Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja saya terikut dalam diskusi renyah, hangat namun agaknya serius dengan sekelompok wanita ibu-ibu rumah tangga tentang masalah keuangan dalam rumah tangga. Saling curhat, atau bahasa kerennya sharing, saling berbagi karena merasa senasib dalam menjalani kesulitan hidup. 

Menariknya diskusi ini karena semua menceritakan mengalami kesulitan mengatur keuangan keluarga yang tiada pernah cukup. Apalagi sekarang sedang mempersiapkan anak-anak melanjutkan sekolah, baik di sekolah lanjutan dan terlebih di perguruan tinggi di kota lain. Ini issue penting dan genting, karena menyangkut masalah keuangan keluarga. Tidak saja negara yang memiliki masalah keuangan, tetapi rumah tangga-pun mengalami masalah yang lebih rumit dan pelik. Menteri keuangannya, yaitu para ibu-ibu didalam keluarga pasti sangat pusing menghadapinya, dan nyaris hampir setiap hari menghadapi masalah yang sama. Memang aneh juga, karena masalah ini, masalah keuangan dalam keluarga tidak pernah ada habisnya walaupun tipis, teknik dan berbagai strategi dan cara sudah tersedia untuk menyelesaikan keuangan keluarga ini. Tetapi selalu saja menjadi problem yang, nampaknya semakin berat dan parah.

Jangan pernah meremehkan tentang masalah keuangan dan kemelut keuangan dalam keluarga. Ada banyak fakta dan temuan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa di banyak Negara, sebutkan negara sangat maju di muka bumi ini yaitu Amerika Serikat, angka perceraian dalam keluarga sebagian besar dipicu dan disebabkan oleh masalah keuangan keluarga. Baik karena salah mengelolanya dan terutama karena uangnya tidak mencukup atau selalu berkekurangan sehingga muncul perselisihan, muncul konflik, muncul pertengkaran, dan akhirnya tak tahan lalu, sudah, bercerai saja. Jadi simple sekali, yaitu bila ada masalah keuangan keluarga ya cerai saja, hehe...

Keadaan yang terjadi di negara super maju seperti di USA tidak tertutup kemungkinan juga dihadapi oleh banyak keluarga di negara lain, juga di Indonesia, yaitu masalah keuangan keluarga yang serba berkekurangan, atau kalau tidak berkekurangan ya masalahnya pemborosan yang tidak terkendali sehingga selalu merasa kekurangan. Sehingga, situasinya atau masalahnya adalah karena kekurangan uang atau kelebihan uang tetapi cara pengelolaannya.  

Cara pengelolaan uang pada dasarnya kembali kepada si pengelola uang itu. Yang mendasar adalah SIKAP dalam mengelola uang itu sendiri. Ketika sikap yang dipilih salah maka keuangan akan menjadi masalah serius dalam keluarga. Tetapi sebaliknya, bila sikap yang dipilih benar maka keuangan bukan menjadi masalah.

Uang bukan segala-galanya tetapi tanpa uang maka segalanya membutuhkan uang. Ini ungkapan yang sudah sangat umum yang sering menjadi jebakan sikap dan perilaku orang dalam mengelola keuangannya. Sesungguhnya, tanpa disadari ungkapan yang sederhana ini, tetapi bila salah menyikapinya maka menjadi bumerang yang menghancurkan perilaku seseorang dalam mengelola uang. 

Uang bukan segalanya tetapi segalanya butuh uang, mau menyimpulkan bahwa pada akhirnya orang butuh uang, dan karena apapun yang terjadi carilah uang sebanyak-banyaknya agar masalah tidak ada lagi. Jadi, fokusnya adalah "mengejar uang itu", dan inilah yang saya katakana sebagai mis-leading mengelola uang. Akibat fatalnya adalah lalu hidup demi mencari uang. 

Tak salah sih, tetapi ketika uang menjadi segala-galanya maka seluruh dinamika, arah dan usaha hidup yang dilakukan adalah demi uang. Yang mau dikatakan kehidupan menjadi tidak seimbang, dan hidup yang tidak seimbang pasti tidak bahagia, dan hidup yang tidak bahagia pasti tidak diinginkan oleh setiap orang.

Sikap menentukan perilaku, dan perilaku menentukan tindakan, dan tindakan yang terus menerus dilakukan akan menjadi habits atau kebiasaan, dan kebiasaan yang terbentuk akan menjadi karakter, dan karakter yang sudah terbentuk akan menjadi personality, dan personality atau kepribadian adalah the way of life

Setuju atau tidak, inilah kehidupan yang setiap orang menjalaninya. Bisa menjadi instrument untuk mengenal diri sendiri dan bisa menjawak ada apa dengan diriku, mengapa hidupku seperti ini, dan pertanyaan lainnya. Hidup seseorang tidak instan terbentuk mendadak, tetapi sungguh melalui sebuah proses yang panjang dan permanent, disadari atau tidak disadari. Pesannya sih, sadarilah, fpahamilah, dan arahkan proses itu pada tujuan yang benar dan tetat. Bisakah ? Sangat bisa. Sulitkah? Hmm, sangat sulit dan menyakitkan hehe..

Kembali kepada masalah keuangan keluarga, yang harus dipahami bahwa tidak ada satu keluarga-pun dimuka bumi ini yang tidak memiliki masalah keuangan dalam keluarganya. Kalau ada satu saja keluarga yang tak punya problem keuangan, katakan siapa dia! Pemahamannya adalah bahwa masalah keuangan keluarga bukan soal berkekurangan uang atau berkelebihan uang, tetapi ini soal sikap dalam mengelola keuangan keluarga itu. 

Sesungguhnya, masalah sikap ini juga berlaku untuk semua masalah yang dihadapi dalam keluarga, seperti menentukan sekolah anak-anak bisa menjadi problem kalau berbeda-beda pendapatnya dalam keluarga, atau masalah memilih jodoh, masalah membeli rumah, memilih pekerjaan, memilih lingkungan sosial, atau masalah-masalah lainnya. Semua itu akan menjadi masalah yang berat bahkan seperti lingkaran tak berujung bila sikap yang dipilih oleh si pengelola masalah tidak tepat atau salah.

Apakah mau berbagai strategi dan tips untuk mengatasi masalah keuangan keluarga yang dihadapi?. Jangan khawatir tersedia sangat banyak pelajaran yang bagus dan ampuh. Datanglah kepada Mbah-GOOGLE dan ketik "cara mengatasi masalah keuangan keluarga", Anda akan diberikan oleh Mbak Google.."Sekitar 7.940.000 hasil (0,39 detik)".  

Artinya sesungguhnya adalah setiap orang paham betul tentang masalah keuangan keluarganya, dan juga paham betul untuk menyelesaikan masalah bahkan cara-caranya secara detail juga tahu, tetapi tidak mau melakukannya. Kalaupun mau, hanya diawal kemudian kembali lagi ke kebiasaan lamanya, dan terus saja menikmati tentang masalah itu. Ini juga disebut "habits complexity", lalu menjadi lingkaran setan yang tidak pernah putus saja.

Prinsip 10:10:80

Sebagai contoh solusi sederhana dalam menyelesaikan masalah keuangan keluarga adalah Prinsip 10:10:80, yang sebetulnya merupakan nasehat kuno bijak nenek-kakek sejak dahulu dan nampaknya sangat ampuh mengatasi masalah keuangan keluarga, baik saat berkekurangan maupun saat berkelebihan. 

Prinsip ampuh ini mengatakan bahwa berapapun jumlah penghasilan yang didapat, sebutkan 100%, alokasikan hanya untuk tiga bagian saja, yaitu (i). 10%  untuk Tuhan, (ii). 10% untuk Investasi, dan (iii). 80% untuk biaya menjalani hidup.

Kesatu, 10% dari penghasilan Anda serahkan kepada Tuhan dalam bentuk persembahan di rumah ibadah. Ini prinsip sangat hakiki sebagai cerminan penghayatan dan pemahaman bahwa segala sesuatu dalam hidup ini, termasuk penghasilan yang didapat karena berkat dari Tuhan yang diyakininya. Pahami dengan sungguh-sungguh, bahwa apapun yang dipersembahkan kepada Tuhan terlebih dahulu, Tuhan pasti akan memberkatinya. Jangan pernah dibalik, 10% persembahan ini adalah yang UTAMA dan bukan sisa dari penghasilan Anda.

Kedua, 10% dari penghasilan agar disisihkan untuk disimpan, ditabung sebagai dana cadangan dalam memenuhi kebutuhan kedepan. Ini pasti tak mudah, tetapi inilah prinsip dasarnya, berkomitmenlah untuk menabung setiap mendapatkan penghasilan. Bukan soal besar atau kecil, tetapi 10% saja disisihkan. Lagi-lagi ini soal komitmen dan menjaga konsistensi dalam bersikap. Sekali memutuskan seterusnya akan tetap bersikap betul, dan bukan kondisional.

Ketiga, 80% untuk menjalani hidup. Ingat, yang utama dalam hidup adalah kebutuhan Anda setiap hari untuk bisa berjalannya roda kehidupan. Jaga agar ritme operasi kehidupan buka semakin menurun tetap paling tidak stabil. Itulah gunanya yang 80% ini untuk menjaga "pabrik kehidupan" tetap kontinyu bergerak. Roda inilah yang akan menghasilkan uang untuk yang 20% sisanya tadi. 

Prinsip berhemat jangan dipaksakan, misalnya 80% diturunkan menjadi 50%, ini tidak baik karena akan menurunkan kualitas hidup yang akan dijalani. Juga jangan dilanggar prinsip 80% ini, karena sesungguhnya hanya orang bodoh saja yang menghasilkan semua penghasilannya untuk biaya operasional tanpa memberikan 10% buat Tuhan dan 10% buat investasi.

Prinsip sederhananya ini sangat mudah dan tidak merepotkan untuk berhitung-hitung secara analisa keuangan dan investasi yang rumit. Siapapun bisa melakukannya. Namun, saking sederhananya prinsip ini banyak orang mengabaikannya dan akhirnya tidak melakukannya dengan penuh komitmen, kesetiaan dan menjaga terus hingga titik darah yang penghabisan. Yang terjadi, fatal semuanya, yaitu masalah keuangan keluarga terus berputar.

Prinsip ini mengajarkan beberapa hal yang juga sangat prinsip, yaitu

  1. Belajar komit untuk menjaga sikap. Hidup tanpa komitmen ibarat pohon-pohon di atas bukit yang diombang-ambingkan oleh angin dan badai setiap saat, dan akhirnya akan rusak.
  2. Belajar bertanggungjawab terhadap masa depan hidupnya sendiri dan tidak mengharapkan orang lain. Sebab sesungguhnya Tuhan melarang setiap orang untuk mengandalkan orang lain dalam hidupnya. Selain Tuhan jangan andalkan apapun didunia ini karena akan mengecewakan.
  3. Belajar menjadi realistis dalam hidup ini, yaitu jangan pernah membelanjakan uang melebihi dari 80% yang tersedia. Karena inilah sumber persoalan setiap keluarga dengan berhutang melebihi dari yang dibutuhkan. Dunia bisnis sekarang sudah berada pada level yang sangat mengkhawatirkan dengan godaan yang sangat sulit ditolak agar setiap orang berbelanja sekarang tanpa bayarannya nanti, besok, lusa atau tahun depan. Akhirnya orang terlilit hutang tanpa ujung.

Prinsip 10:10:80 sangat ampuh untuk mengembalikan hakikat pengelolaan uang keluarga pada rel yang benar tanpa menimbulkan masalah keuangan. Sisanya adalah masalah sikap, keinginan, kerakusan, nafsu konsumtif, godaan dan nilai-nilai semu kehidupan yang ditawarkan oleh dunia ini. Dunia bisnis yang sangat pragmatis, rasional, artifisial, dan sementara saja.

Tuhan tidak mau setiap orang terjebak kepada nilai-nilai duniawi itu, tetapi Tuhan mau agar manusia mengelola nilai-nilai kekal karena sesungguhnya hidup didalam Tuhan itu kekal adanya. Lihatlah yang kekal itu, jagalah yang kekal itu dan rawatlah yang kekal itu agar hidup ini menjadi kekal selama-lamanya.


Artikel ini telah terbit sebelumnya pada 03 Juli 2018 di: https://www.kompasiana.com/yupiter/5b3ac9fccf01b4062320e882/model-10-10-80-prinsip-ampuh-mengatasi-masalah-keuangan