Topic
Discussion
Date: 23 Aug 2020
By: Suhandi
Meningkatkan Stabilitas Pasar Modal pada Era New Normal
PRESS RELEASE
PR No: 069/BEI.SPR/08-2020
PR-009/KPEI-SPE/0820
PR-03/KSEI/KPE/0820

Jakarta – Di tengah-tengah pandemi COVID-19 dan dinamika Pasar Keuangan global sepanjang Semester I 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mayoritas indeks acuan bursa global mengalami penurunan yang signifikan. Sampai dengan 7 Agustus 2020, IHSG masih ditutup di zona merah dengan –18,34%. Hal senada juga dialami oleh bursa global lain yang memiliki total kapitalisasi pasar lebih besar atau sama dengan USD 100 miliar. Namun demikian, Pasar Modal Indonesia masih berhasil mencatatkan perkembangan yang positif dan kinerja tertinggi di antara Bursa-bursa ASEAN.

Dari sisi supply, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan 10 Agustus 2020 berhasil mencatatkan 35 saham baru dan sekaligus merupakan yang tertinggi di antara Bursa ASEAN, diikuti oleh 11 saham baru di Malaysia, 5 saham baru di Singapura, 4 saham baru di Thailand, dan 1 saham baru di Filipina (data per 31 Juli 2020). Sementara itu, dilihat dari segi fund raised sebesar USD 260 juta, BEI berada di peringkat ke-2 di antara ASEAN setelah Thailand (USD 2,76 miliar). Pencatatan saham baru ini di BEI diikuti dengan 7 pencatatan ETF baru, 1 EBA, dan 1 Obligasi Baru.

Selain itu, berdasarkan data dari World Federation of Exchanges, sampai dengan Juni 2020, 45 produk Exchange Traded Fund (ETF) di BEI juga merupakan jumlah ETF tertinggi di antara Bursa-bursa Efek di ASEAN, diikuti oleh 18 ETF di Malaysia, 17 ETF di Thailand, 6 ETF di Singapura, dan 1 ETF di Filipina (kategori ETF berbasis indeks lokal). Memperhatikan pertumbuhan sisi supply di BEI sampai dengan 10 Agustus 2020, secara total terdapat 44 pencatatan Efek baru yang terdiri dari saham, obligasi, dan efek lainnya dari target 46 Pencatatan efek baru di tahun 2020.

Dari sisi demand, jumlah investor Pasar Modal Indonesia yang tercatat pada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juli 2020, yang terdiri atas investor saham, reksa dana, dan obligasi telah bertumbuh sebesar 22% dari tahun 2019 lalu, menjadi 3,02 juta investor. Dari jumlah tersebut, 42% di antaranya merupakan investor saham. Kondisi pandemi COVID-19 ternyata tidak menyurutkan minat investor untuk bertransaksi saham. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah rerata harian investor ritel saham yang melakukan transaksi sejak Maret sampai dengan Juli 2020, atau meningkat 82,4% dari bulan Maret 2020 sebanyak 51 ribu mencapai 93 ribu investor pada Juli 2020. Angka investor ritel yang bertransaksi di bulan Juli tersebut berada di atas rata-rata investor aktif ritel sejak awal tahun 2020 yang sebanyak 65 ribu investor ritel.

Sementara dari sisi aktivitas perdagangan di BEI, tercatat rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp7,67 triliun/hari sampai dengan periode Juli-2020, dengan total rata-rata frekuensi dan volume transaksi perdagangan masing-masing mencapai 537 ribu kali dan 7,91 miliar lembar saham. Adapun angka rata-rata frekuensi perdagangan di BEI tersebut merupakan yang tertinggi di Bursa Efek kawasan ASEAN sejak 2018.

Selanjutnya, dalam rangka memeriahkan Peringatan 43 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, OJK dan SRO telah menyiapkan serangkaian acara yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Selain untuk meningkatkan awareness dan mengenang kembali tonggak sejarah diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, rangkaian acara Peringatan 43 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia juga dapat menjadi sarana untuk mengkomunikasikan pencapaian dan peranan penting Pasar Modal Indonesia dalam perekonomian nasional, serta menjalin hubungan baik antar sesama pelaku pasar modal, media, dan masyarakat pada umumnya.

Secara resmi, dengan mengusung tema “Meningkatkan Stabilitas Pasar Modal pada Era New Normal”, Peringatan 43 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia dibuka dengan Seremoni Pembukaan Perdagangan dan dilanjutkan dengan Konferensi Pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self-Regulatory Organization (SRO) pada hari ini, Senin (10/8) secara semi virtual di Main Hall BEI dan via Zoom webinar. Beberapa rangkaian kegiatan lain yang akan diselenggarakan, yaitu Public Expose Live 2020, The 6th Indonesian Finance Association International Conference, Sekolah Pasar Modal untuk Negeri, Capital Market Summit & Expo 2020, Capital Market Fun Day, CEO Networking, kompetisi berupa Indonesia Capital Market Got Talent, Tiktok and Youtube Competitions, 10 Days Challenge, Kompetisi Virtual Trading dan e-Competitions olah raga dan games, serta kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Tahun ini juga diadakan kembali kegiatan media berupa Media Gathering Virtual dan Kompetisi Penulisan Artikel dan Fotografi Jurnalistik untuk Wartawan Pasar Modal.

Pencapaian SRO

Bursa Efek Indonesia
Pada 2020, BEI bersama OJK dan SRO telah mengimplementasikan serangkaian kebijakan untuk memitigasi dampak pandemi COVID-19 di lingkungan Pasar Modal Indonesia di antaranya Kebijakan untuk Emiten dan Perusahaan Publik, Kebijakan untuk mendukung kelangsungan Operasional Perdagangan BEI, Kebijakan pelaksanaan Work from Home bagi stakeholders Pasar Modal dan Kebijakan mengenai On-Site Audit Protokol. Di samping itu, sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam memitigasi dampak COVID-19 terhadap aktivitas perekonomian nasional, Self Regulatory Organisation (SRO) melalui koordinasi bersama-sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan serangkaian stimulus yang diberikan kepada stakeholders pasar modal dan telah tertuang pada Press Release BEI No: 055/BEI.SPR/06-2020 atau melalui tautan .

Selain itu, BEI bersama dengan OJK dan SRO pada hari ini 10 Agustus 2020 telah melakukan soft launching Sistem Electronic Indonesia Public Offering (e-IPO) atau sarana yang dapat membantu proses Penawaran Umum Perdana agar menjadi lebih efisien, efektif, dan transparan melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kemudahan akses investor untuk berpartisipasi dalam Pasar Perdana baik mulai dari tahap pembentukan harga sampai Penawaran Umum, serta meningkatkan kepercayaan investor terhadap proses Penawaran Umum dan harga Initial Public Offering (IPO) yang telah ditetapkan. Dengan adanya e-IPO, investor yang ingin membeli saham IPO dapat langsung mengakses situs atau melalui Partisipan Sistem e-IPO yang telah terdaftar. Diharapkan investor dapat berpartisipasi dengan mudah dalam seluruh Penawaran Umum.

Selain itu BEI juga meluncurkan IDX Virtual Trading, yaitu perangkat dan alat simulasi trading sebagai sarana edukasi yang dapat digunakan oleh calon investor sebelum menjadi investor, serta untuk meningkatkan jumlah investor di Pasar Modal yang merata di semua wilayah di Indonesia.

Pada kesempatan ini juga BEI meluncurkan indeks baru yakni Indeks IDX Quality30 yaitu indeks yang berbasis faktor kualitas fundamental perusahaan. Indeks IDX Quality30 diharapkan dapat digunakan oleh investor sebagai panduan untuk berinvestasi, dan sebagai landasan acuan bagi penyusunan produk-produk pasar modal lainnya, seperti Reksa Dana, ETF, serta produk-produk derivatif lainnya.

Kliring Penjaminan Efek Indonesia
Sehubungan dengan peran PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan, hingga akhir Juli 2020, nilai rata-rata efisiensi penyelesaian dari mekanisme kliring secara netting untuk Transaksi Bursa mencapai 52,52%, sedangkan rata-rata efisiensi dari sisi volume mencapai 58,39%. Hal ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2019 yang mana rata-rata efisiensi penyelesaian dan efisiensi volume sebesar 48,84% dan 56,54%. Untuk pengelolaan risiko penyelesaian Transaksi Bursa, KPEI mengelola Agunan milik Anggota Kliring dengan nilai mencapai Rp18,76 triliun. Adapun sumber keuangan untuk Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, yaitu Cadangan Jaminan dan Dana Jaminan telah mencapai Rp158,37 miliar dan Rp5,31 triliun mengalami peningkatan dari nilai sebelumnya masing-masing sebesar Rp153,15 miliar dan Rp5,01 triliun di tahun 2019.

Untuk peningkatan kapasitas organisasi, KPEI berhasil melakukan renewal sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) ISO 27001:2013 untuk ruang lingkup seluruh divisi dan unit di KPEI serta penambahan New Data Centre dan berhasil meraih sertifikat Sistem Manajemen Kelangsungan Usaha (Business Continuity Management System/BCMS) ISO 22301:2012.

Guna mendukung perluasan peran Lembaga Kliring dan Penjaminan dalam transaksi pasar keuangan, BEI selaku Pemegang Saham KPEI melakukan peningkatan Modal Ditempatkan/Disetor KPEI dari semula Rp165 miliar menjadi Rp200 miliar. Selain memenuhi persyaratan melalui peningkatan modal disetor/ditempatkan, KPEI juga telah melengkapi persyaratan-persyaratan lainnya dan telah mengajukan permohonan persetujuan prinsip kepada Bank Indonesia untuk menjadi lembaga Central Counterparty (CCP) bagi transaksi Derivatif SBNT-OTC di Indonesia. Saat ini masih dalam proses menunggu keputusan dari Bank Indonesia.

KPEI juga telah meluncurkan layanan aplikasi m-CLEARS, sebuah aplikasi berbasis mobile dengan platform Android dan iOS untuk kebutuhan Anggota Kliring dalam memperoleh informasi yang mudah, cepat, dan akurat atas layanan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Bursa.

Bersama BEI dan KSEI, melalui koordinasi dengan OJK, KPEI telah menetapkan serangkaian stimulus yang diberikan kepada stakeholders pasar modal, dengan menerapkan relaksasi atas Dana Jaminan yaitu dengan memberikan keringanan atas kutipan setoran Dana Jaminan kepada Anggota Kliring yang sebelumnya sebesar 0,01% (satu persepuluh ribu) menjadi sebesar 0,005% (lima perseratus ribu) dari nilai setiap Transaksi Bursa atas Efek Bersifat Ekuitas. Kebijakan ini berlaku 6 (enam) bulan terhitung dari 18 Juni sampai dengan 17 Desember 2020. Disamping itu ditetapkan juga kebijakan relaksasi penyesuaian nilai haircut saham untuk perhitungan agunan dan Modal Kerja Bersih Disesuaikan setiap Anggota Kliring.

Kustodian Sentral Efek Indonesia

Dalam rangka mendukung penerapan kebijakan pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar dan physical distancing dalam menghadapi pandemi COVID-19, KSEI telah mempercepat realisasi penggunaan platform electronic proxy (e-Proxy) dengan nama eASY.KSEI sejak 20 April 2020. eASY.KSEI merupakan sistem yang digunakan pemegang saham dalam pemberian suara dan kuasa secara elektronik kepada pihak lain untuk hadir pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). eASY.KSEI dapat diakses oleh pemegang saham dan perwakilan individu dengan cara login melalui website AKSes KSEI ().

Di samping itu, bersama dengan SRO lainnya, KSEI juga telah menetapkan serangkaian stimulus yang diberikan kepada stakeholders pasar modal, yang meliputi Penerbit Efek, Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan Pengguna S-INVEST, dalam rangka meringankan beban ekonomi yang dihadapi, serta menjaga optimisme pasar terhadap stabilitas pertumbuhan pasar modal dan sektor keuangan yang terkena dampak Pandemi COVID-19.

Sepanjang tahun 2019-2020, KSEI menandatangani beberapa perjanjian kerja sama dalam rangka mendukung pengembangan yang dilakukan oleh perseroan, yaitu:

Perjanjian dengan Bizhare dan Santara sebagai penyelenggara equity crowdfunding. Penandatanganan perjanjian secara sirkuler dilakukan dengan Santara pada 6 Maret 2020 dan Bizhare pada 27 Maret 2020. Kerja sama ini untuk mempermudah UMKM dan waralaba untuk menerbitkan saham bisnisnya dan memperluas bisnis mereka lebih cepat.
Kerja sama terkait Pengelolaan Dana Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) secara sirkuler pada 13 April 2020. KSEI berkomitmen untuk menyediakan infrastruktur pengelolaan Dana Tapera yang mendukung kegiatan operasional BP Tapera dan BRI selaku Bank Kustodian yang ditunjuk oleh BP Tapera.
Pembaharuan penandatanganan perjanjian dengan Emiten terkait dengan implementasi eASY.KSEI, yang saat ini proses penandatanganannya masih terus berjalan.
Terdapat penambahan tiga Perusahaan Efek (PE) yang melakukan kerjasama dengan KSEI dalam program Simplifikasi Pembukaan Rekening Efek Nasabah, diantaranya adalah PT Jasa Utama Capital Sekuritas, PT Ekuator Swarna Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas. Penambahan ini meningkatkan jumlah PE yang ikut serta dalam program Simplifikasi Pembukaan Rekening Efek Nasabah menjadi 14 PE. Di samping itu, sampai dengan saat ini telah terdapat 17 Bank yang bekerjasama menjadi Bank Administrator RDN. Hal ini secara tidak langsung mendukung peningkatan jumlah investor ritel di Pasar Modal Indonesia.

KSEI juga telah mengimplementasikan fase lanjutan dari C-BEST Next-G yang mencakup modul Corporate Action, serta peningkatan kecepatan pemrosesan dari 20.000 menjadi 80.000 transaksi per menit. Dari sisi kinerja operasional, jumlah investor di Pasar Modal Indonesia meningkat 21,66% dibandingkan dengan tahun 2019, yang terdiri dari jumlah investor Efek yang naik 15,88%, investor Reksa Dana meningkat 30,50% dan investor SBN meningkat 21,09%.



Selengkapnya
https://www.idx.co.id/berita/press-release-detail/?emitenCode=1350