Menurut Bank Dunia Indonesia memiliki pertumbuhan tahunan sebesar 1.1%. Adam Smith seorang filsuf sekaligus ekonom asal Skotlandia berpendapat bahwa pertambahan penduduk akan berdampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian. Hal ini karena semakin mudahnya suatu entitas bisnis dalam mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk baik barang ataupun jasa. Selain itu bertambahnya penduduk akan memperluas pangsa pasar sehingga permintaan produk ataupun jasa yang meningkat dapat mendorong pertumbuhan perekonomian.

Besarnya jumlah penduduk Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan oleh sektor keuangan terutama pasar modal untuk dapat menghimpun dana baik dari investor lama ataupun investor baru. Namun sangat disayangkan pada  saat ini investor asal Indonesia yang berinvestasi di pasar modal masih dibawah 1% dari jumlah penduduk Indonesia. Pasar modal harus tetap optimis dalam peningkatan investor domestik apalagi dengan hasil survei tingkat literasi keuangan di Indonesia yang mengalami peningkatan. Publikasi Otoritas Jasa Keuangan pada 2016 yaitu Survei Nasional Literasi Keuangan menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan mencapai 29.66%. Pada survei ini diketahui bahwa literasi dan inklusi terhadap pasar modal meningkat signifikan menjadi 4.40% dan 1.25%. Penelitian pernah dilakukan oleh seorang ekonom kelahiran Italia bernama Anna Lusardi yang melakukan survei terhadap respondennya dengan memberikan tiga pertanyaan. Ia menemukan bahwa hanya 30% dari responden yang dapat menjawab dengan benar semua pertanyaannya. Ia menyatakan bahwa angka ini sangat identik di seluruh negara di dunia baik di negara berkembang ataupun negara maju.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi berarti kesanggupan membaca dan menulis. Dalam hal finansial, literasi keuangan dapat diartikan sebagai kecakapan atau kesanggupan dalam hal keuangan. Mengapa literasi keuangan begitu penting ? Hal ini dikarenakan kita akan selalu mengambil keputusan finansial setiap hari. Keputusan finansial yang kita buat sekarang ini mungkin berbeda dari keputusan yang dibuat oleh orang tua kita terdahulu. Hal ini disebabkan karena mereka tidak menghadapi berbagai jenis instrumen keuangan yang kita hadapi sekarang. Saat ini terjadi perubahan yang terus menerus sehingga sektor keuangan di seluruh dunia telah menjadi lebih kompleks. Salah satu industri di sektor keuangan yang memiliki potensi untuk tumbuh dan memberikan imbal hasil yang optimum adalah pasar modal. Orang tua kita kemungkinan besar kurang bahkan tidak memperhatikan instrumen saham di pasar modal untuk berinvestasi. Hal ini dikarenakan oleh mindset kebanyakan masyarakat Indonesia yang cenderung saving society. Sudah saatnya pasar modal dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk mengubah mindset dari saving society menuju investing society.

Investasi adalah tentang bagaimana uang kita dapat tumbuh. Ini tidak dapat terjadi jika instrumen yang kita gunakan tidak tumbuh dan tidak memberikan imbal hasil. Hal ini sangat berkaitan dengan keadaan perekonomian pada saat kita berinvestasi. Premis ekonomi paling sederhana adalah jika konsumen membelanjakan uangnya, ekonomi dapat tumbuh. Jika konsumen tidak membelanjakan uangnya maka ekonomi tidak akan tumbuh. Ketika ekonomi sedang mengalami penurunan, belanja konsumen akan berkurang, dan secara keseluruhan perusahaan akan mencatatkan pertumbuhan yang stagnan, dan tentunya investor akan menerima imbal hasil yang kecil. Sebaliknya ketika ekonomi sedang booming, orang-orang akan membelanjakan uangnya, secara keseluruhan perusahaan akan mencatatkan keuntungan dan investasi tentunya akan tumbuh.

Investasi merupakan jalan yang membantu kita untuk mencapai tujuan dalam hidup. Sebagai contoh untuk membayar biaya pendidikan anak-anak kita di masa yang akan datang, jalan-jalan keliling dunia untuk mendapatkan pengalaman baru, ataupun untuk menjamin hidup kita di masa tua. Dengan berinvestasi secara bijak dan berkala, kita dapat meningkatkan nilai kekayaan kita dan membuat mimpi-mimpi kita menjadi nyata. Salah satu tempat investasi yang memberikan peluang untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita adalah pasar modal.

Menurut definisi pasar modal adalah sebuah instrumen keuangan yang didalamnya terdapat kegiatan jual beli surat-surat berharga (efek) berupa saham dan obligasi untuk jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta ataupun pemerintah. Sedangkan, saham itu sendiri adalah jenis surat berharga yang menandakan kepemilikan di perusahaan dan merupakan klaim atas sebagian aset dan pendapatan perusahaan. Pasar modal berperan penting dalam perkembangan negara berkembang. Studi dari Agarwal pada tahun 2001 menunjukkan bahwa perkembangan bursa di sembilan negara Afrika memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi lain dari Mohtadi dan Agarwal pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pengembangan pasar modal pada 21 negara berkembang meningkatkan investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi. Studi ini menunjukkan bahwa pasar modal berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dengan menstabilkan produktivitas dan guncangan likuiditas. Salah satu tantangan besar di banyak negara berkembang adalah pembentukan permodalan usaha. Ketika perusahaan berkembang, perusahaan membutuhkan sejumlah uang untuk mengekspansi bisnisnya. Pasar modal dapat mempertemukan antara investor dan perusahaan yang butuh modal usaha. Para eksekutif perusahaan dapat mengumpulkan uang untuk modal dengan menjual saham baru di bursa efek. Setiap bagian saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk menjadi bagian dari keuntungan perusahaan di masa depan.

Dilihat dari luar, pasar modal sering dipersepsikan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia sebagai tempat yang eksklusif. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa membeli saham itu rumit dan mahal, padahal kenyataannya tidak demikian. Berinvestasi instrumen saham di pasar modal saat ini sama mudahnya dengan membuka rekening tabungan di bank. Kita hanya tinggal datang ke perusahaan sekuritas terdekat. Sekuritas sendiri adalah perantara perdagangan efek di bursa saham. Saat ini jumlah nominal uang yang digunakan untuk pembukaan perdana rekening sekuritas pun hanya Rp 100.000. Anggapan lain yang populer di masyarakat Indonesia namun menyesatkan dan menyebabkan masyarakat enggan untuk berinvestasi saham adalah disamakannya investasi saham dengan judi. Dalam judi, kita berada pada suatu kondisi yang tidak terukur dimana seseorang bertaruh untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan. Dimana ada satu pilihan yang benar dan seseorang tersebut menjadi orang yang beruntung. Pemain yang kurang beruntung akan memberikan sejumlah nilai taruhannya kepada si beruntung. Padahal sejatinya semua aktivitas pengambilan keputusan jual beli saham dapat dilakukan suatu pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan di masa yang akan datang.

Membeli sebuah saham sama seperti membeli sebuah bisnis. Ini merupakan cara pandang salah satu investor tersukses di dunia yaitu Warren Buffett. Ketika kita membeli sebuah saham, sebenarnya kita sedang membeli bagian dari sebuah perusahaan, kita harus berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk membeli saham. Penting untuk mengetahui detail dari perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Apa produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut, apa lini bisnis perusahaan tersebut yang menghasilkan pemasukan yang besar, apakah perusahaan tersebut memiliki anak perusahaan, siapa kompetitornya dan lain sebagainya. Sebelum kita paham secara menyeluruh apa yang dikerjakan dan bagaimana bisnis proses perusahaan tersebut bekerja. Alangkah bijaknya untuk menunda keputusan investasi.


Referensi

Agarwal, S. 2001. Stock Market Development And Economic Growth: Preliminary Evidence From African Countries

Cagan, M. 2016. Investing 101: From Stock and Bonds to ETF’s and IPO’s, An Essential Primer On Building a Profitable Portofolio

Lusardi, A & M, Olivia. 2014. The Economic Importance of Finansial Literacy: Theory and Evidence

Mill, A. 2016. Economics 101: From Consumer Behavior to Competitve Markets

Mohtadi, H & S, Agarwal. 2007. Stock Market Development and Economic Growth: Evidence from Developing Countries



Oleh : Rizki Gustama Darsono
Capital Market Professional Development Program 2017