Saya memilih untuk
mengingat Soekarno pada hari ini, dengan membuka berbagai referensi yang saya
koleksi dari zaman old hingga zaman now.
Dan saya memilih satu
buku ringkas berjudul "Mentjapai Indonesia Merdeka". Ya, siapa yang
tidak mengenal Soekarno yang menjadi inspirasi banyak orang didunia dn tentu
saja Indonesia. Kutipan-kutipan pidatonya beredar sangat luas diberbagai media,
terutama media online dan sosial media. Terlepas dari kontroversi
kepemimpinannya, namun semua pikiran-pikirannya betul awet sejak dulu hingga
sekarang. Tentu saja pikiran-pikiran itu lahir dalam tantangan yang berbeda,
namun jangkauannya sungguh tanpa batas waktu dan tempat.
Buku tipis ini hanya 84
halaman saja, memang tidak bicara membahas Pancasila yang hari ini diperingati
kelahirannya. Tetapi buku ini merupakan "Risalah yang ditulis ketika Bung
Karno beristirahat disesuatu tempat dipegunungan Selatan Bandung (Pengalengan) pada
bulan Maret 1933".
Dikutip dari Penerbitan
Departemen Penerangan R.I, oleh Penerbitan Chusus - 84. Dan dicetak oleh C.V.
BWaro Niaga - Djl. Garuda 40, Jakarta. Saya sangat bersyukur dokumen ini
masih bisa dibaca dengan jelas, walaupun kertasnya sudah agak kumal kekuningan
dan kalau tidak hati-hati kertasnya akan mudah robek.
Membaca buku singkat
tetapi padat ini, benar-benar kita akan berada pada suasana Indonesia pada
tahun 1920 - 1933. Seperti biasanya, gaya penulisan Soekarno tidaklah
jauh beda dengan cara dia kalau berpidato diatas mimbar. Hampir semua
kata-katanya sungguh-sungguh sebagai "konsep" pemikiran semacam
"butir-butir" mutiara pemikirannya tentang eksistensi Indonesia yang
masih berada dalam Jajahan Hindia Belanda.
Dan sangat mudah merasakan
bagaimana penderitaan rakyat pada saat itu, dan nampak bagaimana perasaan
Soekarno tentang realitas keji dan sengsara itu untuk bisa segera keluar dari
jajahan atau imperialisme itu.
Buku Mencapai Indonesia
Merdeka ini, nampaknya ditulis oleh Soekarno karena dipicu oleh perkataan
dari Professor Veth yang pernah berkata "bahwa sebenarnya Indonesia tidak
pernah merdeka.
Dari zaman purbakala
sampai sekarang, dari zaman ribuan tahun sampai sekarang, dari zaman Hindu
sampai sekarang. Indonesia akan tetap sebagai negeri jajahan, yang semula
jajahan Hindia lalu menjadi jajahan Belanda". Oleh Soekarno mengutip syair
yang ditulis oleh Professor Veth yang terjemahannya adalah sebagai berikut :
Dipantainya tanah Jawa
yang berdesak-desakan;
Datang selalu tuan-tuannya
setiap massa;
Mereka beruntun-runtun
sebagai runtunan awan;
Tapi anak pribumi
sendiri tak pernah berkuasa
Inilah substansi yang
dibahas dengan sangat lugas sederhana tetapi tegas oleh Soekarno dalam buku
kecil ini. Bahwa sesungguhnya Professor Veth salah meramalkan nasib Indonesia
kedepan. Soekarno menulis "...bahwa Profesor yang pandai itu, yang memang
"datuk"nya penyelidikan riwayat kita, ini kali salah raba. Ia lupa
bahwa ada perbedaan yang dalam sekali antara hakekat zaman Hindu dan Hakekat
Zaman sekarang...".
Kemudian Soekarno
memaparkan satu persatu pandangannya bahwa Indonesia harus dan pasti merdeka.
Bahkan dia menggunakan jembatan emas yang harus segera dibangun dan dibuat oleh
Indonesia. Karena jembatan emas itu adalah kemerdekaan yang harus diraih
sebagai alat mencapai tujuan dari Indinesia yang lebih baik dan tidak lagi
tergantung pada penjajahan negara lain.
Catatan kritis yang
dibuat oleh Soekarno berisi 10 point yang menjadi intisari pergumulan
negeri ini untuk membangun jembatan emas. Bayangkan saja, catatan ini dibuat
1933 pada bulan Maret, artinya sekitar 12 tahun sebelum Indonesia mengalahkan
Penjajah dan menjadi Merdeka. Tentu saja sebuah pokok pikiran yang sangat
strategis untuk bisa mengalahkan imperialisme yang sangat berkembang di
Indonesia, dari Imperialisme Kuno menjadi Imperialisme Modern.
Saya mencoba
membagikan poin kunci dan tentu simpel untuk mengenang pergulatan negeri ini
pada 85 tahun yang silam. Sangat mungkin poin yang saya kemukakan ini
juga dipengaruhi oleh catatan kritis saya melihat pergulatan Republik ini
hingga saat ini.
Pertama, Soekarno memiliki pemahaman yang sangat konkrit objektive tentang keadaan
Indonesia pada saat itu, baik kondisi masyarakat yang berada dalam penjajahan
Belanda, tetapi juga kondisi dan potensi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia
yang sangat besar. Disajikan data konkrit tentang aktivitas export dan import Indonesia yang sangat teliti sejak tahun
1920-an.
Ringkasnya bahwa Import Indonesia mencapai 220,4%
dibandingkan Import-nya. Artinya
Indonesia sangat untung sebetulnya. Tetapi keuntungan itu tidak dinikmati oleh
Rakyat karena dikuasai oleh penjajah. Hasil bumi Indonesia pertambahan, minyak,
pertanian dan sebagainya dibawa keluar dari Indonesia.
Soekarno mencatat di
bandingkan dengan Afrika Selatan, Philipina, India, Mesir Ceylon (hal 15)
Indonesia tertinggi. Saya pikir, ini salah satu alasan kuat mengapa Soekarno
yakin bahwa Indonesia harus merdeka agar mampu menguasai sumber daya alam yang
sangat kaya itu buat kesejahteraan rakyatnya.
Kedua, untuk menyatukan rakyat Indonesia pada waktu Soekarno menggunakan
terminologi Marhaen yang lalu berkembang menjadi Marhaenisme , Marhaenisme adalah
ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa.
Dengan dogma ini menjadi alat pemersatu bagi rakyat Indonesia melawan
penjajahan Belanda saat itu.
Ini sangatlah menarik
karena menjadi kekuatan tersendiri agar sadar betul kemiskinan dan kesengsaraan
yang dialami pada saat itu. Dalam risalahnya ini, dengan miris Soekarno
mencatat beberapa berita dari koran di yang ada dari Juli 1932 sampai dengan
Maret 1933, tentang penderitaan rakyat pada saat itu (halaman 20 -22).
Misalnya, berita 7 Mei 1932 di koran Pertja Selatan menulis :
"Pegadaian
penuh, sebab tidak ada yang menembus, semua menggadai. Sekarang gadaian kurang.
Ini barang aneh! Sebab mustinya naik ! Bagi saya tidak aneh. Ini tandannya
barang-barang yang digadai sudah habis ! tandanya miskin habis-habisan!. Di
desa orang-orang 2 hari sekali makan nasi, selainnya makan ubi, tales,
singkong, jantung pisang. Sudah sebagai sapi!."
Ketiga, berangkat dari
kondisi kemelaratan disatu pihak tetapi Indonesia yang kaya dipihak lain,
Soekarno tahu persis apa yang harus dibuat. Dia menulis : "Indonesia,
tanah yang mulia; Tanah kita yang kaya; Disanalah kita berada; Untuk
selama-lamanya ......" Tak ada kata mundur Indonesia, apapun yang
terjadi rakyat harus bersatu untuk membangun jembatan emas itu, yaitu
kemerdekaan.
Mudahkah ? tentu tidak
mudah karena dibutuhkan strategis dan sumber daya yang kuat ditengah-tengah
deraan imperialisme modernnya Belanda. Yang menggunakan tidak lagi cara kuno
tetapi menggunakan modal yang besar untuk menguasai seluruh negeri dan export terus meningkat untuk membawa
keluar hasil bumi negeri.
Keempat, untuk menyatukan semua gerakan marhaen Indonesia, dibutuhkan kelompok
kerja, semacam partai yang lalu disebutkanya partai marhaen. Lalu menjadi
marhaenisme. Ini sangat mudah difahami sebagai instrumen bagi Soekarno
manyatukan semua kekuatan membangun jembatan emasnya. Di bagian ini sungguh
menarik karena pembentukan kelompok ataupun partai yang diinginkan Soekarno
adalah harus yang radikal karena memang tujuannya sangatlah besar seperti
catatannya berikut ini.
Dia menulis :
Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup yang
lebih layak dan sempurna. Kita bergerak bukan karena ideal saja, kita bergerak
karena kita ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin
cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup meminum seni dan kultur,
pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib didalam segala
bagian-bagian dan cabang-cabangya" (halaman 32)
Perubahan hanya bisa
digapai dengan cara radikal, "oleh suatu pergerakan Rakyat-Jelata yang
Radikal, yaitu oleh massa aksi". Dia meyakini bahwa pada saat itu,
diseluruh dunia, tidak ada perubahan besar yang akan terjadi kalau tidak
dilakukan dengan aksi massa yang sifatnya radikal dan mendasar dan menyeluruh,
seperti yang terjadi di Perancis misalnya dalam Revolusi Perancis.
Kelima, Jembatan emas yang harus dibangun adalah kemerdekaan dan inilah target
seluruh kelompok marhaen yang digagas dan dibentuk oleh Soekarno. Dan dia
sangat yakin akan berhasil membangun jembatan emas ini. Menarik memahami jalan
pikiran tokoh besar revolusi ini, karena Kelompok Marhaen yang diinginkannya
adalah Marhaen Reformist.
Sebab, dia belajar dari
apa yang terjadi di Perancis bahwa setelah terjadi revolusi maka yang menikmati
jembatan emasnya adalah kaum borjuis dan berubah bentuk menjadi imperialisme
baru bagi kesejahteraan rakyatnya. Dia tidak mau hal itu terjadi saat jembatan
emas sudah dibangun.
Soekarno mengingatkan
agar setelah kita jembatan emas itu ada berbagai cabang jalan. Ada yang kekiri
dan ada yang kekanan. Pilihlah yang menunju pada kemajuan kesejahteraan rakyat
dan jangan kelompok borjuis yang menguasai hajat hidup orang banyak demiki
keuntungan kapital-kapital besar dan massive. Sebab itulah bentuk penjajahan
baru.
Bagi saya, apa yang
sudah diingatkan oleh Soekarno pada Maret 1933 itu, lalu setelah Indonesia
merdeka dan memasuki Orde Baru selama 32 tahun, nampaknya terasa sekali. Ketika
Indonesia terus membangun dan membangun dengan dalih untuk mengejar
ketertinggalan Indonesia dari Negara-negara Maju lainnya, maka strategi
pembangunan menjadi "misleading".
Hal ini terjadi ketika
modal atau kapital lebih banyak menguasai pengaturan ekonomi dan republik ini.
Soekarno sudah mengingatkan itu 85 tahun silam. Karen pendekatan kapital besar
pasti tidak pro kepada kesejahteraan rakyat. Pendekatan modal pasti pendekatan
business, dan pendekatan business pasti tujuannya keuntungan sebesar besarnya
bagi pemilik modal. Apakah ada kecipratan buat rakyat ? Ada tentunya, tetapi
namanya saja "kecipratan doang".
Dan mungkin inilah yang
terjadi pada tahun 1998, era reformasi, pemberontakan kaum yang
"tertindas" terhadap penguasa Orde Baru. Walaupun kejadiannya dipicu
oleh krisis berkepanjangan yang terjadi saat itu. Kalau situasi tahun
1933 itu 12 tahun sebelum merdeka pada tahun 1945, artinya rakyat Indonesia
saat itu sudah mengalami perjalanan panjang sejak dijajah oleh Hindia dan
Belanda.
Menjadi puncak
kekesalan Soekarno dan rakyat waktu itu sehingga memuncak menjelang tahun 1945.
Artinya pula tahun 1933 sd tahun 1940 merupakan proses pematangan kemerdekaan
itu. Lalu, bisa jadi, yang terjadi 1998 juga merupakan puncak dari
kekesalan rakyat terhadap "penguasa orde baru" sehingga apapun yang
terjadi Harus Ganti Presiden.
Pelajaran mahal yang harus
dipetik dari perjalanan bangsa ini sekian puluh tahun sejak merdeka, harusnya
lebih dari cukup untuk tidak kembali lagi pada pola lama yang menelantarkan
kesejahteraan rakyat, yang membuat susah kehidupan rakyat dan merasa bukan
pemilik dari Republik ini. Apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk membangun
semuanya demi kesejahteraan rakyat tidak boleh dihalangi.
Bahwa itu membutuhkan
modal, tetapi modal yang digunakan untuk kepentingan masyarakat pada umumnya,
dan bukan untuk kepentingan satu kelompok, satu wilayah apalagi hanya satu
"keluarga".
Selamat Hari Pancasila - Jayalah Negeri Indonesia - Majulah Republik ini. Karena NKRI sudah final !
By : Yupiter Gulo
Dosen Trisakti School of Management
Artikel ini telah terbit sebelumnya pada 01 Juni 2018 di https://www.kompasiana.com/yupiter/5b112a945e137370017c2d14/soekarno-mentjapai-indonesia-merdeka-jembatan-emas-itu-kemerekaan