Bab 1 Pendahuluan

Aktivitas pasar modal merupakan salah satu penggerek potensi perekonomian nasional. Aktivitas pasar modal merupakan salah satu penggerek potensi perekonomian nasional. Hal ini yang selaras dengan pencapaian rencana strategis pemerintahan Jokowi-JK yang tercantum dalam poin 6 ‘Nawa Cita’ yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di bidang keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Berdirinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang menaungi aktivitas pasar modal untuk menjadi pasar yang aman dan dapat dipercaya merupakan salah satu pendukung daya tarik investor baik domestik maupun internasional.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 7 Juni 2017, jumlah investor di pasar modal Indonesia sesuai jumlah Single Investor Identification (SID) adalah 1.000.289 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data World Bank tahun 2016 yakni 261.115.456 jiwa, jumlah investor di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan negara lain.

Di regional ASEAN, jumlah investor domestik Indonesia berada di posisi terendah pada akhir tahun 2016. Hal ini menjadi fokus utama Bursa Efek Indonesia dalam mencapai tujuan jangka panjang yaitu menjadi bursa efek terbesar di ASEAN pada tahun 2020. Salah satu indikatornya adalah jumlah pertumbuhan investor domestik.

Instrumen pasar modal Indonesia memiliki diversifikasi yang beragam. Salah satu instrumen investasi yang menjadi pilihan penulis adalah reksa dana. Alasannya adalah reksa dana merupakan instrumen yang paling cocok untuk investor pemula yang ingin terjun ke pasar modal dengan tingkat risiko yang cenderung lebih kecil dibanding instrumen lainnya seperti saham.

Sesuai Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi (MI).” Dana yang dihimpun akan dikelola oleh MI untuk selanjutnya didistribusikan ke instrumen lain dengan diversifikasi portofolio yang beragam.

Penanganan oleh MI yang lebih berpengalaman dipandang masyarakat sebagai faktor yang memperkecil risiko dalam berinvestasi, sehingga investor pemula cenderung memilih reksa dana sebagai instrumen awal dan pembelajaran ke instrumen yang kecenderungan risikonya lebih tinggi.


Bab 2 Pembahasan

Perkembangan pasar modal Indonesia sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan masyarakat generasi Y, atau yang lahir pada periode 1990 - 2000 an. Hal ini berdampak pada bonus demografi dengan usia pekerja yakni 21 - 40 tahun yang menjadi potensi penggerak ekonomi. Generasi Y memiliki kecenderungan kebiasaan berbeda dari generasi sebelumnya, diantaranya lebih mencari perkembangan diri dibanding materi semata, ingin mendapatkan tujuan dengan cara yang paling efisien, tidak mau terikat - lebih baik menyewa daripada memiliki (sharing cost), lebih mendahulukan penggunaan teknologi dibanding konvensional, kemampuan adaptasi lingkungan yang lebih fleksibel.

Alasannya adalah paparan informasi dari dunia internasional melalui media elektronik dan opsi / pilihan yang dimiliki lebih beragam. Pasar modal Indonesia melihat ini sebagai kesempatan yang baik untuk mengajak generasi Y menjadi investor potensial. Hal ini terlihat dari pengembangan sistem untuk mendukung transaksi reksa dana yang lebih aman, efisien, dan handal. KSEI sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian di Indonesia telah mengembangkan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-Invest) dan mengimplementasikannya pada Agustus 2016.

Dengan adanya S-Invest, sistem pembelian dan pengambilan reksa dana menjadi lebih mudah dilakukan oleh masyarakat. Pada mekanisme terdahulu, pembelian reksa dana harus dilakukan secara manual di agen penjual atau bank. Setelah melakukan order, instruksi pembelian akan diteruskan dari agen penjual ke manajer investasi (MI) secara manual ke manajer investasi, yang kemudian akan diterima atau ditolak oleh MI bersangkutan.

S-Invest menyediakan sistem terpadu yang menyederhanakan prosedur manual dalam hal waktu, tenaga, dan biaya. Hal ini tentunya menarik perhatian generasi Y yang lebih menyukai penggunaan teknologi. Seseorang dapat membuka akun reksa dana secara online melalui jaringan internet.

Perkenalan sistem ini harus disertai dengan edukasi dan literasi penggunaan S-Invest serta manfaat yang diperoleh. Salah satu cara yang paling efektif adalah mengajak masyarakat generasi Y untuk mencoba langsung mudah dan menariknya berinvestasi di reksa dana. Generasi Y cenderung memilih untuk menghabiskan waktu di tempat publik seperti mall, taman, wahana rekreasi, event tematik seperti seminar, pertandingan olahraga, bazaar, pameran, dan tempat lainnya.

Salah satu gagasan penulis adalah penyediaan ‘Pojok Reksa Dana’ di tempat publik potensial yang memfasilitasi masyarakat untuk merasakan langsung pengalaman berinvestasi reksa dana melalui media Virtual Reality (VR). VR adalah media digital yang memungkinkan penggunanya merasakan langsung interaksi dengan kecanggihan buatan / Artificial Intelligence (AI) melalui alat semacam teropong, sehingga sensasi yang dirasakan pengguna lebih nyata.

Konten yang disediakan dalam AI tersebut adalah simulasi pembukaan rekening reksa dana dan cara pembelian maupun pengambilan unit dari manajer investasi. Simulasi harus didesain sedemikian rupa agar dapat dipahami dengan mudah dan dekat dengan kehidupan sehari hari. Penulis memilih konsep merasakan langsung simulasi di tempat publik dari pada simulasi yang dilakukan pada aplikasi gawai pribadi karena kecenderungan masyarakat generasi Y yang ingin mencoba hal baru dan unik.


Bab 3 Kesimpulan

Edukasi dalam segala bentuk baik melalui media konvensional atau elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal yang menjadi perhatian adalah perlu adanya project management yang baik dalam mengaplikasikan setiap program. Tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi harus didesain selaras dengan tujuan perusahaan khususnya meningkatkan jumlah literasi dan inklusi pasar modal kepada investor dan investor potensial.

Masyarakat muda atau sering disebut generasi Y merupakan salah satu investor yang memiliki potensi untuk menggerek pertumbuhan pasar modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia selaku pelaksana pasar modal di Indonesia telah memanfaatkan kesempatan ini dengan mengembangkan sistem berbasis teknologi praktis yang lebih menarik bagi generasi Y. Diharapkan terobosan terobosan lain dalam hal edukasi masyarakat dapat terus dilakukan bukan hanya untuk generasi Y namun untuk seluruh lapisan masyarakat.


Sumber:

  • Berita Pers KSEI. Jumlah Investor Pasar Modal Tembus 1 Juta. 08 Juni 2017
  • Slide Pengenalan Bisnis Proses SRO Program CMPDP 2017
  • Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019. Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
  • Statistik World Bank 2016 www.merdeka.com/uang/investor-domestik-di-indonesia-terkecil-se-asia-tenggara.html id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

Oleh : Henrison Sitorus

Capital Market Professional Development Program 2017