lancarnya
pekerjaan dan terganggunya target yang harus dikejar. Memulai kembali melakukan
rekrutmen menjadi biaya baru dalam perusahaan.
Bila
turn-over karyawan ini sangat tidak diinginkan terjadi oleh manajemen
dalam perusahaan, lalu mengapa turn-over itu terjadi?
Jawabannya
sederhana, secara manajerial turn-over yang tinggi
ataupun turn-over intention yang tinggi terjadi karena proses
manajemen yang dilakukan dalam MSDM, tidak benar atau ada mis-management yang
mendasar.
Sangat
mungkin planning-nya sudah benar dan bagus, tetapi implementasinya,
atau lebih dikenal dengan human resources management practies tidak
berjalan dengan benar dan baik.
Dalam
terminologi tradisional tidak tercapai prinsip yaitu the right man on
the right place, karyawan yang tepat pada posisi yang tepat.
Pada
pihak karyawan pada dasarnya tidak ada yang mau bekerja dalam suatu perusahaan
kemudian keluar lagi dan pindah ketempat lainnya.
Seorang
karyawan yang diterima pada suatu posisi pekerjaan memiliki harapan untuk
bekerja dalam jangka waktu yang lama.
Bila
perlu, once and forever, ya, sekali dan selamanya. Berpindah-pindah
pekerjaan bagi seseorang sesungguhnya tidaklah menyenangkan karena tidak saja
harus memulai segala sesuatu dengan hal yang baru, lingkungan kerja baru,
penyesuaian yang baru, masuk dalam budaya organisasi yang baru, dan hal-hal
lainnya yang pada dasarnya tidaklah menjadi indikator seorang karyawan yang
baik adanya.
Ketika
seorang karyawan berkeinginan untuk pindah pekerjaan dan pada akhirnya harus
keluar dari pekerjaannya, secara manajerial dapat disimpulkan bahwa harapannya
tidak mampu dipenuhi oleh perusahaan yang mempekerjakannya.
Ini
wajar adanya, ketika pekerjaan yang sudah dijalani jauh dari harapan awalnya
harusnya lebih baik keluar dan pindah ketempat lain. Bila tidak keluar,
dipastikan karyawannya tidak akan nyaman bekerja dan kinerjanya pasti tidak
akan maksimal yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Mempertimbangkan
dampak negatif turn-over karyawan maka Manajemen harus mampu
mengelola persoalan yang dihadapi oleh karyawan, terutama memberikan perhatian
yang utama pada kebutuhan dasar setiap karyawan itu sendiri. Hanya dengan cara
memenuhi apa yang menjadi harapan, cita-cita dan mimpi merekalah turn-over
maupun turn-over intention bisa
dikurangi sekecil mungkin angkanya.
Ada
berbagai cara yang bisa diambil oleh perusahaan, selain kebutuhan dasar tetapi
lebih penting adalah pemberdayaan, pengembangan diri, serta keterlibatan dalam
proses manajerial pekerjaan yang dilakukan. Akan mendorong karyawan untuk
meningkatkan employee engagement, maupun employee organizational
commeetment yang tinggi.
Semakin
tinggi rasa keterikatan dan komitmen organisasi karyawan, makaa rasa
memilikinya akan semakin dan pada akhirnya loyalitas akan tinggi pula. Ini
menjadi indikator bahwa turn-over maupun turn over intention akan bisa ditekan pada level
terendah.
Mengenali
Sinyal untuk Job Resign :
Apapun
situasinya seorang karyawan tidak boleh lengah apalagi terbawa arus dalam
situasi yang tidak menguntungkan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan
kompetensi yang dimiliki ketika berada dalam suatu posisi pekerjaannya. Sebab,
fakta memperlihatkan bahwa seorang karyawan menghabiskan lebih banyak waktu
yang berharga ditempat pekerjaannya daripada ditempat lain.
Bahkan
waktu seorang karyawan, bisa jadi, lebih banyak ditempat pekerjaannya dibandingkan
dirumah bersama dengan keluarganya. Ini tentu berlaku di kota-kota besar
seperti Jakarta. Seorang karyawan sudah harus meninggalkan rumah paling
terlambat pukul 06.00 pagi dan pulang kerumah paling cepat pukul 19.00 dimalam
hari.
Oleh
karenanya, sangat penting bagi seorang karyawan untuk menghabiskan waktu di
perusahaan yang tepat dengan posisi yang tepat serta berusaha dengan keras
untuk mengejar peluang yang tepat disepanjang waktu yang tersedia baginya.
Harapan ini tidak muluk-muluk adanya dan sangat wajar dialami oleh seseorang.
Namun
fakta sering berbicara lain. Yaitu, banyak karyawan mengalami lebih banyak
ketidakpuasan dalam pekerjaannya karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan
sementara tidak memiliki kendali atau control
yang memadai untuk bereksplorasi dalam wilayah tanggungjawabnya. Akibatnya
karyawan akan mengalami penderitaan psikologis yang sangat serius.
Dengan
kata lain, "apabila semakin besar tuntutan pekerjaan tetapi
control atau kendali yang dimilki semakin kecil, maka akibatnya adalah semakin
besar kemungkinan Anda menderita". Ini adalah contoh konkrit sebuah
lingkungan pekerjaan yang buruk bagi seorang karyawan. Karena akan didera oleh
kelelahan, kurang tidur, kecemasan yang meningkat bahkan bisa lebih fatal lagi
yaitu depresi.
Bertahan
dalam pekerjaan yang buruk terlalu lama bisa sangat membahayakan karier
seseorang. Dan apabila sudah mencoba berbagai cara untuk bisa bertahan lebih
lama dalam sebuah pekerjaan tetapi tidak kelihatan perubahan yang berarti,
mungkin itulah saatnya untuk segera resign
dari pekerjaan itu. Memilih untuk meninggalkan pekerjaan bisa menjadi keputusan
yang memilukan dan membuat seseorang menderita, tetapi itulah pilihan yang
tepat untuk dieksekusi.
Travis
Bradberry salah seorang pakar dan penulis buku lari berjudul Emotional Intelligence 2.0 mengidentifikasi
ada sembilan sinyal kuat sebagai pertanda bagi seorang karyawan untuk
segera keluar dari suatu pekerjaan. Kesembilan tanda itu sebagai berikut:
1.
Perusahaan Mengetatkan Pengendalian
Sesungguhnya
setiap karyawan akan merasakan apa yang sedang dialami oleh perusahaan
tempatnya bekerja. Bahkan kesehatan perusahaan bisa dirasakan langsung oleh
karyawan. Ada banyak gejala yang bisa digunakan untuk menyimpulkan apakah
perusahaan sehat atau sedang sakit. Kesehatan perusahaan menjadi pertimbangan
utama bagi seorang karyawan untuk bertahan atau keluar sesegera mungkin.
Artinya,
jangan menunggu hingga perusahaan collapse
baru keluar. Apabila Anda khawatir dengan kesehatan perusahaan,
kemungkinan besar Anda benar untuk keluar. Perhatikan indikasinya, seperti
mendadak semua hal sampai yang kecil-kecil harus mendapatkan persetujuan
manajemen, sering diadakan rapat-rapat tertutup, atau peningkatan keberangkatan
manajemen puncak.
Jika
Anda curiga bahwa bisnis sedang bermasalah, mungkin sudah waktunya untuk pergi.
Jika Anda menunggu sampai perusahaan tutup maka sangat mungkin akan berada di
pasar kerja yang bersaing dengan mantan rekan kerja Anda.
2.
Tidak Ada Ruang untuk Kemajuan.
Sangat
mudah terjebak dalam pekerjaan dan, jika menyukai apa yang Anda lakukan,
walaupun stagnan dapat membuat Anda nyaman-nyaman saja. Namun, penting untuk
diingat bahwa setiap pekerjaan harus meningkatkan keterampilan, dan menambah
nilai sebagai seorang karyawan. Jika merasakan tidak mempelajari sesuatu yang
baru dan hanya berpura-pura melakukan hal yang sama, sementara orang-orang di
sekitarmu mendapatkan promosi dan tugas besar, inilah saatnya untuk mencari di
tempat lain.
3.
Anda Keluar dari Lingkaran.
Apakah
Anda sepertinya selalu menjadi orang terakhir yang mendengar tentang apa yang
sedang terjadi di tempat kerja?
Jika
tidak diundang menghadiri rapat, jarang mendapatkan waktu berhadapan dengan
manajemen tingkat atas, dan bahkan tidak pernah mendengar tentang proyek besar
yang sangat digemari oleh banyak karyawan, itu bisa berarti bahwa atasan hanya
melihat Anda sebagai tubuh yang mengisi meja dan bukan orang penting yang
memberikan kontributor berharga. Itulah yang disebut sebagai berita buruk untuk
karirmu dan mungkin ini saatnya untuk pindah saja.
4.
Tahu Lebih dari Atasan Anda.
Setiap
karyawan memiliki bos atau atasan langsung. Ada banyak hasil penelitian yang
membuktikan bahwa peran seorang Atasan atau Pimpinan/Manajer terhadap kinerja
dan kemampuan seorang karyawan sangat tinggi. Leadership style seorsang
atasan tentu akan banyak mewarnai arah perkembangan karyawannya.
Bagaimana
kalau Manajernya tidak "becus" bekerja? Hmm, dipastikan akan sangat
frustasi bekerja untuk seseorang yang diyakini kurang terampil atau kurang
berpengetahuan dibandingkan Anda, tetapi masalah sebenarnya lebih dalam dari
itu.
Jika
tidak dapat mempercayai kepemimpinan perusahaan Anda untuk membuat keputusan
yang baik dan mengarahkan kapal ke arah yang benar, Anda akan hidup dalam
keadaan kecemasan yang konstan. Jangan pelihara bekerja dalam kecemasan
karena akibatnya sangat fatal bari Anda, yaitu tenggelam bersama dengan
kebangkrutan perusahaan Anda.
5.
Boss yang Buruk Tidak Kemana-mana
Bagaimana
kalau Bos-nya sangat buruk? Tetapi disukai oleh Manajemen bahkan disenangi oleh
pemilik perusahaan?
Pilihannya
Anda bisa bertahan sampai bos yang buruk pergi atau memilih untuk pergi sebelum
Anda semakin menderita. Jika memiliki bos yang buruk yang sangat disukai oleh
manajemen tingkat atas, mungkin saatnya untuk pergi.
Selain
membuat Anda sengsara setiap hari, seorang manajer bermuka dua yang dicintai
oleh para petinggi dapat mendatangkan malapetaka dalam karier karyawannya
dengan mengambil kredit untuk pekerjaan Anda, menjelek-jelekkan Anda kepada
orang lain, dan menyalahkan Anda atas hal-hal yang salah.
Ini
situasi yang sangat tidak membuat Anda menjadi orang yang bertumbuh secara
sehat. Pergilah sesegera mungkin ke tempat lain.
6.
Ketakutan Bekerja.
Bila
seorang karyawan selalu mengalami hari buruk atau minggu buruk dalam
pekerjaannya, bahkan bukan hanya sehari saja atau seminggu saja tetapi dalam
beberapa minggu merasakan minggu buruk untuk bekerja.
Ini
sebuah situasi horor yang menjadi indikasi kuat bahwa pekerjaan yang dijalankan
tidak sesuai lagi dengan keadaan karyawan itu.
Bila
ini yang dirasakan terus menerus, dari hari Senin hingga hari Jumat atau Sabtu
maka itu sinyal kuat untuk segera meninggalkan pekerjaan dan perusahaan itu.
7.
Kehilangan Gairah Kerja.
Gairah
itu merupakan unsur penting dan vital untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaan.
Jika
Anda tidak antusias atau bahkan tidak peduli dengan pekerjaan yang dilakukan,
inilah waktunya untuk mengevaluasi kembali karier Anda dalam perusahaan ini.
Bahkan
jika sangat menyukai perusahaan, menyenangi atasan, dan hubungan yang sangat
akrab dan baik dengan rekan sekerja Anda, sesungguhnya itu tidak sebanding
dengan usaha jika Anda membenci pekerjaan itu. Hasrat dan gairah serta antusias
bekerjalah yang lebih utama dipenuhi baru aspek lainnya.
Bila
tidak mendapatkannya itu sinyal kuat untuk segera meninggalkan pekerjaan itu.
8.
Kesehatanmu Sedang Menderita.
Prinsip
yang mengatakan bahwa kesehatan itu segala-galanya sungguh sangatlah tepat
dalam dunia kerja. Hanya dengan tubuh dan jiwa yang sehat maka semua pekerjaan
bisa dilakukan dengan baik.
Sebaliknya,
ketika tidak sehat maka semua aktivitas akan terhenti juga. Perlu sekali dipahami
oleh setiap karyawan untuk menjaga dan merawat kesehatan itu.
Bahkan
gaji besar-pun tidak mampu membeli atau menggantikan kesehatan yang baik. Obat
boleh dibeli tetapi kesehatan tidak bisa dibayar dengan uang.
Stres
kerja dapat menyebabkan depresi, insomnia, sakit kepala, sering sakit, bahkan
bisa lebih buruk lagi dari itu. Bila sinyal itu sangat kuat, jangan biarkan ini
terjadi pada Anda, pergilah segera ketempat yang aman.
9.
Kehidupan Pribadi Menderita.
Dalam
banyak situasi seorang karyawan sering tidak bisa memisahkan lagi antara
kehidupan pekerjaan di tempat kerjanya dengan kehidupan pribadinya.
Dalam
banyak kasus, kehidupan pribadi seseorang karyawan sering terabaikan secara
konsisten dan permanen.
Ini
adalah sebuah indikasi yang sangat tidak sehat bagi kelangsungan kehidupan
pribadi seorang karyawan. Indikasi kuat ketika kehidupan pribadi menjadi sakit
itu sinyal kuat untuk segera meninggalkan tempat kerja itu dan berpindah
ketempat yang membuat lebih terjaga kehidupan pribadi Anda.
Resign -- be Smart Employee
Walaupun
ada 9 sinyal kuat yang bisa dilihat dan dirasakan oleh seorang karyawan, tetap
menjadi tidak mudah untuk membuat keputusan akhir, yaitu resign atau
mengundurkan diri atau keluar dari perusahaannya.
Mengapa
tidak mudah untuk segera keluar, karena risiko yang dihadapi tidaklah mudah,
antara lain kehilangan pekerjaan, atau kehilangan berbagai fasilitas, dan juga
kehilangan sumber pendapatan tetap untuk menunjang keberlangsungan hidupnya dan
keluarganya.
Pesan
bijak yang menjadi acuannya adalah apabila Anda memutuskan untuk resign, jadilah bijak dan pintar untuk
keluar dengan baik-baik. Ingat "janganlah membakar jembatan dengan
melampiaskan semua alasan yang tinggalkan di tempat pekerjaan lama Anda, karena
hal itu tidak pernah bisa menyelesaikan sesuatu, dan bahkan malah bisa
menghantuimu dikemudian hari".
Yang perlu dilakukan oleh seorang karyawan yang mau resign dari job-nya adalah, cukup menjelaskan bahwa Anda pergi untuk mengejar peluang lain dan kemudian melakukan dengan sangat baik !. Inilah yang disebut sebagai be a smart employee !
Artikel ini telah terbit sebelumnya pada 21 Juni 2018 di: https://www.kompasiana.com/yupiter/5b2b60fddd0fa850b816a754/kenali-sinyal-kuat-unruk-resign-dari-pekerjaan-anda