Selain itu pasar modal juga dapat menawarkan tidak hanya alokasi sumber dana moneter yang ada untuk investasi jangka panjang suatu negara namun juga apabila dilihat dai sisi kacamata investor, memberikan variasi opsi instrumen investasi dengan berbagai macam level tingkat pengembalian dan profil risiko yang dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan lindung nilai dan pengembangan portofolio.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang saat ini diproyeksikan akan menjadi salah satu negara berkembang dengan ekonomi terkuat di dunia, namun untuk dapat berkompetisi secara global dengan negara berkembang lainnya dibutuhkan sumber dana yang kuat untuk mendanai pembangunan infrastruktur dan investasi di masa dekat ini, dan menurut world economic forum disinilah peran pasar modal yang aman dan menarik sebagai alternatif pendanaan baru, terlebih lagi melihat bahwa regulasi likuiditas perbankan yang semakin ketat dengan diterapkannya aturan basel III oleh OJK, menjadikan semakin dibutuhkannya alternatif pendanaan baru yang salah satunya adalah pasar modal. (Drexler & Bruno, 2016)

Namun, walaupun pertumbuhan GDP Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi diantara negara-negara peer  (Figur 1), dan pasar modal Indonesia memberikan tingkat pengembalian absolut tertinggi di dunia (193%, 2006 -2016)  ternyata kapitalisasi pasar di Indonesia apabila dibandingkan dari persentase pertumbuhan GDP masih sangat rendah dibandingkan dengan negara- negara peer  (Figur 3). Hal ini mengindikasikan bahwa penetrasi pasar modal di Indonesia tidaklah setinggi negara-negara peer.

        Dari segi likuiditas juga dapat terlihat bahwa Indonesia tidaklah setinggi negara- negara peer, dapat dilihat dari stocks traded, turnover ratio of domestic shares[1] (Figur 3) ada indikasi bahwa masih kurangnya investor domestik yang bertransaksi aktif di pasar modal Indonesia.


Dalam menjawab tantangan ini PT. Bursa Efek Indonesia (IDX) telah menyiapkan 4 pilar strategis untuk mengembangkan pasar modal Indonesia menjadi pasar modal yang wajar, teratur dan efisien, yang salah satunya adalah peningkatan jumlah investor aktif.

            Investor Retail domestik memiliki peran krusial di pasar modal Indonesia karena investor retail domestik yang aktif dapat menjadi salah satu driver likuiditas di sebuah pasar modal yang dapat menarik baik investor dalam negeri dan luar negeri untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia, selain itu persentase kepemilikan luar negeri di pasar modal Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan kepemilikan domestik (figur 4) walaupun ini merupakan hal yang cukup baik karena mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia merupakan pasar modal yang sangat terbuka namun Investor retail domestik juga memiliki peran sangat penting dalam menciptakan pasar modal yang lebih resilient karena apabila suatu pasar modal memiliki basis investor domestik yang lebih kuat, pasar modal itu tidak akan mudah terpengaruh oleh perubahan global fund flows yang sangat sensitif terhadap perubahan isu-isu ekonomi dan geopolitik global, dan dalam pengalokasian risiko untuk menyebarkan investasi di berbagai pihak, yang dalam hal ini adalah investor retail domestik, akan dapat mengurangi risiko secara keseluruhan. 

             Dari hasil penelitian Oliver Wymann dan Mandiri Institute pada tahun 2015 mengenai financial deepening, dapat diketahui bahwa preferensi masyarakat Indonesia untuk lebih memilih jasa perbankan dibandingkan pasar modal untuk menginvestasikan uangnya dikarenakan karakteristik masyarakat Indonesia yang cenderung untuk menghindari risiko, kebanyakan dari investor ekuitas yang ada saat ini adalah chinese origins yang cenderung memiliki karakteristik lebih memiliki toleransi terhadap risiko oleh karena itu sekiranya dibutuhkan pendidikan finansial yang cukup komprehensif kepada para calon ritel investor, yang dalam hal ini PT. Bursa Efek Indonesia (IDX) telah melakukannya melalui program Sekolah Pasar Modal dan Kampanye Yuk Nabung Saham. 
       Selain itupun apabila kita melakukan benchmark ke negara lain mungkin dapat diberlakukannya insentif pajak untuk investor di pasar modal Indonesia agar lebih banyak lagi investor yang lebih aktif di pasar modal sehingga dapat meningkatkan likuiditas, seperti yang dilakukan oleh Thailand dimana investor individu tidak akan dikenakan pajak capital gain ketika melakukan trading ataupun seperti di India, ketika ekuitas dianggap sebagai investasi jangka panjang apabila di-hold selama satu tahun atau lebih. Long term capital gains dari ekuitas tidak akan dikenakan pajak apabila dijual melalui bursa yang terdaftar.
            Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa investor retail domestik memiliki peranan sangat penting sebagai katalisator perkembangan pasar modal Indonesia, sehingga insentif-insentif serta program-program inklusi dan literasi pasar modal semakin perlu untuk dilakukan di Indonesia agar tercipta pasar modal yang lebih resilient dan dapat mendukung pembangunan bangsa.



[1] value of domestic shares traded dibagi dengan kapitalisasi pasar

Referensi :

Drexler, M., & Bruno, G. (2016). Accelerating Capital Markets Development in Emerging Economies. Retrieved from World Economic Forum: www.weforum.org

Institute, O. W.-M. (2015). Retrieved from Financial Deepening in Indonesia: www.oliverwymann.com

Stoica, O. (2002). The Role of Capital Market in The Economic Development. SSRN Electronic Journal.

 

Oleh : Untari Febrian Ramadhani
Capital Market Professional Development Program 2017