Dengan
banyaknya rasio keuangan yang seringkali harus digunakan oleh para investor,
tak jarang akan membuat investor mudah bingung. Tak heran, jika kemudian
banyak investor yang lebih memilih mempercayakan pengelolaan investasi saham
kepada broker tertentu. Mengingat, tidak semua investor terbiasa melakukan
analisis laporan keuangan, terlebih lagi ketika sampai pada bagian menilai
sehat atau tidaknya keuangan suatu perusahaan. Pada bagian ini, investor
biasanya akan dihadapkan pada 2 rasio fundamental sederhana yakni rasio Return
on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
Singkatnya, kedua rasio ini cenderung mirip, namun tetap ada beberapa perbedaan
dalam hasil perhitungannya. Jadi apa itu ROA dan ROE ?
Mengenal Rasio
Fundamental ROA dan ROE
Salah
satu tugas manajemen sebuah perusahaan adalah meningkatkan apa yang disebut
dengan shareholders value atau nilai bagi para pemegang saham.
Salah satu KPI yang termasuk dalam shareholders value tersebut
adalah ROA (Return on Asset) dan ROE (Return
on Equity). Dalam berinvestasi, seringkali seorang investor juga
menjadikan Rasio ROA dan ROE ini menjadi salah satu patokan untuk memilih
saham.
ROA
merupakan imbal hasil atau tingkat pengembalian laba atas total aset yang
tertera di dalam neraca perusahaan. ROA ini biasanya merupakan ukuran
kinerja manajemen tingkat atas, karena melihat bagaimana manajemen dapat
memanfaatkan aset ini menjadi laba perusahaan.
Sementara ROE
merupakan imbal hasil atau tingkat pengembalian laba atas total ekuitas, yang
menjadi ukuran kinerja perusahaan sekaligus pemegang saham. Bagi
pemegang saham yang menginvestasikan dananya di perusahaan sebagai tambahan
ekuitas, ROE ini juga menjadi tolak ukur seberapa besar ia akan mendapatkan
imbalan atas modal yang diinvestasikan.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa rasio ROA dan ROE diperoleh dari rumus sebagai berikut :
Pertanyaannya
adalah rasio mana yang lebih dapat dijadikan acuan?
Penulis
sendiri sampai sekarang ini, lebih suka menggunakan ROE sebagai indikator
ketimbang ROA. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan
coba menggunakan ilustrasi sederhana berikut ini agar dapat lebih mudah untuk
dipahami.
Perusahaan A |
Perusahaan B |
|
Total Aset |
Rp 100 juta |
Rp 100 juta |
Laba Bersih |
Rp 20 juta |
Rp 15 juta |
Perusahaan
A memiliki aset Rp 100 juta dan dapat menghasilkan laba bersih Rp 20 juta.
Sementara Perusahaan B memiliki aset Rp 100 juta dan dapat menghasilkan laba
bersih Rp 15 juta. Dari antara kedua perusahaan tersebut, mana menurut Anda
perusahaan yang lebih baik dalam hal pengembalian laba bersih terhadap aset
nya? Dengan menggunakan rumus di atas, kita akan mendapatkan ROA untuk kedua
perusahaan sebagai berikut :
- ROA Perusahaan A = Rp 20 juta / Rp 100 juta = 20%
- ROA Perusahaan B = Rp 15 juta / Rp 100 juta = 15%
Tentu
saja jawabannya adalah Perusahaan A, karena dengan modal yang sama,
perusahaan A mampu menghasilkan laba bersih yang lebih besar. Namun apakah
benar fundamental perusahaan A lebih baik dibandingkan perusahaan B?
Perlu diingat bahwa Total Aset sebuah perusahaan terdiri dari Liabilitas (Hutang atau pinjaman) dan Ekuitas (setoran pemilik dan laba ditahan), atau dapat digambarkan dalam persamaan berikut ini.
Menggunakan
contoh yang sama seperti di atas, sekarang mari kita lihat struktur permodalan
dari perusahaan A dan perusahaan B.
Perusahaan A |
Perusahaan B |
|
Total Liabilitas |
Rp 20 juta |
Rp 50 juta |
Total Ekuitas |
Rp 80 juta |
Rp 50 juta |
TOTAL ASET |
Rp 100 juta |
Rp 100 juta |
Perusahaan
A dan B sama-sama memiliki aset sebesar Rp 100 juta. Namun jika dilihat lebih
detail, total aset perusahaan A terdiri dari Total Ekuitas sebesar Rp 80 juta
ditambah dengan Liabilitas sebesar Rp 20 juta. Sementara total aset perusahaan
B terdiri dari total Ekuitas sebesar Rp 50 juta ditambah dengan liabilitas
sebesar Rp 50 juta. Dengan asumsi bahwa Laba Bersih yang dihasilkan masih tetap
sama (Laba Bersih Perusahaan A : Rp 20 juta dan Laba Bersih Perusahaan B : Rp
15 juta), maka rasio ROE yang dihasilkan oleh kedua perusahaan adalah sebagai
berikut :
- ROE
Perusahaan A = Rp 20 juta / Rp 80 juta = 25%
- ROE
Perusahaan B = Rp 15 juta / Rp 50 juta = 30%
Dilihat
dari sudut pandang tingkat pengembalian laba terhadap total ekuitas, Perusahaan
B ternyata lebih baik dibandingkan dengan perusahaan A. Semakin besar nilai
rasionya, maka semakin besar dana yang dapat dikembalikan dari ekuitas menjadi
laba. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri. ROE
tinggi akan menyebabkan posisi pemilik modal perusahaan semakin kuat.
Pertimbangan Relevan
Menggunakan Rasio ROA dan ROE
Kembali
lagi, mengapa saya lebih menyukai memakai ROE ketimbang ROA? Karena ROE
lebih mencerminkan kemampuan perusahaan menggunakan modal dari setoran pemilik
dan laba ditahan saja, sehingga lebih mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan asumsi tanpa hutang sekalipun.
Yang perlu diperhatikan pula adalah hati-hati jika ternyata rasio ROA dan ROE perusahaan berbeda jauh, misalkan ROA = 20% dan ROE = 50%, itu artinya perusahaan cenderung memiliki hutang yang relatif besar ketimbang ekuitas nya, karena ROE itu sendiri memiliki persamaan lain, yaitu :
Dari
persamaan di samping ini, kita mengenal satu istilah baru, yaitu Financial
Leverage. Financial Leverage ini bahasa sederhana nya adalah daya ungkit
yang didapat dari hutang (liabilitas) perusahaan. Jika FL > 2,
artinya Utang > Ekuitas, sedangkan jika FL < 2, artinya Utang
< Ekuitas. Jadi, apabila ROA = 20% dan ROE = 50%, maka FL = 2.5
(di atas 2), artinya Utang > Ekuitas.
Kesimpulan
Jadi,
kesimpulannya adalah apabila Anda menemukan bahwa rasio ROA sebuah perusahaan
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lainnya (misal : kompetitor di
industri yang sama), maka Anda perlu melangkah lebih jauh ke dalam perhitungan
ROE nya. Apabila ROE nya juga lebih besar dari kompetitor, barulah dapat
dikatakan perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian laba yang lebih
baik. Disinilah, kedua rasio tersebut saling melengkapi dalam menampilkan
kinerja perusahaan.
Namun,
perhatikan juga apakah rasio ROA dan ROE nya terlalu jauh? Karena apabila ROA
dan ROE terlalu jauh, besar kemungkinan bahwa hutang di dalam perusahaan
tersebut lebih besar dibandingkan dengan ekuitas nya.
Artikel
ini telah diterbitkan di