Salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan (corporate finance), adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) oleh Fama (1970). Sejak dikemukan, teori pasar efisien seakan-akan menjadi magnet peneliti keuangan untuk terus diuji keabsahannya. Beberapa ahli manajemen keuangan seperti Miller (1999), dengan tegas mengatakan bahwa teori pasar efisien merupakan salah satu temuan penting dalam sejarah perkembangan teori manajemen keuangan. Teori ini pula yang paling banyak mendapat perhatian dan diuji secara empiris di hampir semua pasar modal dunia.

Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Kritikan Ball (1999) terhadap para ahli manajemen keuangan keperilakuan pasar efisien, menyiratkan ketidakrasionalan pasar modal dalam dunia empiris. Ketidakrasionalan terwujud dalam bentuk mekanisme struktural, bahwa di dalam pasar modal terdapat manusia yang merupakan mahluk yang membentuk, menyediakan, sekaligus mengeksekusi saham yang keberadaannya mampu membentuk harga di pasar modal.

Anomali kalender merupakan salah satu bentuk anomali pasar yang mengganggu hipotesis pasar efisien. Beberapa penelitian berhasil membuktikan adanya penyimpangan return musiman (seasonality return) baik yang bersifat harian (day of the week effect) maupun yang bersifat bulanan (month of the year effect) menunjukkan adanya keganjilan ini terjadi secara berulang-ulang sehingga  fenomena ini menarik untuk diamati dan diteliti.  Keberadaan anomali ini akan menyebabkan  pergerakan harga saham tidak lagi acak (random) sebagaimana yang ditekankan pada hipotesis pasar efisien.

Adakah hari baik transaksi saham?

Pengujian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan rata-rata return pasar (IHSG) pada tahun 2014-2017 menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel:  Hasil Uji One-Sample Test 

 

Test Value = 0

T

Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

Senin

-.648

209

.518

-.0006323

-.002557

.001292

Selasa

.957

209

.340

.0008548

-.000906

.002616

Rabu

2.134

209

.034

.0017361

.000132

.003340

Kamis

1.056

209

.292

.0454530

-.039384

.130290

Jumat

-1.013

209

.312

-.0044426

-.013085

.004200

Sumber: SPSS 20.0

    

Berdasarkan Tabel diatas, dengan menggunakan data perdagangan harian IHSG, tampak, adanya penurunan rata-rata return saham pada perdagangan hari Senin, yakni sebesar -0,06323 persen. Rata-rata return saham yang turun juga ditemukan pada hari Jum`at sebesar -0,044426 persen, dimana kedua penurunan tersebut tidak signifikan secara statistic. Sementara itu, ditemukan adanya kenaikan rata-rata return saham secara signifikan pada hari Rabu sebesar 0,017361 persen. Kenaikan return saham juga terjadi pasar hari Selasa dan Kamis, namun signifikan secara statistik.

Simpulan dari hasil riset ini adalah: Hari baik beli saham di Bursa Efek Indonesia adalah hari Jum`at atau Senin dan hari baik jual saham adalah hari Rabu. Hasil riset membuktikan adanya fenomena Day of the week effect di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data return pasar (IHSG) tahun 2014-2017.

Untuk riset lanjutan, perlu dilakukan pengujian konsistensi adanya fenomena tersebut diatas dengan melakukan pengujian berdasarkan perdagangan mingguan (week effect) untuk menemukan kemungkinan adanya minggu tertentu rata-rata harga saham naik secara signifikan, maupun berdasarkan bulan (month effect) untuk menemukan adanya bulan tertentu rata-rata harga saham naik secara signifikan. Atau riset lanjutan berdasarkan sektoral.