Namun bursa saham
Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak ”PR” yang harus dikerjakan. Apalah
arti semua performa yang memukau tersebut apabila tidak dinikmati oleh masyarakat
Indonesia sendiri. Tantangan terbesarnya adalah literasi dan inklusi investasi
yang rendah dari masyarakat. Pada tahun 2016, index literasi keuangan untuk sektor pasar modal hanyalah 4.40%, kalah jauh apabila dibandingkan
dengan perbankan yaitu 28,94%.[1] Kesenjangan index ini menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di era saving
dan belum maju ke era investing.
Namun sekarang
pertanyaannya adalah dimana letak kesalahannya, dimanakah root cause nya ? menurut riset dari OJK, masyarakat Indonesia
sebenarnya mampu melakukan kalkulasi risiko dan investasi, akan tetapi tidak
menyadari hal tersebut. Hanya 9.67%
dari hasil survei yang mengaku dapat menghitung hasil investasi tetapi pada
kenyataannya sebenarnya 62.65%
masyarakat sudah memahami konsep investasi dan risiko[2]. Hal ini
menyimpulkan bahwa masih ada hal yang kurang dalam hal komunikasi produk pasar modal. Masih terdapat pandangan-pandangan
negatif yang timbul dari masyarakat apabila mereka mendengar sebutan
”investasi”. Hal ini juga dipicu oleh maraknya produk investasi bodong yang
meruak di tengah masyarakat Indonesia. Harus ada sebuah solusi yang memandu dan
mengedukasi masyarakat yang awam dari nol dengan menggunakan sarana yang tepat
sasaran, khususnya dalam hal pengenalan
risiko produk investasi agar masyarakat memiliki target investasi yang terukur dan terarah. Sarana apakah yang
sebenarnya paling strategis untuk mengedukasi masyarakat Indonesia ?
Sudah jelas bahwa untuk meningkatkan pengetahuan pasar modal, para stakeholder bursa saham harus beradaptasi pada kebiasaan masyarakat dalam pengaksesan informasi. Penetrasi dan penyebarluasan informasi di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat melalui sarana internet. Bahkan Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan pengguna internet terbesar di dunia sejak setahun terakhir, dengan peningkatan sebesar 51% dengan jumlah akhir 132,7 juta pengguna di awal 2017[3]. Diketahui juga bahwa dalam pengaksesan informasi, masyarakat Indonesia mulai lebih banyak menggunakan smartphone dibanding komputer.
Bagian krusial
yang harus ditingkatkan dalam hal komunikasi seharusnya bukan hanya dari segi
kualitas dan kelengkapan informasi, tetapi juga dari sisi aksesibilitas. Media informasi di bursa sudah harus memindahkan
perspektif mereka dari yang hanya web
based saja ke arah mobile website.
Mobile website adalah sebuah media
informasi internet yang secara spesifik di desain untuk smartphone dan tablets
yang memiliki kapabilitas layar lebih
kecil dan fitur touch-screen[4]. Contohnya adalah
size website yang lebih kecil sehingga lebih cepat diakses, user interface atau layout yang
meningkatkan readability dan
fungsionalitas apabila diakses smartphone
atau tablet. Apabila media bursa
saham bisa memanfaatkan fitur tersebut dengan efektif, masyarakat akan lebih
aktif dalam pencarian informasi investasi.
Kembali lagi pada tujuan kita untuk mengedukasi masyarakat tentang edukasi produk pasar modal dan investasi, salah satu solusi yang bisa digunakan adalah pembuatan one stop solution untuk masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai pasar modal dan juga turut berinvestasi. Para stakeholder bursa bisa mengembangkan sebuah media terintegrasi pasar modal yang mencakup akses portofolio nasabah, data perusahaan, dan dasar pengetahuan pasar modal yang dikemas dalam sebuah web atau app yang menarik dan mobile friendly. Didalam web tersebut, semua sudah tersambung dengan data nasabah dari KSEI dan laporan perusahaan tercatat dari media IDX yang disajikan dengan format data atau web yang mudah dibaca oleh perangkat smartphone atau tablet. Diharapkan dengan kemudahan akses, tersajinya data yang mudah dibaca dan bersumber dari lembaga yang terpercaya, masyarakat menjadi lebih antusias untuk turut andil dalam investasi pasar modal Indonesia.
Sumber:
Survei nasional
literasi dan inklusi keuangan 2016 – OJK
https://id.techinasia.com/pertumbuhan-pengguna-internet-di-indonesia-tahun-2016
http://www.businessnewsdaily.com/6783-mobile-website-vs-mobile-app.html
[1] Survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2016 - OJK
[2] Survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2016 - OJK
[3] https://id.techinasia.com/pertumbuhan-pengguna-internet-di-indonesia-tahun-2016
[4] http://www.businessnewsdaily.com/6783-mobile-website-vs-mobile-app.html
Capital Market Professional Development Program 2017