Saat ini pasar saham Indonesia memiliki 9 sektor dengan 56 industri di dalamnya. Setiap sektor memiliki kondisi bisnis yang berbeda-beda sehingga menghasilkan ROI, ROE, ROA, dan margin yang berbeda pula. Diantara kesembilan sektor ini, pastinya ada sektor yang tahan banting saat dihadapkan pada krisis. Sebagai investor, menganalisis ketahanan dan daya rebound pasca krisis sangatlah penting, baik dari sisi historis maupun sisi fundamental. Terlebih bagi investor berprinsip syariah, dengan analisis ini, investor bisa terhindar dari gharar dan menjaga kehati-hatian. Berikut merupakan 9 sektor dengan industrinya.
![](https://akucintakeuangansyariah.com/wp-content/uploads/2020/07/1-800x452.jpg)
Sektor Agriculture (Pertanian)
Sektor ini memiliki satu industri yang cukup aktif di pasar saham Indonesia, yaitu industri Plantation. Bidang usaha industri ini umumnya adalah agribisnis dengan komoditas utama kelapa sawit. Fungsi produk yang peruntukannya adalah consumer goods (Barang-barang rumah tangga) membuat harga komoditas di sektor ini cenderung lebih stabil.
Sektor Finance (Keuangan)
Sektor finance secara umum terbagi menjadi 3 industri yang utama yaitu: Perbankan, Industri Keuangan Non-Bank, dan Pasar Modal. Sektor Finance pada umumnya memiliki rasio profit margin yang tinggi, namun ROA yang sangat rendah khusus pada industri Bank.
Sektor Miscellaneous Industry (Industri Lain-Lain)
Misc. industry meliputi produk-produk pelengkap seperti, Automotive, Cable, Footwear, dan Textile. Sektor ini umumnya bersifat padat modal dan padat karya, di mana setiap perusahaan harus berinvestasi secara terus menerus untuk keperluan mesin, pabrik, dan karyawannya.
Sektor Basic Industry and Chemicals (Industri Dasar dan Kimia)
Basic industri terbagi menjadi beberapa industri yaitu Animal Feed / Pakan Ternak, Cement, Ceramics Glass, Chemicals, Metal and Allied Products, Plastic, Pulp Paper, dan Wood. Untuk industri Animal Feed dan Cement didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar yang bisa dikaterogikan sebagai BlueChip.
Sektor Infrastructure, Utilities and Transportation (Infrastruktur, Keperluan, dan Transportasi)
Di sektor ini, biasanya Industri yang mencatatkan profit margin sangat tinggi adalah Telecommunication dan Toll Road karena perusahaan bergerak di bidang jasa dan tidak pernah berhenti digunakan oleh masyarakat.
Sektor Property, Real Estate and Building Construction (Properti, Real Estat, dan Konstruksi Bangunan)
Di industri Property umumnya margin yang diperoleh terbilang tinggi berkisar di angka 50%, hal ini bertujuan untuk mengimbangi resiko bangunan yang tidak terjual. Dan di Building Construction kebanyakan diisi oleh perusahaan BUMN seperti Adhi Karya, Wijaya Karya, Waskita Karya dan lain-lain.
Sektor Consumer Goods (Barang Konsumsi)
Sektor ini adalah sektor barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan digunakan sehari-hari seperti alat kebersihan badan dan rumah, kosmetik, makanan dan minuman, dll. Sektor ini memiliki banyak saham bluechip karena memiliki brand yang dikenal secara luas oleh konsumen.
Sektor Mining (Pertambangan)
Serupa dengan sektor pertanian, produk sektor ini juga merupakan komoditas, perbedaannya pertambangan digunakan untuk sektor industri sedangkan pertanian digunakan untuk sektor pangan. Umumnya, sektor ini memiliki kinerja yang sangat berfluktuasi mengikuti kebutuhan industri.
Sektor Trade, Service, and Investment (Perdagangan, Jasa, dan Investasi)
Sektor ini menampung industri-industri yang tidak masuk di sektor lainnya.
Sejak tahun 2007, IHSG sempat mengalami 2 koreksi yang dalam, yaitu di tahun 2008 dengan penurunan 48% dan di tahun 2015 dengan penurunan 13%.
Sumber: Yahoo Finance
Pada tahun 2008, Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi hebat yang berdampak pada seluruh perekonomian di dunia termasuk Indonesia. Krisis di Amerika Serikat berawal dari subprime mortgage (kredit perumahan) yang diberikan kepada debitor dengan risiko gagal bayar yang tinggi. Subprime Mortgage ini di sekuritisasi dan dijual kepada investor. Sampai akhirnya harga perumahan di Amerika Serikat jatuh dan menyebabkan tumbangnya lembaga-lembaga jasa keuangan hingga krisis ekonomi.
Sedangkan penurunan pada tahun 2015, tidak terjadi akibat krisis ekonomi. Penurunan ini hanya disebabkan oleh gejolak ekonomi, baik gejolak eksternal maupun internal. Dari dua tahun tersebut, sektor apa saja yang bisa bertahan dan apa saja uang justru porak poranda?
![](https://akucintakeuangansyariah.com/wp-content/uploads/2020/07/3.png)
Sumber: Yahoo Finance
Baik pada tahun 2008 maupun pada tahun 2015, sektor dengan koreksi paling parah terjadi pada sektor Agriculture dan Mining. Sedangkan sektor dengan koreksi paling sedikit terjadi pada Consumer Goods dan Finance. Meski demikian, tetap saja kedua sektor ini mengalami penurunan dan masih wajar karena memang IHSG jatuh.
Kemudian, bagaimana keadaan sektor-sektor ini pasca krisis? Sektor mana saja yang mampu rebound dan mencatatkan kinerja positif?
Sumber: Yahoo Finance
Di tahun 2009, 1 tahun pasca krisis ekonomi global 2008, sektor Mining menjadi sektor dengan kinerja positif paling tinggi. Di tahun 2016, tepat 1 tahun pasca gejolak menerpa, sektor Mining juga masih menjadi yang terbaik.
Berdasarkan data-data tersebut, adakah sektor apa yang memiliki peluang bullish? Walaupun penurunan setiap saham berbeda-beda, namun investor bisa mengetahui kondisi sektor secara umum.
Artikel ini telah diterbitkan di
https://akucintakeuangansyariah.com/pasca-krisis-adakah-sektor-yang-bullish/