I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara besar, negara yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 261.000.000 jiwa per 2016, yang merupakan jumlah ke 4 terbesar didunia, setelah RRC, India dan USA. Jumlah penduduk yang besar ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu target dari negara lain untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia, hal ini dapat kita liat dengan banyaknya produk-produk maupun perusahaan dari negara lain yang masuk ke Indonesia dan menganggap negeri ini sebagai salah satu yang potensial bagi mereka untuk mengembangkan usahanya tersebut, perilaku masyarakat Indonesia yang lebih cenderung memanfaatkan dana untuk dikonsumsi dibandingkan dengan investasi menjadi salah satu faktor penyebab produk dari negara lain yang masuk ke Indonesia begitu menjamur dan selalu bertumbuh.
Tak hanya soal produk, hal yang sama juga terlihat dari sektor pasar modal Indonesia, jika ditarik data dari tahun 2013-2017 tercatat komposisi kepemilikan investor asing masih mendominasi di Indonesia, dari total 573,723 SID yang tercatat per Juni 2017 sekitar 53,27% masih dimiliki oleh asing, bahkan jika ditarik lagi pada tahun 2013 sebanyak 62,94% investor asing; 2014 64,49% investor asing; 2015 63,79% investor asing; 2016 54,49% investor asing.
Hal inilah yang harus menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk bagaimana caranya agar komposisi kepemilikan saham di Indonesia didominasi oleh investor domestik, namun tidak hanya dari segi porsi kepemilikan saham, kita juga harus terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menjadi investor yang aktif, sehingga dengan begitu seluruh pihak akan mendapatkan manfaat yang besar, baik secara langsung maupun tidak langsung dari investasi.
Salah satu cara yang dinilai cukup berhasil dalam meningkatkan jumlah investor aktif dipasar modal Indonesia yakni dengan kampanye Yuk Nabung Saham, kampanye yang diresmikan secara langsung oleh Wakil Presiden RI pada 12 November 2015 ini bertujuan agar masyarakat Indonesia lebih familiar dengan konsep menabung saham, juga diharapkan pada beberapa tahun yang akan datang return yang dihasilkan dari pembelian saham secara rutin dapat dinikmati oleh investor.
Konsep ini mengajarkan kepada investor maupun masyarakat umum yaitu bagaimana kita memperlakukan investasi kita pada suatu saham layaknya menabung, yaitu dengan menyisihkan dana dari penghasilan setiap bulan, kemudian dana tersebut digunakan untuk membeli saham secara rutin setiap bulan.
Namun yang menjadi permasalahan saat ini bahwa dari sekitar 535,994 investor yang tercatat telah memiliki SID per-Desember 2016 hanya terdapat sekitar 187,268 investor yang aktif transaksi per tahun, atau jika ditarik lagi per-bulan hanya terdapat sekitar 78,878 investor yang aktif sebulan atau hanya sekitar 14,72% dari total SID investor sedangkan target dari BEI yang dikutip dari (market.bisnis.com 15 Agustus 2017) adalah mencapai 100.000 investor aktif per-hari.
II. ISI
Berdasarkan pengalaman saya yang pernah merasakan saat pertama kali menjadi investor di Pasar Modal yaitu ketidaktahuan untuk membeli saham, saham apa yang cocok, kapan waktu yang pas untuk melakukan pembelian saham, dan bagaimana prospek kedepan perusahaan yang akan dibeli, inilah pertanyaan yang seringkali muncul saat menjadi investor di pasar modal yang masih sangat awam dalam menentukan keputusan untuk melakukan pembelian saham, berdasarkan pengalaman tersebut berikut beberapa tips dan strategi yang bisa
dijadikan pertimbangan bagi investor baru untuk melakukan pembelian saham secara rutin yang telah saya kutip dari berbagai sumber dan kemudian diolah dengan bahasa yang begitu mudah yaitu :
1. Pilih tujuan investasi
Hal pertama yang harus dilakukan setiap investor pemula untuk melakukan keputusan pembelian saham yaitu setiap investor harus memiliki tujuan investasi yang jelas, tujuan investasi dalam jangka panjang, menengah atau jangka pendek akan menentukan saham apa yang cocok untuk dibeli oleh investor tersebut, contoh tujuan yang harus dimiliki yaitu seperti: biaya pernikahan, biaya pendidikan, masa pensiun dsb. Dalam menentukan tujuan investasi sebaiknya dipikirkan dalam jangka panjang terlebih dahulu kemudian berurut ke jangka menengah dan kemudian jangka pendek.
2. Pilih saham yang relatif aman dan memberikan return dalam jangka panjang
Contoh saham yang bisa dikatakan aman yaitu saham BUMN yang telah listing di BEI dan sebagian besar setiap tahunnya bisa membagikan deviden secara rutin kepada setiap pemegang saham, seperti contoh BBTN, ANTM, WSKT, TLKM, JSMR, PGAS dsb. Selain akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham, investor juga akan mendapatkan deviden tunai bahkan bisa mendapatkan bonus saham.
Selain itu apabila investor memiliki jumlah dana yang besar bisa mencoba untuk membeli saham BUMN dengan harga yang relatif lebih mahal seperti BBRI, PTBA, ataupun perusahaan consumer goods yang produknya sangat familiar dan banyak diketahui oleh masyarakat seperti GGRM, UNVR, ICBP hal ini bertujuan agar investor memang mengenal betul saham perusahaan yang dibeli. Perlu diingat bahwa membeli saham adalah membeli perusahaan, dan memiliki saham berarti memiliki perusahaan, pastikan perusahaan yang kita beli kita tau betul perusahaan, produk maupun bisnisnya.
3. Don’t Put Your Eggs in One Basket
Investor yang cerdas tidak akan membeli saham hanya dalam satu sektor, tetapi membaginya kedalam beberapa sektor, meskipun saham yang dibeli merupakan perusahaan BUMN yang bagus maupun perusahaan yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, namun dalam suatu waktu pasti akan ada suatu masa dimana salah satu sektor akan mengalami perlambatan atau bahkan penurunan, sehingga menyebabkan harga sahamnya turun, inilah yang harus diantisipasi oleh setiap investor yaitu dengan membeli beragam jenis perusahaan dari sektor yang berbeda dapat meminimalisir resiko yang nanti akan dihadapi, namun demikian investor harus tetap melihat fundamental dari perusahaan yang akan dibeli.
4. Pilih rasio perusahaan yang paling menarik
Setiap perusahaan pasti akan memiliki rasio dalam laporan keuangannya, banyak sekali rasio yang nantinya akan ditampilkan dalam laporan keuangan, namun ratio yang paling tepat untuk digunakan oleh investor yang masih baru yaitu Price to Earnings Ratio, Earning Per Share dan Price to Book Value.
Pilih lah PE ratio yang paling rendah dari rata-rata industri sejenis, PE ratio yang rendah menggambarkan harga perusahaan yang masih murah namun bukan saham murahan, EPS adalah kemampuan dari perusahaan dalam membagikan laba per saham, untuk indikator inilah pilihlah EPS yang paling tinggi diantara rata-rata industri, dan yang terakhir PBV merupakan nilai buku dari perusahaan, sama halnya dengan PE ratio untuk indikator yang satu ini pilihlah PBV yang paling rendah diantara rata-rata industri.
5. Take Action
Hal yang terpenting dalam pembelian saham yaitu take action atau mencoba untuk melakukan pembelian saham, ilmu yang diajarkan tidak akan berguna jika tidak dipraktekan secara langsung, namun apabila masih ada investor yang ragu untuk take action disarankan untuk mencoba melakukan pembelian saham dengan nominal yang kecil disertai jumlah lot yang kecil terlebih dahulu, minimal setidaknya investor bisa merasakan secara langsung efek psikologis dalam melakukan pembelian saham, dan merasakan naik turunnya harga saham namun dengan modal yang masih kecil.
III. Penutup
Inilah konsep sederhana yang bisa dijadikan solusi untuk bagaimana meningkatkan jumlah investor di pasar modal Indonesia dan juga meningkatkan jumlah transaksi bulanan bahkan harian, dan kiranya konsep ini dapat membantu mengedukasi setiap investor baru yang ingin bertransaksi saham, menghilangkan keraguan dan ketidaktahuan, dan saya berharap agar konsep yang sederhana ini bisa dipublikasikan secara masif dalam setiap kegiatan sehingga akan menarik investor dan menjadikan konsep nabung saham dengan memilih saham yang baik bisa dikenal lebih luas lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi investor baru.
Oleh : Dendy Faizal Amin
Capital Market Professional Development Program 2017