Namun bagaimana kalau gilirannya saham Anda turun? Apakah Anda masih bisa
menyusun porto Anda dengan suasana happy dan santai? Padahal jika Anda sampai down
hanya karena mengalami rugi, maka biasanya anda tidak bisa menganalisa lagi
dengan baik. FYI, seorang Warren Buffett maupun Pak Lo Kheng Hong pun pernah
rugi juga. Problemnya bukan di rugi tersebut, melainkan bagaimana menjaga mood
nya agar tetap happy dan tetap mampu menganalisa dengan baik, dan bukannya down
karena terpengaruh oleh kerugian yang dialami.
Saya pun demikian.
Ketika awal baru mulai berinvestasi, sering sekali saya larut dalam moodini.
Pokoknya kalau saham lagi turun mood nya jelek terus
bawaannya. However, seiring berjalannya waktu jam terbang, mental saya pun
semakin terlatih dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Tahun 2015 kemarin
misalkan, IHSG ditutup 12.1% sepanjang tahun, dan pastinya banyak investor yang
mengalami rugi di atas 12.1%. Saya sendiri pun juga terpaksa cut loss beberapa
saham pegangan, namun karena saya tetap berusaha agar kepala saya tetap dingin
dalam menganalisa, beberapa saham pegangan lainnya justru menuai profit yang
cukup signifikan, sehingga secara overall portfolio investasi saya tetap
bertumbuh secara positif.
Dan inilah yang saya
lakukan..
Saya adalah penyuka
musik.. Oleh karena itu, ketika menganalisa saya suka memutar musik (either itu
melalui laptop, iPod, atau Spotify), dan biasanya musik yang saya putar adalah
yang ada beat – nya sehingga membuat mood saya menjadi
semangat dan happy. Saya juga membuat artikel-artikel seperti yang sedang Anda
baca saat ini, untuk mengalihkan kejenuhan saat lagi penat (the best time untuk
menulis artikel adalah jam 9 malam ke atas atau di bawah jam 8 pagi). Selain
itu, terkadang juga kalau lagi suntuk saya juga suka sambil nonton film atau
membaca buku, dan jika diperlukan terkadang juga saya ganti suasana misalkan
dengan bekerja di mall. Pokoknya apapun itu yang bisa membuat Anda tetap rileks
dan tidak stress.
Kemudian, jangan
pernah menganalisa ketika mood Anda lagi jelek (misalkan
karena cut lossterus-terusan, atau sedang ada masalah keluarga).
Jika Anda menganalisa menggunakan emosi atau perasaan, maka biasanya analisanya
akan kacau. Padahal, analisa yang dilakukan seharusnya menggunakan logika dan
pikiran yang jernih. Istilah keren nya : If… then… else… Misalkan
: kalau laba bersih naik dan valuasinya murah, maka seharusnya sahamnya naik,
namun kalau masih turun mungkin ada faktor lain yang perlu diperhatikan. Atau,
kalau saham saya turun 10% maka saya akan cut loss, tapi kalau naik target saya
minimal 30%. Jika Anda tetap menganalisa dengan kepala dingin, Anda mungkin
justru akan menemukan peluang emas di balik penurunan saham-saham.
Saya juga bukan tipe
investor yang melihat ticker harga setiap hari, sehingga jujur saja itu cukup
membantu saya agar tidak stress ketika market lagi turun. Lalu apa yang saya
lihat? Saya melihat laporan keuangan terbaru yang dirilis perusahaan. Dengan
melihat laporan keuangan, saya menjadi lebih memahami peluang dan tantangan
yang dihadapi oleh masing-masing emiten, dan sejujurnya hal itu membuat saya
lebih tenang ketika market sedang turun. Koq bisa? Karena dengan memahami isi
laporan keuangan, saya menjadi yakin bahwa saham-saham yang saya invest adalah
saham-saham yang fundamental nya bagus dan saya mendapatkannya dengan harga
murah. Sehingga ketika harga sahamnya bergerak turun, saya percaya bahwa hal
tersebut hanya SEMENTARA. Sementara ketika kita tidak memahami isi
laporan keuangan (dan hanya berpatokan pada ticker harga), kita menjadi tidak
percaya diri dengan saham yang kita pegang.
Ilustrasinya begini,
saham yang anda pegang saat ini harga nya terus turun, kalau Anda hanya
berpatokan pada ticker besar kemungkinan Anda akan menjadi gelisah dan stress.
Namun kalau Anda memahami bahwa laporan keuangannya positif (laba bertumbuh,
ekuitas bertumbuh, dll), bukankah itu artinya adalah PELUANG?
Sehingga Anda justru happy ketika harga saham tersebut turun dan justru Anda
bisa membeli lebih banyak. Make sense?
Saya biasanya
merangkum laporan keuangan ini di dalam cheat
sheet yang saya buat sendiri secara customized,
sehingga mempermudah saya untuk melihat dari “helicopter view” kinerja laporan
keuangan perusahaan setiap kuartal nya. Saya bisa memantau 500+ kinerja emiten
berdasarkan laporan keuangan terbarunya dalam satu sheet excel saja. Saya tidak
perlu satu search satu per satu kode saham, melainkan langsung melihatnya
secara sekaligus dalam satu file. Dan juga saya biasanya melihat harga wajar
saham tersebut, sehingga jika harga sahamnya saat ini masih jauh di bawah harga
wajar sahamnya, saya akan merasa lebih tenang memegang saham tersebut.
Terakhir, percayalah
pada Analisa diri sendiri. Banyak sekali investor yang memutuskan membeli saham
karena mendengar rekomendasi dari orang lain. Misal si A menyebut saham XYZ,
namun ternyata saham XYZ malah turun, biasanya investor yang seperti itu akan
menyalahkan (dalam hati) orang yang memberi rekomendasi saham XYZ. Padahal,
mungkin timeframe orang yang memberikan rekomendasi saham XYZ itu lebih
panjang. Namun, karena investor tersebut hanya ikut-ikutan tanpa MENGETAHUI
ALASAN membeli saham tersebut, biasanya akan mudah untuk cut loss.
Well, it’s time buat Anda untuk mulai levelling up analisa Anda.
Oleh : Rivan Kurniawan
Indonesia Value Investor
Artikel ini sebelumnya terbit 28 Juli 2017 di:
http://rivankurniawan.com/2017/07/28/tips-menganalisa-saham-untuk-investor/ dengan judul "TIPS MENGANALISA SAHAM UNTUK INVESTOR"