Dunia investasi penuh dengan ketidakpastian akan selalu ada perubahan tak terduga. Seorang investor profesional sekalipun belum tentu bisa mengelak dari kondisi tersebut. Karena itu, siapa pun yang terjun ke dunia investasi adalah orang – orang yang berani mengambil risiko. ( Andrie Wongso : 2016 ). Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut investor memerlukan berbagai informasi antara lain akuntansi untuk menilai risiko yang mungkin akan diterima di dalam berinvestasi untuk memperkirakan return yang akan diperoleh dari suatu investasi.

Para investor yang bertransaksi di pasar modal umumnya bertujuan menghimpun dana untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin, agar dapat membuat suatu keputusan dalam memilih portofolio investasi yang menguntungkan, investor memerlukan berbagai informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan perusahaan.

Di dalam berinvestasi, saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui oleh investor, karena tanpa analisis para investor akan mengalami kerugian, ada beberapa pendekatan analisis yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham melalui Analisis Teknikal dan Analisis Fundamental.

Penilaian terhadap kewajaran harga saham juga dapat digunakan untuk menentukan keputusan apa yang harus diambil oleh investor mengenai saham-saham yang dinilai undervalued maupun overvalued. Keputusan bagi saham yang dinilai undervalued adalah dibeli atau ditahan kalau sudah dimiliki. Bagi saham yang dinilai overvalued maka keputusan bagi investor adalah dihindari untuk dibeli, jika sudah dimiliki sebaiknya dijual atau ditahan tetapi dalam waktu singkat. ( Anisa Hilmy Rositha : 2014 )

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia, dengan stakeholder Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.47%, dan 47.53% sisanya dimiliki oleh publik. Saham TLKM sebagai kuasa publik mencatatkan saham pada dua Bursa Efek yaitu di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode “TLK” yang dicatatkan pada tanggal 14 November 1995.

Nilai wajar harga saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. ( TLKM ) . PT. Telekomunikasi Indonesia merupakan salah satu  BUMN  yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,47%), dan (47,53%) dimiliki oleh Publik Indonesia dan Asing.

Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication company, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengimplementasikan strategi bisnis dan operasional perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan (customer-oriented). Transformasi tersebut akan membuat organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi lebih  lean (ramping) dan agile (lincah) dalam beradaptasi dengan perubahan industri telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat. Organisasi yang baru juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menciptakan customer experience yang berkualitas.

Berdasarkan hasil perhitungan Price Earning Ratio ( PER ) pada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ( TLKM ) selama periode tahun 2012 sampai dengan Desember 2016.

Dimana pada hasil perhitungan Price Earning Ratio selama periode 2012, dimana harga saham tersebut masuk ke dalam kategori murah, karena nilai PER masih berada di sekitar 2 kali, yang artinya harga saham TLKM pada 2012 adalah 2 kali laba bersih per saham  yang dihasilkan perusahaan.

Sementara itu pada hasil perhitungan Price Earning Ratio selama tahun 2013 memperlihatkan hasil bahwa saham tersebut termasuk kategori mahal, karena nilai PER berada di sekitar rata-rata 17,5 , yang artinya harga saham TLKM pada 2013 – 2016 adalah 17,5 kali laba bersih per saham yang dihasilkan perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan Price to Book Value ( PBV ) pada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ( TLKM ) selama periode tahun 2012 sampai dengan Desember 2016.

Dimana pada hasil perhitungan Price to Book Value ( PBV ) tahun 2012, memperlihatkan hasil bahwa saham tersebut masuk kedalam kategori murah, karena nilai PBV berada dibawah nilai kurang dari 1, yang artinya harga saham TLKM pada 2012 memiliki rasio PBV yang rendah.

Sementara itu pada hasil perhitungan Price to Book Value selama periode tahun 2013 sampai dengan bulan Desember 2016 memperlihatkan hasil bahwa saham tersebut masuk kategori mahal. Hal ini dikarenakan nilai PBV berada diatas nilai 1, yang artinya harga saham TLKM pada 2013 – 2016 memiliki rasio PBV yang mahal, akan tetapi wajar apabila TLKM memiliki PBV berada diatas 1 karena perseroan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba dan brand dari produk TLKM sudah terkenal sehingga mengakibatkan laba TLKM menjadi naik.